The Lullaby

24 2 18
                                    

Ada malam sunyi saat kau duduk menanyakan rahasia kehidupan, di bawah purnama temaram, kepada dia yang duduk mendengarkan sang rembulan.

"Adakah yang mengganggu benakmu?" tanyamu.

Dia tersenyum lalu menggeleng.

"Apa kau sedang merindukan seseorang?"

"왜 그렇게 물어보니?"

"Karena aku ... sedang merindukan seseorang."

"나도 ... 한 사람 보고 싶어."

"Siapa dia?"

Dia diam. Senyumnya merekah, airmatanya mengambang memantulkan kesedihan yang indah.

"니가 그리워하는 사람이 ... 누구지?"

Kau pun diam. Senyummu menyembunyikan harapan dalam kerinduan yang mematikan.

"Aku lelah. Nyanyikanlah satu lagu untukku."

"니가 원하는 거라면," ia tersenyum, "여기 ... 잘 자고 좋은 꿈 꿔라, 내 무릎에서."

Kau berbaring ditemani dentingan lirih senar gitarnya. "Biarkan aku terlelap."

Ia tidak menjawab dan mulai bernyanyi. Malam pun terdiam.

"... 그대가 내 사람이라는 마음에
세상을 다 가진 듯 난 실실 웃고 다녔지
그대가 반짝이는 걸 원했을 땐
하늘에 올라가 별을 따다 줬던 나인데 ...."

Cahaya Indudewi menyentuh lembut kesadaranmu. Menyadarkanmu tentang ruang dan jarak. Sungguh menyakitkan. Namun, kau tidak tahu kalau kau telah berbagi dengan dia yang tersekat ruang, dalam irisan waktu yang sama.

The LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang