Chapter 01

452 42 15
                                    

Uchiha Sasuke, adalah putra bungsu dari keluarga Uchiha. Diusianya yang menginjak 18 tahun ia telah berhasil menggemparkan media atas keprofesional'annya sebagai seorang model. Namanya meroket begitu cepat, membuat para model senior banyak mempertanyakan bakat luar biasa dalam dirinya.

Namun tidak sedikit pula yang menjudge buruk akan hal itu. Mereka tidak lain adalah orang-orang iri hati yang tidak terima dengan kesuksesannya akan segala bidang, mengingat keluarganya adalah pengusaha sukses yang terpandang.

Sasuke duduk dibangku kelas XII, Konoha Senior Hight School, hampir semua dari warga sekolah mengidolakan dirinya.

Dirinya yang pendiam dengan segala kesempurnaannya.

.
.
.

Teriakan menggelegar di koridor, dan itu semua mengganggu Sasuke. Ia hanya pria pendiam yang menyukai ketenangan, tapi orang-orang seolah mengejeknya dengan berteriak kencang kala ia berjalan melewati mereka semua. Tapi Sasuke tidak punya alasan untuk menghentikan teriakan mereka. Semua orang punya hak melakukan apa yang mereka inginkan, dan Sasuke selalu menghormati hak setiap orang.

"SUKEEE!"

Lagi. Suara paling kencang diantara yang lain, paling keras diantara semua orang, dan paling mengganggu diantara segala hal... Meneriakkan namanya dengan begitu kencang.

Suara itu untuk kesekian kali menghentikan langkah Sasuke, dan membuatnya menengok sekedar melihat pada pemuda kuning dengan semangat meledak berlari menghampirinya.

Berbeda dari yang lain. Ia satu-satunya yang selalu menunjukkan keberadaannya dan mulai mengganggu hari tenangnya. Situasi tenang yang bisa ia miliki hanya sedikit dari jutaan waktu yang ada.

"Aku akan mengantar ke kelasmu, Sasuke!"

Sasuke memejamkan mata. Seorang pemuda seusianya berada begitu dekat dengannya, dan berbicara atau lebih tepatnya berteriak dengan suara tenor saat jarak mereka tak lebih dari lima puluh senti.

Orang-orang yang berdiri di sepanjang koridor untuk menyambutnya, terdiam di tempat mereka berdiri. Mereka semua tahu bahwa idola mereka tidak nyaman dengan kehadiran pemuda pirang yang kini menggandeng tangannya. Tapi tidak ada yang berani menyela, kala pemuda pirang bernama Namikaze Naruto itu adalah anak dari donatur terbesar di sekolah mereka.

Langkah mereka perlahan mulai menelan jarak dan menghilang disebuah tikungan, sehingga orang-orang tidak bisa melihat bagaimana punggung tegap itu menjauhi mereka perlahan.

Sasuke hanya diam saja kala Naruto begitu banyak mengoceh, tentang langit biru, samudra dan bintang dimalam hari. Naruto memanglah akan mencari segala macam topik pembicaraan, walau ia sendiri tahu semua itu membosankan.

Tapi asal ia terus berbicara dan membuat Sasuke mendengar suaranya, ia sudah sangat bahagia. Walau Sasuke tidak pernah menjawab setiap kata yang ia lontarkan dari mulutnya, tapi Naruto tetap senang.

"Oh ya! Aku hampir lupa, aku sudah membuatkan bento untukmu. Kau harus memakannya ya, Suke..."

Ia selalu berbicara dengan menggebu.

Naruto mulai mengeluarkan sesuatu dari dalam ranselnya, sebuah kotak bento berwarna biru tua. Dari warnanya, seolah sudah ditunjukkan bahwa kotak bekal itu untuknya. Dan Sasuke hanya memperhatikan dalam diam.

"Tinggal 15 menit lagi. Aku harus ke kelasku sebelum pelajaran dimulai! Sampai jumpa, Suke!"

Dan hanya ia yang memanggilnya dengan sebutan seperti itu.

Sasuke mendengus pelan...

.
.
.

Pukul 09.45 saat jam istirahat, Naruto kembali muncul di kelas Sasuke dengan senyumnya yang lebar, mengabaikan berbagai macam tatapan dari orang di sekitar.

I'll Be There!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang