7- Curiga

0 0 0
                                    

Bel pulang sudah berbunyi dari 20 menit yang lalu, tapi Siska dan Marsya baru keluar dari kelasnya. Disaat yang lain buru-buru ingin pulang, lain halnya dengan mereka yang hanyut dalam obrolan santai mengenai berita si Jeje sang alumni sekolah yang bebas dari penjara.

Saat ini, Marsya sudah di parkiran. Siska sudah melesat bersama mobilnya 3 detik yang lalu. Saat akan menaiki mobilnya, dia mendengar grasak-grusuk di balik tembok taman samping. Marsya awalnya tak terlalu peduli, tapi suara itu semakin aneh. Dia mengendap-endap, berusaha mengintip apa yang terjadi disana. Namun tempat sampah di ujung taman ini mempersulit Marsya untuk melihat.

Suasana parkiran begitu sepi, hanya tersisa 2 mobil dan 3 sepeda motor. Karena terlalu penasaran akhirnya Marsya memutuskan untuk,

Tuk. Kepala Marsya terbentur tembok, dia meringis. Dipukulnya tembok tak bersalah itu,

"Bangke lo! Liat-liat napa!" cecarnya. Tembok itu hanya diam.

Dengan sekali hentakan, Marsya langsung memunculkan dirinya di ujung taman. Dan..

"Dean? Ngapain lo disini?" Marsya melihat Dean berdiri disana, wajahnya terlihat frustasi. Rambutnya acak-acakan, nafasnya memburu. Marsya jadi takut.

"Lo ngapain?" tanya Dean dingin.

"Gue denger ada yang aneh disini, karna gue kepo makanya gue mau liat ada apaan disini." jawabnya tenang, tapi dalam hatinya sudah dag-dig-dug macam orang jatuh cinta. Padahal dia takut melihat keadaan Dean.

"Lo pulang aja, keburu malem." kali ini suara Dean semakin dingin. Marsya mengangguk kaku, lalu melesat menuju mobilnya dan segera pulang.

Sepanjang perjalanan pulang, Marsya tak hentinya membayangkan sosok 'berbeda' Dean. Memang sih, selama ini yang dia tau Dean adalah sosok yang cuek. Tapi kalo wajah muram dan menakutkan seperti tadi, itu adalah kali pertama dia melihat sisi lain Dean. Marsya bergidik ngeri. Ternyata, salah satu anggota 3 serangkai itu memiliki personil yang cukup mengerikan.

***

Dean menatap kepergian Marsya. Nafasnya masih memburu, lalu dia menjatuhkan dirinya di atas kursi taman. Dia mengusap wajahnya kasar, sudah cukup lelah dengan permainan kotor ini. Tapi dia bingung, bagaimana cara untuk keluar dari semua ini?

Seorang gadis muncul dari balik pohon tempat ia bersembunyi. Keadaannya tak jauh beda dari Dean.

"Udah pergi?" Dean menatap gadis itu sejenak, lalu mengangguk.

Gadis itu meraih dagu Dean, lalu mencari bibir Dean dan memagutnya dalam. Nafas keduanya sama-sama memburu, terbakar nafsu dan emosi.

"Kapan kita bisa keluar dari semua ini, sayang?" Gadis itu terisak. Dean menatap gadisnya itu lembut dan mengusap pipinya pelan.

"Tunggu semuanya membaik."

***

Semenjak kejadian Marsya melihat sosok dingin Dean, gadis itu enggan melihat wajah tegas milik Dean. Menyeramkan, dia jadi ngeri sendiri.

"Sya, gue kemaren ketemu Dean di taman samping." Marsya terduduk, langsung mengisyaratkan Siska melanjutkan cerita.

"Rambutnya berantakan gitu, mukanya serem.." Siska bergidik sebelum melanjutkan,"nafasnya kek orang abis ikutan lari maraton!" Wow. Marsya jadi bingung, sebenarnya sedang apa cowok itu disana? Ber-olahraga kah? Ya kali olahraga pake seragam. Terus ngapain?

"Sya kok lo diem?"

"E-eh, enggak, gapapa. Soalnya 3 hari yang lalu gue juga ketemu dia kek gitu." Siska ber'oh' ria tanpa berniat membahasnya lebih lanjut. Baguslah, karena Marsya sendiri yang akan membongkar kejanggalan ini.

Dia menatap keluar jendela kelas, pas sekali saat 3 serangkai lewat disana. Seperti biasa, cewek-cewek akan berteriak histeris. Okta yang memang kegatelan menyapa balik fansnya. Sedangkan Catur hanya menjitak kepala Okta berkali-kali, tapi Dean.. matanya menjuru pada mata Marsya dibalik kaca jendela. Tatapannya tajam menusuk, membuat gadis itu cepat-cepat mengalihkan pandangannya.

"Lo kenapa dah Sya?"

Marsya hanya menggeleng sebagai jawaban, lalu menandaskan setengah botol soda di hadapannya. Marsya itu paling tidak bisa diberi tatapan tajam seperti tadi. Dia bisa gemetaran atau bahkan pingsan. Bukannya apa, tapi memang itulah faktanya.

Dia mencoba menetralkan deru jantungnya, lau kembali melanjutkan tidur yang tadi sempat tertunda.

The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang