"WOY, HARI INI KATANYA ADA ANAK BARU!!" Metha berteriak heboh di koridor sambil berlarian tidak jelas.
"Anak barunya cewek atau cowok?" Kebetulan saat ini Mikha sedang membuka jendela kelas, karena ikut penasaran cewek itu pun bertanya.
"Kepo ya lo?" Metha mengulum senyuman menyebalkan. Gadis yang suka membuat masalah itu berhasil membuat kembarannya dongkol.
Mikha memutar bolamata jengah, entah kenapa rasanya selalu saja sangat menyebalkan ketika berbicara dengan saudara kembarnya sendiri.
"Yaelah sama kembaran sendiri marah-marah terus, maaf kali Mik." Metha menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Wajahnnya di setting semenyedihkan mungkin.
Walaupun mereka kembar, baik Metha maupun Mikha memiliki perbedaan yang sangat bertolak belakang. Seperti Metha yang terkenal dengan kenakalannya, sedangkan Mikha terkenal karena kegeniusannya. Dan masih banyak hal lain diantara keduanya yang sangat tidak sinkron. Mereka kembar tidak identik. Tapi sama-sama popular disekolah karena kemampuan dalam bidang tertentu yang mereka kuasai. Selain itu, visual mereka juga enak dipandang alias tidak membosankan untuk dilihat.
"KUNJUNGILAH DAN TONTONILAH, ACARA DRAMA SI KEMBAR! TIKET GRATIS TISS ... TIDAK DIPUNGUT BIAYA." Rica berteriak lantang diatas meja guru, menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian para penghuni kelas. Menggulung buku milik Metha sebagai mikrofon hayalan yang seolah-olah berbunyi lantang, padahal faktanya suara cemprengnya lah yang kencang.
"Eh geblek kurang asem lo," Metha menatap sengit teman sebangkunya, gadis itu berlari mengejar Rica dan menendang pantat gadis itu.
"Gila tendangan lo sakit banget, Anjir. Kaki lo terbuat dari apa sih Meth? rasanya pantat gue mau remuk nih!" Rica meringis kesakitan. Mengelus pantatnya yang menyedihkan itu.
"Woy-woy, itu anak barunya! Gila kok bisa dia seganteng itu?" Para cewek penggemar visual mulai berisik-bisik.
"HAMILIN GUE DONG SAYANG, RAHIM GUE UDAH MERONTA-RONTA NIH!" Seorang siswi bergincu merah terang dan berambut kribo berteriak lantang sembari melompat-lompat centil.
"Mana anak barunya? Gue mau lihat. Awas permisi, gue mau lewat." Urel mendorong pelan para gerombolan siswi yang berkumpul di ambang pintu kelas, bahkan koridor kelas lain di penuhi rombongan para siswi yang sedang mengagumi paras rupawan si anak baru pindahan dari Jerman.
"Si bodoh! enggak usah dorong-dorong dong. Ganggu aja." Sewot si kribo yang bibirnya bergincu merah terang itu.
"Ya maaf, Puk." Ujar Urel bermaksud meminta pengampunan dari teman sekelasnya yang bernama Lipuk itu.
"Iye-iye," balas si rambut kribo bernama Lipuk itu. Dia pun memberikan sedikit jalan untuk Urel.
Urel pun langsung melangkah maju, cewek itu berdiri di koridor bersama para gerombolan siswi lain. Bedanya, Urel berdiri menyender di pojokan.
"Ya ampun, kayaknya dia pangeran berkuda yang di utus buat nemuin gue. Semoga aja dia jadi jodoh gue." Urel mulai bergumam ngawur setelah melihat rupa tampan si anak baru.
"HALU TEROS!" Teriak Metha tepat di telinga kanan Urel, cewek tomboy itu tiba-tiba saja datang entah darimana.
"Ganggu banget sih, Met!" Cibir Urel.
"Halu terus nanti berakhir mampus loh." Metha mengejek sang sahabat.
"Lama-lama gue jahit juga mulut lo, Met." Urel menatap tidak terima. Metha justru tertawa terbahak-bahak dan bergegas pergi sebelum kena amukan maut dari sahabatnya.
***
Manis. Batin seseorang dari atas gedung. Orang itu memperhatikan seorang gadis yang sedang dihukum ditengah lapangan. Gadis itu terlihat sangat kelelahan sekaligus menahan kesal entah karena hal apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU
Teen Fiction[PROSES REVISI] Ini tentang Getha Nathalia dan dunianya yang berubah 180° semenjak bertemu dengan kedua orang tua kandungnya. Di saat kerumitan di dalam hidupnya di mulai, sesosok laki-laki bernama Reygan Argara membuat kerumitan hidup yang di ala...