Part 1
Kebutuhanku sebagai mahasiswa semakin meningkat, biaya kuliah dan kost naik, diitambah kebutuhan sehari-hari yang lebih mahal dari beberapa bulan sebelumnya.
Sebagai anak laki-laki aku merasa malu bila harus minta kirimi uang dari orang tuaku di kampung. Seorang teman di kampus menyarankanku untuk mencari pekerjaan di beberapa situs internet.
Akupun mengikuti sarannya. Sesampainya di kamar aku menghidupkan laptop dan mulai mencari lowongan pekerjaan. Tak lama kemudian mataku kertuju pada sebuah tulisan: Lowongan pekerjaan 'Kekasih Bayaran?' pekerjaan menemani jomblo? Untuk suatu keperluan dan dengan bayaran yang... 'wow banget' pikirku 'cukup untuk membayar semester dan kost ku... dan pastinya setiap makan aku akan ditraktir, lumayan menghemat' Alis tebalku terangkat seakan di atas kepala ada bohlam yang sedang menyala.
Segera ku cek para client yang tertera di situs lowongan kerja tersebut. Hanya ada foto dan nama, entah itu foto dan nama asli atau rekayasa. Setelah mendaftar di situs tersebut aku dipersilakan memilih client oleh sang admin. Kupilih foto profil yang agak familiar, entah aku pernah melihatnya dimana, seorang gadis dengan wajah mungil, mata bulat, hidung dan bibir yang imut-imut. Tak lama kemudian admin merespon bahwa aku diterima si client dan diberikan contak personnya.
Aku tersenyum lebar, sedikit melonjak di atas tempat tidurku yang empuk. Dan aku sedikit gugup, karena walaupun hidup di tengah-tengah manusia metropolis, aku sangat kuno, belum pernah dekat dengan wanita manapun. Mungkin karena dulu aku pernah bersekolah di tsanawiyah dan aliyah dan orang tua yang ketat terhadap pergaulanku. Karena kenal dengan teman-teman gaul ala kota besar dan krisis ekonomi ini aku jadi nekad.
[Assalamulaikum] Sapaku di chat. Aku terkikik geli mau menjalani pekerjaan aneh ini pakai salam.
[Waalaikumsalam Warah Matullah] Jawab yang disana ditambah emotikon malu.
Ah aku jadi ikut malu.
[Saya Rafi] Hanya itu yang ku ketik.
[Hai Rafi! Aku Hanna] jawabnya.
Sepertinya orangnya humble, pikirku. Chat pun berlanjut dan kesepakan mengenai harga akan di bicarakan ketika kami bertemu. 'Harga? Jadi aku menjual jasa atau menjual diri? Nanti saja kita lihat perkembangannya'.
Setelah chat untuk pertama kalinya Hanna langsung mengajaku ke pesta ulang tahun mantan pacarnya. Aku katakan bahwa apa tidak sebaiknya dia melihatku dulu? Dan katanya tidak perlu. Baiklah aku akan menjadi kekasih yang pantas untuk dibayarnya.
Aku mengenakan jas terbaik dan satu-satunya yang kupunya, gratis dapat dari endorse saat aku memenangkan pemilihan ajang bakat di kampus. Rambut poni ku sisir klimis menampakan alis semut beriring, sepasang mata elang, hidung bangir dan bibir manis yang selalu nampak tersenyum walaupun aku tengah serius.
Lalu ku kendarai skuterku menyusuri jalanan kota metropolitan.
Tiba di alamat yang di tuju ternyata aku sudah dinanti seorang satpam sehingga bisa langsung masuk ke halaman sebuah rumah tingkat tiga dengan desain minimalis modern, ukurannya sekitar 200 meter persegi.
Ketika aku tiba di depan pintu, keluar sesosok makhluk mengenakan dress merah menyala sepanjang bawah lutut dengan kerah lebar memperlihatkan bahunya yang putih mulus, rambutnya kuncir kuda menyisakan sedikit poni menyamping, wajahnya mungil persis di foto profil, make up minimalis, cantik.
Senyumnya mengembang sembari mengulurkan tangan.
"Hanna." Sapanya ramah.
"Rafi." Jawabku sambil membalas senyumnya.
"Rafi, kamu bawa kendaraan apa?" Tanyanya.
"Skuter."
"Hmm... kamu bisa bawa mobil?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Bayaran
RomanceBukan lelaki panggilan. Hanya butuh pekerjaan yang menghasilkan rupiah dengan cepat.