Semilir perlahan menggoyangkan tirai putih yang tergantung pada jendela berkaca bening yang sedikit terbuka. Menguarkan hawa pagi nan dingin yang menyapa permukaan kulit dua insan dalam satu ranjang.
Veranda perlahan membuka matanya. Mengerjapkan sesaat lalu menatap langit-langit kamarnya dan Keymal dengan senyum khasnya. Pandangannya langsung berganti arah. Teralihkan pada sosok dengan lengan kekar yang kini masih melingkari pinggangnya. Veranda kembali tersenyum.
Pelan tapi pasti Veramda mengelus pipi Keynal. Membisikkan kata penuh cinta untuk membangunkan sang pemilik hatinya saat ini.
“Selamat pagi Keynal yang jelek” bisiknya dengan senyum jahil. Bermaksud menggoda sang suami.
Tapi Keynal masih tak memberi respon. Mata Keynal terpejam dengan deru nafas teratur. Veranda kembali tersenyum. Dia pasti lelah karena sejak kemarin harus memenuhi segala keinginannya. Meski dia senang mengerjai Keynal dengan hal yang kadang tak masuk akal untuk Keynal dengan karakter seperti Keynal, tapi lama-lama dia kasihan juga. Keynal tak tidur semalaman. Dan saat dia ketiduran, dia akan berusaha tetap membuka matanya dan memastikan Veranda baik-baik saja. Membuat Veranda jadi tak tega.
“Keynal..” sekali lagi dia mengguncang tubuh jangkung Keynal pelan. Berharap kali ini akan berhasil membangunkan sang pujaan hati.
Dan benar saja, Keynal nampak terbangun dengan mata yang terbuka cepat sesaat setelah dia sadar. Keynal menatap Veranda cemas, matanya beredar menelisik wajah sang istri.
“K… kenapa? Apa ada masalah? Kamu sakit? Perut kamu.. perut kamu baik-baik aja?” tanya Keynal dengan serbuan pertanyaannya.
Veranda terkikik geli. Mengabaikan raut khawatir pada wajah tampan Keynal. Lantas Veranda menggeleng masih dengan menyunggingkan senyum manisnya.
“Tidak, aku cuma mau membangunkan kamu aja”
Tepat saat Veranda menyelesaikan kalimatnya, saat itulah wajah Keynal nampak lega. Keynal menghela nafas dan memasang tampang hangatnya pada Veramda.
“Kamu membuat aku khawatir” ujarnya dengan suara sedikit serak, ciri khasnya ketika baru bangun tidur. Keynal langsung mendekap Veranda meski posisinya masih berbaring dan Veranda setengah duduk. Membuat Veranda agak sedikit risih.
“Sudah hentikan, ini sudah pagi. Kamu harus bekerja kan? Ayo lepaskan” tegur Veranda seraya berusaha meloloskan diri dari dekapan posesif Keynal.
Namun Keynal malah tak menggubrisnya. Dia tampak tenang-tenang saja dan bahkan semakin mengeratkan pelukannya.
“Keynal…” rengek Veranda.
“Aissh…” Keynal langsung mendelik dengan wajah kesal. Mata beriris hitamnya seolah menebarkan ribuan tusukan pada mata Veranda atas rengekan Veranda. “Aku mau berdekatan sama istri dan anakku. Apa itu salah?” ujarnya terlihat cemberut.
Veranda siap menertawakannya kalau saja tak langsung dapat delikan tajam dari Keynal. Akhirnya dia memutuskan untuk tersenyum dan berdehem singkat.
“Bukannya kamu bekerja untuk istri dan anakmu, tuan Puta? Ingat ya, kami tidak mau hidup susah jadi kamu harus mencari uang sebanyak-banyaknya” canda Veranda.
Keymal terkekeh mendengarnya. Mengangguk-angguk seolah paham akan ucapan Veranda.
“Baiklah, demi istri dan anakku aku akan bekerja keras. Tapi sebelumnya, morning kiss dulu” ujar Keynal dengan seringai liciknya.
Veranda tersenyum, dia mengangguk sembari mendekatkan wajahnya pada pipi Keynal dan mengecupnya singkat.
Keynal menaikkan satu alisnya, menatap Veranda dengan penuh wibawa. “Masa disitu? Disini dong…” Keynal mengucapkannya dengan setengah merengek sembari menunjuk bibirnya dengan tampang polos, membuat Veranda tersenyum geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Or Obsession 🔞
Romance21+ Bijaklah dalam memilih bacaan. - Vampire Limited Edition