"Bun masak sotonya banyak kan?" Cetus Azkia di dapur, sedangkan Izza sedang menata piring dan gelas untuk makan malam bersama.
"Banyak dong. Soto ayam kesukaan kamu. Kebetulan Pak Arman, calon mertua Izza, juga senang soto ayam."
"Tuh dengar, jodoh kamu sama Pak Arman." Kikik Izza.
"Sembarangan." Sungut Azkia, "Ngomong-ngomong kok lama ya?"
"Yah mereka kan shalat di mesjid Az. Mana jalan kaki. Ya lama lah." Izza kini bergabung di dapur bersama bunda dan Azkia. Mereka duduk mengitari meja kecil yang biasa dipakai untuk makan malam keluarga.
"Azkia kapan nyusul?" Bunda membuka pembicaraan. "Ibu kamu udah nanyain terus kamu, apa disini kamu udah punya pacar atau belum. Bunda nggak tahu jawab apa."
"Nggak usah ditanya deh bun. Cowok ganteng, baik dan pintar aja ditolak mentah-mentah sama dia."
Azkia menepuk tangan Izza, "Izza naksir tuh bun sama cowok itu."
"Bukan naksir."
"Terus apa juga?"
"Ya Allah!" Bunda menengahi, "Kalian sempat-sempatnya berdebat di saat seperti ini?"
"Benar kamu naksir dia, sayang?" tatapan mata bunda lurus ke arah Izza, Azkia hanya menggerakan bibirnya 'biar tahu rasa.'
"Bukan naksir bun. Cuma kagum aja. Karena enam bulan lho bun dia dekatin Azkia, dan Izza ada disana lihat perjuangan dia. Kalau bunda jadi Izza pasti bunda akan berpikir sama."
"Enam bulan?" kini mata bunda beralih ke Azkia, "Dan kamu tolak dia?"
"Bukan jodoh bun." Jawab Azkia malas,
"Itu namanya bukan jodoh, Nolak rezeki." Sungut Izza.
"Kan dibela lagi." Azkia tertawa.
Izza kesal dibuatnya, sampai bunda harus memegang kedua tangan gadis itu dalam genggamannya.
"Jodoh memang telah di tentukan oleh Allah, tapi menolak seseorang yang baik datang ke kita, tidak diperkenankan juga. Karena memelihara segala sesuatu yang baik lebih sulit daripada menuai dosa."
Azkia diam. Tidak ingin membantah bunda. Tapi Izza menyimak dengan baik.
"Tapi kamu siap kan dengan perjodohan ini?"
"Insya Allah siap Bun. Tapi sesuai permintaan Izza sebelumnya, Izza ingin lulus kuliah dulu. Agar Izza punya gelar yang bisa dibanggakan untuk anak-anak Izza nantinya."
Azkia menarik nafas dalam-dalam, "Semoga lancar ya Iz."
"Kamu jangan kebanyakan milih."
"Iya bawel."
Bunda hanya tersenyum melihat kedua gadis di sisi kanan kirinya. Semoga Allah selalu memberikan keberkahan pada kedua gadis kesayangannya. Percakapan mereka terhenti ketika mendengar suara-suara di teras depan. Suara pintu yang dibuka dan sapaan salam dari ayah Izza.
Azkia meremas tangan Izza cukup keras. Entah kenapa ia ikut gugup dengan perjodohan sahabatnya ini.
***
Vote & Share jika kamu suka cerita ini ^^
YOU ARE READING
Dear Heart, Why Him?
RomansaTulisan ini diikutsertakan dalam #WritingProjectAe Azkia gadis keras kepala yang sulit jatuh cinta. Ray adalah bukti betapa hati Azkia tertutup rapat untuk sebuah kata cinta. Izza gadis manis nan santun, sahabat karib sekaligus orang yang paling d...