#3. Dia

149 10 0
                                    

Bel masuk udah 15 menit yang lalu. Namun Zee belum nungul batang hidungnya. "Nis, dimana Zee. Nggak biasanya dia telat." Anisa bingung. "Gue juga gatau kali. Emang gue emaknya apa?"

"Hey Kara, lo udah ngerjain itu tugas guru killer itu?" Nugie datang entah darimana.

"Bu Ana maksudmu? Yaampun gi Bu Ana ada jam di jam pertama kan? Omegod huhu ibuk jangan masuk dulu inces belum ngerjain tugasny ibuk" entah Kara kerasukan apa1 sampe kata katanya pun sealay itu.

"Ardina Caramellia gebetan nya Dafa Cassandra Dimond lagi apa sayang?" Dafa datang entah dari mana. Mungkin dari surga jatuh dihadapanmu eaa. Eh eh..

Dafa tuh sahabat deket Kara. Dari Kara bayi mungkin mereka udah janjian mau lahir kapan soalnya tuh anak berdua lahir di hari tanggal bulan tahun yang sama.

Yang bedanya cuma jam nya aja. Dafa jam 4 pagi Kara jam 1 siang. Rumahnya juga tetanggaan. Dari SD Kara sama Dafa suka menghabiskan waktu berdua.

Dafa merangkul Kara membawa ke tempat duduknya. "Nih, lo kan belum ngerjain tugas nya tuh guru killer, cepetan gih. Daripada lo dapet omelan." Kara mengiyakan. Dengan sesegera Kara mengerjakan. Gak peduli tuh tulisan kek apa. Entah bisa dibaca apa enggak juga bodo amat.

Ceklek...

Hampir semua siswa siswi yang ada di dalam kelas menegang takut guru killer masuk ke kelas. Dan duarrrr....
Ternyata Nando ( ketua kelas ) datang dengan berkoar koar didepan papan tulis.

"Ekhem..ekhem.. Perhatian perhatian.. Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarakatuh.. Pengumuman pengumumam untuk seluruh kelas ini dimohon tenang dan memperhatikan saya dengan seksama. Oke
Hari ini ibu guru kita Ibu Ana tidak dapat mengajar kalian semua dikarenakan ada urusan di luar kota. Jadi kita materi kosong. Kita bebas. Yeeeee yeeee yuhuu ha o o ooooo."
Nando meloncat loncat girang sama seperti murid murid yang lain.

∆∆∆

Ting.. Ting.. Ting..

Bel istirahat berbunyi. Mendengar bel istirahat serasa mendengar pacar manggil. Hihi.. Membuat hampir semua murid keluar kelas menuju tempat favorit mereka masing masing.

Anisa bergandengan tangan dengan Kara. Mereka menuju kekantin. Seolah melihat keajaiban. 2 sahabat itu berdiam diri mematung melihat Zee duduk satu meja sama seorang cowok cool juga tampan.

"Ya tuhan, ampun itu siapa si? Bikin ngiler aja, itu Zee bikin gue iri aja." Anisa benar benar tidak tau tempat, pikir Kara. Dia asal nyeplos aja. Mungkin Anisa seperti melihat bidadari pake berlian di sekujur badan. Anisa terheran heran melihatnya.

"Woy.. Nisaaaa.."

"Apa si Raaa.. Gangguin pandangan gue aja." ketus Anisa

"Lo gak mau nyamperin aja? Daripada lo disini kek orang gak bl**n." Tanpa basa basi Anisa langsunh ngacir tuh ke tempat Zee sama tuh cowok.

"Subhanallah.. Ya tuhan.. Betapa sempurna nya lo kak" entah bahasa apa yang Nisa gunain. Intinya dia terkagum kagum deh sama tuh cowok.

"Kenalin kak, Gue Anisa, lebih tepatnya Anisa Zahra." Zee dan Kara hanya bertukar pandangan. Seolah tidak mau mengganggu kekaguman Nisa pada cowok itu.

"Gue Defon" cowok itu terkesan cuek.

Anisa langsung duduk mengambil alih bangku yang ada di depan Defon langsung diseret dibawa kesamping bangku yang Dafa pake.

"Kalian mau pesen apa? Gue traktir kali ini deh."
Defon tuh orangnya cuek tapi baik juga si. Hihi

"Kamu tuh ya udah cakep, ganteng, baik lagi. Idola gue banget deh." udah deh si Nisa mulai kek begituan kalo udah ketemu cowok cakepan dikit. "Kara, kamu aja yang pesen ya. Aku masih mau disini, lebih tepatnya dideket Defon. Hehe." Anisa nyengir sambil mengangkat 2 jari membentuk huruf v di depan mulut nya.

"Oke, kalian mau pesen apa?"

"Baso aja deh. Semuanya aja ya?"

"Oke"

Anisa gak ada hentinya buat mandangin Defon. Entah apa yang dia pikirkan saat itu. Mungkin dia sedang bahagia.

"Woy broo.. Sini sini.. Gabung sama kita kita dong!" Terlihat Defon melambaikan tangan pada cowok si sebrang sana yang hendak duduk di bangku. Dia tetlihat sendiri. Pantas saja Defon memanggilnya.

"Gue boleh gabung nih?" cowok itu duduk di bangku kosong di meja Defon. "Kenapa nggak boleh?" Defon. tersenyum menonjok ringan lengan cowok itu.

"Ya ampun, siapa lagi ini? Mimpi apa gue semalam? Gue dihadapin sama 2 manusia sempurna di sini. Ya tuhan." Anisa terus terusan memuji 2 cowok itu. Zee hanya menutup mulut. Seandainya dia tidak malu untuk ngomong asal asalan dia bakalan ngejitak tu cewek yang asal nyeplos.

Gak lama Kara datang dengan baki berisi 4 mangkok baso. Kara terdiam mematung melihat ada cowok lain disana. Jantungnya berdetak cepar serasa dikejar anjing tetangga. Telapak tangan Kara langsung berkeringat. Dia langsung duduk dan menunduk tanpa mempedulikan ocehan ocehan disekitarnya.

"Kara?..."
"Kara kamu cantik.." Cowok itu spontan mengatakan itu didepan orang lain.

"Kamu?" Kara memberanikan diri membalas apa yang dikatakan cowok itu. Ya Kara akan menggunakan panggilan Aku Kamu jika dia tidak mengenalnya.

"Kalian saling kenal? Ar? Barusan kamu bilang apa?" Defon bertanya pada Ardian. Ya cowok itu Ardian yang semalam mebuat Kara senam jantung karena kelakuannya. Ardian hanya tersenyum menanggapi nya.

"Dia Kara. Gadis cantik yang akan menjadi milikku." ucap Ardian . Dia gak peduli siapa yang mendengarnya. Semua orang yang denger termasuk Zee , Anisa dan juga Defon langsung menatap Kara tanpa kedip. Mungkin mereka gak nyangka bakalan ada yang mau sama Kara. Dia kan cewe jutek. Crewet lagi.

#syalala duk duk ❄

Hay readers? Gimana nih?

maaf ya part masih pendek, banyak typo juga, lagi belajar soalnya. Maaf deh ya

Secepatnya bakal diupdate lagi. Tunggu kelanjutannya ya.

Thanks

Complexity Love (Possesif)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang