"Udaranya benar-benar panas," gumamku sambil mengaduk segelas jus tomat di depanku dengan sedotan.
"Itu sebabnya kita masuk ke sini," sahut pria yang duduk di hadapanku ketus.
Ok ini mungkin salahku, tapi, hei, apa dia tidak rindu padaku? Tiga minggu ini aku sibuk, benar-benar sibuk. Bayangkan, akhir bulan dan aku harus merekap semua laporan keuangan itu, ditambah deadline naskah novelku yang nyaris terlupakan!
Aku sudah mencicil laporan dengan menulis bagian pengeluaran, karena itu yang paling mudah. Dan tiba-tiba tanggal yang seharusnya sudah aku tandai dengan lingkaran merah di kalender menghilang! Maksudku tandanya yang menghilang.
Hari libur tidak terasa seperti hari libur. Aku mengecek berkali-kali laporan keuangan itu, mencocokan dengan semua nota pengeluaran, takut ada yang terlewat. Dan melanjutkan novelku secepat yang aku bisa.
Yeah, akhirnya semua terselesaikan. Hari libur yang damai pun datang. Dan sebagai kekasih yang baik, aku sadar telah mengabaikannya. Membalas chat sekedarnya dan mengabaikan telponnya. Jadi, pagi-pagi sekali aku mengirimnya pesan untuk kencan.
Di sini lah kami. Di sebuah kafe kecil di pusat kota. Berlindung dari teriknya matahari. Duduk di tengah ruangan dengan meja bulat untuk dua orang. Suasana kafe cukup ramai, karena cuaca di luar sangat panas.
Melihat wajah masamnya mau tidak mau aku pun kesal.
"Kalau begitu kita pulang saja," ajakku tanpa menutupi kejengkelanku.
Tanpa mengatakan apapun kekasihku berjalan menuju kasir untuk membayar pesanan kami. Dan aku lebih memilih menunggunya di luar kafe.
Aku mengibaskan bagian depan jilbab biru mudaku ke wajah seperti kipas. Benar-benar panas. Ramalan cuaca di handphone ku bilang suhunya 35° C. Tapi angin di luar cukup kencang.
"Ayo!" bersamaan dengan suara bass yang menyapa telingaku, tangan kananku digenggam dengan erat.
Kami berjalan menuju stasiun kereta di tengah kota. Tidak terlalu jauh, hanya 15 menit dari kafe tadi. Tapi teryata langkahnya tidak berhenti di stasiun. Dia tidak mengatakan apapun dan aku tidak juga bertanya. Masih merajuk.
Dia menghentikan langkahnya di depan pintu masuk kebun binatang.
"Tunggu di sini sebentar," katanya sambil melepaskan genggaman tangannya padaku.
"Mau apa?" kuraih lengannya.
Dia menoleh ke arahku dan mengerling jenaka, "Siapa yang diwaktu sibuknya bilang 'Ah, setelah ini selesai aku ingin kencan di kebun binatang! Kenapa aku bisa iri dengan tokoh ceritaku?!' dengan suara seperti seorang jones?"
Aku terpaku akan perkataannya.
"Siapa yang bilang begitu?" tanyaku bingung.
"Kamu."
"Aku? Kapan?" tanyaku sambil menunjuk diriku sendiri.
Kekasihku memutar bola matanya dan menatapku seolah aku wanita tua. "Dua minggu lalu. Aku yakin kamu ngga bakal ingat. Aku ngomong apa, kamu jawabnya apa. Ngga nyambung."
Aku berusaha mengingatnya. Dan memori itu datang walau sedikit.
"Aku akan beli tiket masuknya, jadi tunggu di sini sebentar. Ok, sayang?" sambungnya sok romantis.
Aku mengangguk dan berjalan ke pinggir. Kekasihku mengantri di loket sebelah kanan yang paling sedikit orangnya. Ku tatap punggung berbalut kemeja garis-garis berwarna dongkernya. Punggungnya basah oleh keringat. Sedikit banyak aku menyesal karena sempat kesal.
Omong-omong ternyata kami memakai pakaian dengan warna yang sama, biru dongker, dan celana hitam. Walaupun aku menggunakan jilbab dengan warna yang muda untuk mengimbangi baju dan celanaku.
Beberapa hari ini cuaca memang sangat panas. Siang hari suhunya mencapai 32° C. Seharusnya aku mengajaknya nonton film atau ke toko buku dari pada jalan-jalan di luar seperti ini. Tapi sudah lama kami tidak kencan seperti ini.
Aku berkerja di sebuah rumah makan kecil bagian accounting. Dan sesekali mengikuti lomba menulis. Sedangkan kekasihku bekerja di sebuah PT yang memproduksi coklat dan permen.
Tinggal tiga orang lagi yang mengantri di depan kekasihku.
Terlintas di pikiranku untuk membelikannya minuman dingin. Aku melihat minimarket di seberang jalan. Dicuaca seperti ini permen asam sepertinya enak.
Dua orang lagi.
Menyeberangi jalan yang cukup ramai. Aku juga ingin krekers.
Udara dingin di minimarket menerpa tubuhku. Kontras sekali dengan udara panas di luar. Dengan cepat aku mengambil dua botol air mineral ukuran sedang di dalam lemari pendingin, sebungkus permen asam dan krekers. Beruntung karena aku tidak perlu mengantri. Aku melihat permen lolipop rasa cola di depan kasir, mengambilnya dua buah.
Saat keluar, HP yang di tas cangklekku bergetar. Ku usap layar untuk menerima panggilan.
Terdengar pertanyaan tanpa salam pembuka. "Kamu di mana?"
"Di seberang jalan. Abis beli minum." Dengan handphone di telinga kanan aku melangkah. Jalanan masih ramai.
Kekasihku melihat ke arahku, "Jangan tiba-tiba menghilang seperti itu!" ada suara khawatir di sela-sela kejengkelannya.
Aku melambaikan tangan kiriku yang memegang kresek putih. Tersenyum lebar karena telah membuatnya khawatir.
"Hehehe," aku hanya tertawa ringan dan mematikan panggilan.
"Ini," Aku memberikan sebotol air mineral padanya.
"Terima kasih,"
"Jangan pergi seperti itu lagi. Rasanya umurku berkurang 10 tahun karena tadi," gerutunya.
"Hehehe. OK ok. Hehehe."
Dia mengulurkan tangan kirinya dan aku menerimanya dengan tangan kananku. Sambil bergandengan tangan kami masuk ke kebun binatang.
"Siapa yang diwaktu sibuknya bilang 'Ah, setelah ini selesai aku ingin kencan di kebun binatang! Kenapa aku bisa iri dengan tokoh ceritaku?!' dengan suara seperti jones?"
Perkataannya tadi terngiang di pikiranku. Bibirku tak bisa berhenti tersenyum. Pria di sebelahku yang menggenggam tanganku adalah kekasihku. Dia menyebalkan dan perkataannya selalu pedas, aku bahkan tidak tahu apa yang dia pikirkan. Sebenarnya dia hanya sedikit pemalu dan tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan isi hatinya. Sedangkan aku gadis yang cuek dan mudah merajuk.
Ibarat api yang disiram minyak. Jika dia mulai menyebalkan aku akan marah.
Tapi dia mampu memadamkan amarahku. Seperti sekarang, bagaimana aku bisa marah jika dia mengajakku ke kebun binatang. Aku bahkan tidak sadar telah mengatakan keinginanku untuk pergi ke sini. Dan dia tidak mengatakan apa pun, seperti tanpa suara dia berkata 'Jadilah seperti apapun dan aku tetap akan menaklukanmu!'.
Pria menyebalkan yang menggandeng tangganku adalah kekasih tercintaku.
\(^END^)/
Ngetik dari jam 2 dini hari sampe 5 subuh, tanpa peduli sama typo. Udah aku edit, semoga ngga ada typo. Hehehe.
Terispirasi gegara baca ff terus kepikiran tentang 'kencan di kebun binatang'.
Manis ngga? Manis ngga? Hehehe.
Mohon krisarnya.
See you next story
(n_n)/
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Itu Kekasihku
Short Story'Jadilah seperti apapun dan aku akan tetap menaklukanmu!' Pria menyebalkan yang menggandeng tanganku adalah kekasihku. Ceritanya manis lho, ayo mampir! Tinggalin krisar biar cerita selanjutnya lebih baik lagi. #tinarivenosa