Zhavira membuka matanya lalu mengeliat merenggangkan ototnya yang terasa kaku. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kamarnya. Ada meja rias, lemari dan juga 1 rak yang berisi sepatu, tas dan juga boneka di sudut dekat kamar mandi. Semua barang yang Rendi berikan semasa mereka pacaran dulu masih tersimpan rapih. Yang paling menyenangkan dari kamarnya adalah terdapat balkon. Dari balkon tersebut ia bisa melihat hamparan padi yang masih hijau terbentang luas.
Di dinding tidak terpajang foto pernikahannya satupun. Hanya ada foto keluarga, Jihan dan dirinya. Zhavira tidak ingin lukanya kembali mengangga lebar. Ia hanya menyimpan satu foto Rendi yang sedang disampingnya kini. Foto dimana mereka masih pacaran dulu. Suaminya mengenakan kemeja flanel berwarna biru tua.
"Met pagi, A," sapanya. Ia mencium tepat di foto bibir Rendi. Senyum lebar menghiasi paginya. Ia bukanlah gadis yang terbawa perasaan. Kesedihannya akan disimpannya seorang diri. Jika keluar dari kamar ia akan menjadi gadis yang tangguh.
Zhavira bangkit lalu menggeser pintu yang terbuat dari kaca. Dari dulu ia ingin sekali kamar yang mempunyai balkon. Ayahnya tentu saja mengabulkan request khusus dari anak perempuan satu-satunya. Hari masih gelap yang terdengar suara adzan subuh berkumandang merdu. Ia memejamkan mata dan merentangkan tangannya lalu menarik napas panjang.
"Terimakasih Yaa Allah, hari ini aku bangun dengan nggak kurang satu apapun." Matanya terbuka memandangi lampu yang berkelap-kelip indah. "Aku masih bisa melihat keagungan Mu."
Setelah Adzan selesai berkumandang. Ia bergegas untuk wudhu. Ketika hendak mengenakan mukena, pintu kamar diketuk oleh Jihan. Zhavira membuka ternyata putrinya ingin shalat berjamaah. Mereka menjadi shalat bersama-sama dengan hikmat.
"Jihan, hari ini Mama nggak bisa nganter sama jemput kamu ya. Mama ditugasin buat jadi mandor panen sama Abah. Nanti Mang Daus yang anter-jemput," Zhavira mengusap kepala Jihan yang masih tertutup mukena.
"Iya, Ma," jawab Jihan dengan pengertiaannya.
"Ya udah Mama mau mandi dulu, terus mau ke kebun. Kamu nanti juga mandi awas cuma cuci muka doang!"
"Ih, kata siapa?" bibirnya mengerucut.
"Abah sama Nenek yang bilang, yeee.."
"Ih, kok Abah sama Nenek ngadu sama Mama sih." Jihan keluar kamar dengan mukenanya belum dibuka. Ia cemberut. Zhavira terkekeh melihat kelakuan Jihan.
"Ayok, Vira semangattt!!!" serunya menyemangati diri sendiri. "Dikebun nggak ada yang buat cuci mata. Paling bapak-bapak sama bocah-bocah yang suka ambil ubi kalau beres panen. Jadi nggak usah dandan ajalah." Zhavira mandi terlebih dahulu sebelum ke kebun. Wajahnya hanya memakai sunblock dan juga pelembab bibir. Pakaian yang dikenakan pun t-shirt merah, dilapisi kemeja fanel, celana jeans dan topi. Tidak lupa membawa tas dipinggangnya. Ia menyelipkan buku, pulpen serta kakulator untuk menghitung hasil panen.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Time (GOOGLE PLAY BOOK & KBM APP)
Ficção GeralHanya tersedia di GOOGLE PLAY BOOK & di KBM APP. Sekuel Replacement Of Heart & Feeling Hidupku bagaikan sebuah mimpi. Baru kemarin aku mengenakan gaun pengantin. Keesokan harinya aku malah mengenakan pakaian berkabung. Baru satu hari menikah aku s...