Ch.12 Hancur berkeping2

2.4K 229 7
                                    

"London dikejutkan oleh kematian tiba2 Duchess Channingham. Ia terakhir kali terlihat meninggalkan hotel bersama seorang pria kemarin pagi.

Tubuhnya ditemukan keesokan paginya di sungai Thames. Sulit untuk melakukan identifikasi karena memar2 di wajah dan tubuhnya.

Pihak berwenang harus memanggil suaminya, Duke Channingham untuk melakukan identifikasi terhadap mayat korban.

Sang Duke menyatakan memang ia adalah istrinya. Ia tidak punya gagasan siapa yang telah membunuhnya. Istrinya memiliki terlalu banyak "teman pria". Salah satu dari mereka mungkin merasa cemburu sehingga membunuhnya

Kami mengirimkan rasa duka kami yang mendalam kepada Duke Channingham. Ia kehilangan saudara sepupu dan istrinya dalam bulan yang sama. Semoga Tuhan memberikannya kekuatan untuk mengatasi semua cobaan ini..."

London Gazette, April, edisi minggu ketiga

Tom muntah2 di tanah di luar kantor runner. Ia sudah diinterogasi selama satu jam. Sebelum akhirnya ia dibebaskan. 

Ia itu seorang Duke. Umumnya mereka tidak dapat menginterogasinya seperti ini. Tapi Tom datang atas kemauan sendiri untuk membuktikan dirinya tidak bersalah. 

Tersangka utama dalam kasus pembunuhan seorang istri adalah sang suami. Itu sudah hal biasa. Tom hanya ingin pelaku sebenarnya tertangkap. 

Untunglah ia punya alibi kuat kemarin pagi. Viscountess Zane dan Margareth Derwin sedang mengunjunginya ketika Selena terlihat meninggalkan hotel bersama seorang pria.

Selena mungkin bukan wanita baik2. Tapi tiada seorangpun pantas mati seperti itu. Dipukul berkali2 sampai mati dengan benda tumpul.

Sang pembunuh hanya memukul sisi kiri  tubuh dan wajah Selena. Ia membiarkan sisi  kanan utuh. Sepertinya ia ingin semua orang melihat "sebelum" dan "sesudah" pemukulan sadis itu.

Cukup mudah untuk mengidentifikasi Selena melalui sisi kanan wajahnya. Tapi sisi kiri wajah dan tubuhnya sudah penuh dengan memar biru  kehitaman. Sulit untuk dikenali lagi.

Tom tahu ia akan sulit tidur malam ini. Wajah Selena yang mengerikan masih terbayang dengan jelas dalam ingatannya.

Ia tidak dapat berpikir. Ia hanya  merasa ingin muntah lagi. Tom  terus saja berjalan. Tidak terasa langkahnya membawanya kembali  ke depan rumah Bianca.

Tom terus menatap rumah itu untuk waktu yang cukup lama. Mengingat hari2 bahagia bersama sang Baroness. Kebersamaan mereka memang hanya sebentar saja, namun ia akan mengingatnya untuk selama2nya.

Bianca telah melihat Tom melalui kaca  jendela. Ia sangat merindukan pria itu. Tapi ia tidak dapat keluar dan menemuinya lagi.

Seorang pria baik seperti Tom pantas mendapatkan seorang wanita dengan masa lalu yang bersih. Bukan seseorang seperti dirinya. Si janda hitam ditakdirkan mati sendirian dalam kesepian.

Bianca jatuh berlutut dan menangis tersedu2 ketika Tom akhirnya meninggalkan tempat itu. Ia sangat berharap menjadi orang lain. Seorang wanita yang pantas mendapatkan Tom. 

Black Widow/ Janda Hitam (Iversley#1)(versi Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang