14 April - Rismalia Apriana

482 94 7
                                    

KISAH PERTAMA

A short story Teen Fiction by :  RismaliaApriana

Budayakan Vote sebelum membaca.

---SELAMAT MEMBACA---

     Kakinya berhenti berlari di sebuah halte yang sepi. Hujan semakin deras turun membasahi bumi. Gadis itu duduk di bangku halte bus, kemudian matanya beredar mencari taksi atau bus yang lewat. Tapi, nihil.

Matanya melirik kearah jam tangan yang melekat ditangan kirinya. Pukul lima sore. Ia pulang terlalu sore hari ini. Di tengah gambaran angka yang melingkar, tertera disana angka empat belas. Hari ini tanggal empat belas.
Gadis itu diam menatap hujan yang terus turun, ia teringat sesuatu. Sesuatu yang teramat perih. Sangat perih. Sesungguhnya, ia sudah menguburnya dalam-dalam, tapi hujan hari ini tepat di tanggal 14 telah mengingatkan hari itu.
Perempuan bermata cokelat itu berlari ke arah kelasnya, ia berangkat lebih awal hari ini. Ketika sampai di kelasnya, ia mendekat ke arah sahabatnya.

"Van,"

Vanya. Sahabat gadis itu mendongakan kepalanya, melihat sahabatnya yang sedang sibuk mengeluarkan kertas kado, kotak sedang hitam, gunting, dan lem kertas.

"Lo mau bungkus kado, Ma?" Ujar Vanya seraya melepas earphone yang hanya ia kenakan sebelah telinga itu.

Gadis itu mengangguk semangat. "Hari ini ulang tahun kak Dezan, sekalian hari jadi kami yang ke dua tahun!"

Brak!
Suara debrakan kecil itu menyita perhatian Vanya dan sahabatnya yang masih sibuk membungkus kotak berukuran sedang berwarna hitam itu.

"Lo yakin banget ya hari ini." Perempuan yang mendebrak meja dengan tas ranselnya itu bersuara.

"Maksud lo apa, Des?" Tanya-nya membuat ia menghentikan aktivitasnya.

"Lo ga lihat ini?" Ujarnya percaya diri seraya menyerahkan ponselnya pada Delima, membuat gadis itu berhenti membungkus kadonya.
Delima meraih ponsel milik Desi teman sekelasnya diikuti Vanya yang penasaran.

"Gila!" Umpat Vanya.
Dahi Delima mengerut, menajamkan penglihatannya pada layar pipih itu. Kepalanya menggeleng pelan. "Itu bukan kak Dezan." Gadis itu tersenyum. Berusaha untuk menyembunyikan ketakutannya.
Ketakutan waktu itu, ia tak ingin terulang lagi.
"Delima, lo jangan buta! Itu kak Dezan!" Emosi Vanya mulai terpancing ketika melihat Delima yang masih yakin dengan dirinya sendiri.
Delima menggeleng pelan, meletakkan ponsel Desi di atas meja. Delima duduk, tubuhnya lemas, ia kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.

***

Pukul tujuh malam, dirinya siap menemui seseorang yang sudah menunggu di taman. Bulan sabit tersenyum di atas langit hitam itu, dikelilingi bintang-bintang kecil yang tak kalah terang. Tuhan tahu rencana Delima malam ini, rencana yang manis. Tapi, ingatlah, rencana Tuhan lebih indah dari segalanya.
Bulan sabit masih di sana, walapun bulan merasa sendiri dan kesepian, sebenarnya banyak bintang disekitarnya yang menemaninya menyinari bumi di gelapnya malam.

"Selamat ulang tahun sayang! Selamat hari jadi yang ke dua tahun juga ya," Gadis berambut gelombang itu tersenyum, terukir jelas raut bahagia diwajahnya, matanya yang cokelat memancarkan aura betapa bahagianya ia malam ini.

Ruang KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang