[11] After the Rain

50 8 0
                                    

Rasanya waktu begitu cepat berlalu. Seingat Lani baru kemarin rasanya ia masuk SMA, tahu-tahu hari ini sudah pengumuman kelulusan saja.

"Lan, hari ini pengumuman kelulusan, 'kan?"

Suara ibu yang berada di dapur terdengar di telinga Lani. Cewek manis itu sendiri yang kini sedang mengikat tali sepatunya menoleh.

"Iya, Bu! Ini Lani udah mau berangkat!" balasnya.

Mendadak di dapur terdengar bunyi ribut. Tak berapa lama sosok ibu muncul tergopoh gopoh. "Nanti Lani mau kuliah di mana?"

Gerakan tangan yang sedang mengikat tali sepatu terhenti. Lani menoleh lalu tersenyum lebar.

"Terserah ibu aja, deh. Yang penting nanti Lani bisa jadi perawat," setelah mengatakan itu, Lani pun berjalan ke depan pintu, "Bu, Lani berangkat dulu, ya. Assalamu'alaikum!"

"Lani! Payungnya ketinggalan! Bentar lagi mau hujan!" samar-samar Lani mendengar teriakan heboh ibu. Lani tertawa sambil melambai ringan. Ia tidak butuh payung. Karena justru hal yang paling ia inginkan saat ini adalah bertemu dengan hujannya.

Setelah Ujian Nasional selesai, siswa-siswi tidak memiliki kewajiban untuk datang ke sekolah lagi. Mereka bebas selama menanti hari kelulusan. Ada yang datang untuk menyelesaikan urusan peminjaman buku. Ada juga yang hanya sekadar datang untuk bermain, melepas penat di rumah dan bertemu dengan teman sekelas yang sebentar lagi menjadi mantan.

Lani sendiri kadang datang, kadang juga tidak. Ia datang hanya sekadar ingin bertemu dengan Cindy-walaupun alasan sebenarnya adalah karna ia merindukan Rinan. Syukur-syukur ia dapat bertemu dengan cowok itu kalau datang ke sekolah.

Sayangnya setelah selesai Ujian Nasional, Rinan tidak penah menunjukan batang hidungnya. Cowok itu sama sekali tidak datang ke sekolah. Hilang ditelan bumi entah ke mana. Di saat-saat seperti ini, Lani mengutuk dirinya sendiri yang dulu tidak memiliki keberanian untuk menelepon Rinan. Jadilah Lani hanya dapat memimpikan cowok itu dalam tidurnya saking rindunya karena tidak pernah bertemu. Lani sangat berharap ia dapat bertemu dengan Rinan hari ini.

"Laniiiii!!!" teriakkan nyaring Cindy lah yang menyambut Lani pertama kali, saat cewek itu baru menginjakkan kakinya di depan pintu gerbang sekolah.

"Elo kok telat banget, sih? Kertas pengumuman kelulusan udah dipajang di Mading tau! Ayo cepet!" tanpa basi Cindy langsung menarik tangan Lani. Dan mau tak mau, Lani pun hanya dapat mengikuti sahabatnya itu tanpa bisa melawan.

Beberapa menit kemudian Lani dapat melihat banyak sekali siswa-siswa yang berdempetan di depan Mading. Saling berebut posisi depan untuk melihat kertas kelulusan itu. Begitu pula dengan Lani dan Cindy yang kini terhimpit di antara tubuh-tubuh siswa lainnya. Dengan posisi tergencet begitu, Lani yang memiliki tubuh mungil jadi memiliki ruang gerak yang terbatas. Susah payah cewek itu mendongak, menatap nama siswa yang berada paling atas.

Kemudian cewek itu tersenyum lebar. Sudah ia duga, Rinan pasti akan mendapatkan nilai tertinggi di seluruh angkatan mereka.

"Laniii!" jeritan heboh Cindy di sebelahnya kembali menyadarkan Lani. "Elo sama gue lulus!! Kita lulus, Laan!!!" cewek itu tertawa sambil memeluknya. Lani juga membalas pelukan cewek itu tidak kalah kuatnya. Ia tertawa bahagia sampai ada setetes air mata yang jatuh dari pelupuk matanya.

Entah siapa yang mulai duluan, mendadak seluruh siswa yang berada di sana telah terlibat perang cat. Saling menyemprotkan cat ke baju temannya. Begitu pula dengan baju yang sedang Lani kenakan. Baju itu telah penuh dengat coret-coretan abstrak dari cat. Bahkan hujan yang baru saja turun itu, sama sekali tidak menghentikan kegiatan mereka. Justru malah membuat siswa-siswa yang baru lulus itu semakin bersemangat.

TENTANG KAU DAN HUJAN //✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang