CHAPTER 4: Next(1)

362 41 0
                                    

“Sena-ya, ada apa?”

Eonni... Aku... Aku... Aargh!!!!!”

Semua tak lagi tertahankan saat sakit itu menyerang untuk kesekian kali. Ia mengabaikan suara Yunseol yang terus memanggil namanya. Air mata muncul dari sudut matanya, tak ada yang bisa ia katakan. Wajahnya memucat, pandangannya semakin kabur, matanya tidak terpejam utuh menandakan ia masih sadarkan diri dengan menahan sakit luar biasa yang menyerang perutnya.

Sementara itu, dicafe Yunseol tampak panik dan kebingungan. Ia memanggil nama Sena berkali-kali tapi tidak ada balasan. Hening! Suara rintihan Sena tak lagi didengar dari ponselnya. Ia meninggalkan ponselnya begitu saja dan berlari meninggalkan cafe.

Tepat didepan agensi, didapatinya Eunkwang dan Minhyuk yang baru keluar dari mobil. Tanpa ragu ia menghampiri dan menceritakan semuanya pada mereka. Segera ketiganya masuk kedalam mobil dan pergi menuju rumah gadis itu.

Semua tampak normal dari luar, namun siapa yang tahu keadaan didalam. Mereka berkali-kali mengetuk pintu tapi tidak ada balasan apapun bahkan suara saja tidak terdengar hingga Yunseol memutuskan memanggil sang pemilik rumah untuk membuka pintu yang tersandi. Tepat saat pintu terbuka, mereka berpencar kesegala arah mencari sosok gadis itu.

Kaki Eunkwang terhenti saat mendapati gadis itu yang terbaring tak beraturan diatas ranjang. Dia meringkuk lemas dengan wajah yang pucat dan keringat banyak. Pria itu mematung disana memerhatikan tubuh itu, ingatan tentang Yoo Jin muncul disaat yang tidak tepat.

Apa yang dilihatnya saat ini sama persis dengan keadaan Yoo Jin saat ia pertama kali melihatnya meringkuk diatas ranjang dengan wajah yang sama dan mata yang berkedip sangat lemah. Ia tetap diam meski Minhyuk telah membopong tubuh kecil itu keluar dari kamar.

(***)

Gelap! Sekeliling tampak gelap tanpa cahaya. Sena berusaha membuka matanya dengan hati-hati. Saat terbuka pertama kali dilihatnya atap putih dan tembok, perlahan pandangannya menjadi sempurna. Ia menengok kanan kirinya dimana ada kelambu-kelambu yang menutup tempatnya. Dia tampak bingung dengan keberadaannya.

“Eoh... Sena-ya, kau sudah bangun”

Seseorang menghampirinya, raut wajahnya tampak sangat khawatir. Ia memerhatikan pria yang membawa sebuah kantong kecil dan semangkuk entah apa itu. Dia duduk dikursi yang ada didekat ranjangnya dan mendekat.

“Kau merasa lebih baik?” tanyanya seraya mengaduk benda dalam mangkuk itu.

Sena mengangguk kecil,”Oppa, bagaimana kau ada disini? Lalu ini dimana?”

“Mereka bilang kau terkena maag dan gejala PMS. Sudah kuperingatkan sebelumnya kalau ada apa-apa cepat hubungi aku...” ucapnya seraya memberikan bubur yang selesai diaduknya itu.

Minhyuk tersenyum melihat keadaannya yang baik-baik saja. Dia bahkan dengan lahap menyantap bubur rumah sakit itu sebelum beralih pada obat yang sudah dibeli olehnya.

Sedangkan diluar ruangan tepatnya dikursi tunggu yang ada dilorong rumah sakit, Eunkwang sedang duduk disana. Pria itu menumpu kedua sikunya pada lutut dan menunduk. Ia masih mengingat bagaimana terakhir kali melihat Sena yang terkapar seperti itu.

Matanya memerah karena takut, ia tak mau mendengar kenyataan buruk untuk kedua kalinya. Baru saja perasaan itu tumbuh kembali, haruskah semua hilang dengan sekejap mata seperti musim dingin bertahun-tahun yang lalu.

THE TIME: When I Love You ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang