DUDA-4

2.2K 296 25
                                    

Semalam Seulgi sudah menelpon Ibunya, berbicara tentang penawarannya sebagai baby sitter. Ibu Seulgi dengan senang mengizinkannya. Katanya, "lumayan lah, Gi. Buat tambahan tabungan kamu sama buat bayar kontrakan kamu." Lalu, nggak lupa Ibu nya mengingatkan Seulgi kalo Seulgi jangan sampe lupa istirahat.

Soalnya, sedikit bisa lupa istirahat, Seulgi bisa tumbang.

Dari tadi pagi jam lima selesai sholat subuh, Seulgi memantapkan hatinya untuk pergi ke kantor si bule itu. Seulgi kerja jadi nggak fokus karena mikirin mau kesana atau nggak. Padahal Ibunya udah ngizinin.

Sekarang udah jam empat sore, Seulgi udah berdiri didepan bank siap ingin pulang. Tapi, dia inget kalo dia belum sholat ashar. Jadinya dia mau ke masjid depan bank tempat dia kerja dulu baru dia ke kantor si bule itu.

Selesai sholat, Seulgi membenarkan make upnya sebentar. Lalu memesan gojek untuk pergi ke kantor yang ada di kartu nama tersebut. Biasanya Seulgi membawa motor matic kesayangannya ke bank, tapi hari ini enggak soalnya dia takut nyasar kalo sendirian ke kantor itu. Kan mending berdua sama abang-abang gojek.

Sekitar sepuluh menit, gojek yang ia pesan datang. Enggak lama lagi, abang jogek berhenti dan bilang sama Seulgi kalo udah sampe. Seulgi ngasih uang ke abang gojek itu sedikit dilebihkan, soalnya kasian panas-panasan.

"Permisi, mbak." Seulgi menghampiri resepsionis di perusahaan ini, "Ini bener kantor Pak Sehun Rey Grasia?" Tanya Seulgi.

Mbak-mbak resepsionis itu ngerutin jidatnya, "Hah? Grasia? Gracious kali, mbak." Jawab mbak-mbak itu.

Seulgi kembali melihat kartu nama itu, "Eh? Iya, mbak, Gracious maksud saya." Kata Seulgi, malu-malu.

"Iya, mbak. Tapi, disini lagi enggak ada lamaran kerja." Ucap resepsionis itu.

Seulgi langsung ngedongkol dalem hati. Kesel banget dia disangka mau ngelamar kerja. Tapi emang bener sih, pakaian udah lengkap cuma tinggal bawa amplop cokelat doang.

"Enggak, mbak. Saya ada urusan. Hari ini saya disuruh ke kantornya." Jelas Seulgi. Mbak-mbaknya ngangguk-ngangguk.

"Bentar, Bu, saya konfirmasi dulu." Kali ini Seulgi yang mengangguk. Membiarkan resepsionis itu menelpon Sehun.

Enggak ada dua menit, resepsionis itu mempersilahkan Seulgi dan siap untuk mengantarkan Seulgi ke ruangan Sehun.

"Itu, Bu. Silahkan masuk." Ucap resepsionisnya.

Seulgi mengetuk pintu ruangan Sehun, dari dalam ruangan ada sautan untuk masuk. Seulgi pelan-pelan membuka pintunya. Saat masuk, Seulgi menelan ludah sendiri, ruangannya gede banget. Gedean ruangan ini malah sama kontrakan Seulgi.

"Permisi.." Seulgi berjalan menghampiri Sehun yang lagi duduk di mejanya.

"Kesini juga kamu," ucap Sehun menutup laptopnya, "sini, duduk." Tawarnya.

"Iya, Pak." Seulgi langsung duduk di hadapan Sehun.

"Jadi gimana?" Tanya Sehun to the point.

"Tapi, Pak. Saya sebelumnya enggak pernah ngejaga anak-anak kecil seumuran anak Bapak." Ucap Seulgi, "Saya takut enggak bisa, Pak." Lanjutnya.

"Kamu cuma ngejaga dia aja, dibawa santai, jangan dibawa beban. Kayak kamu jaga adik kamu sendiri aja. Kamu suapin pas makan, mandiin dan yang selayaknya ajalah." Jawab Sehun.

Seulgi ngangguk-ngangguk aja lah biar Sehun seneng.

"Yaudah, Pak. Saya mau. Tapi saya pulangnya jam berapa?" Tanya Seulgi lagi.

DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang