PEMAIN
MAIA (MAMA FANLEI)
Hobby : menjaga Fanlei meski jarak memisahkan mereka (euuummmmm..😋😋😋)
.
.
.
.
.
.
.
。。。。。。。。。。。。。。。。。。TING-TUNG. TING-TUNG. TING-TUNG.
"Siapa sih yang mencet bel banyak bener?" Sichuan beranjak dari sofa dan membukakan pintu. Sichuan kaget dan heran melihat tamu itu rupanya adalah... "Fanlei?"
Fanlei datang sambil menangis terisak-isak seperti anak kecil yang habis jatuh di atas aspal, matanya sembab, sampai jadi kemerah-merahan.
Sichuan bingung, apa yang membuat Fanlei menangis sampai seperti itu?
"Kamu..." Sichuan baru saja akan bertanya akan hal itu. Tapi ...
Seperti waktu berhenti, Fanlei langsung memeluknya.
Erat.
"Jangan seperti ini, Lei!" Sichuan takut akan jatuh cinta lagi pada Lei.
Lei tetap bersikukuh memeluk Sichuan untuk membunuh Sichuan dengan sebilah pisau kecil yang tajamnya mengalahkan taring hiu ganas di lautan yang sudah siap di tangannya. Ia membuka pisau itu tepat di balik leher Sichuan. "Jangan bergerak."
"Lei?" Sichuan merasa ada yang tidak beres. Entah kenapa dia jadi ketakutan.
Dan
Sriieeetttt....
"LEI!!!!" Sontak Sichuan menjauhkan diri dari pelukan Lei. Air matanya berlinang. Tak disangka oleh Lei, Sichuan, mantan kekasihnya itu menangis setelah merasakan sedikit goresan pisau kecil di leher belakang. Lebih tak disangka lagi, dirinya sendiri melakukan hal sekeji itu pada orang yang dianggapnya tak bersalah. Lei menangis. Menangis hingga badannya lemas dan tertunduk di depan Sichuan. Sichuan masih shock! Mulutnya terbungkam ketakutan dan kagetnya tadi yang luar biasa.
"Sichuan... ibu aku meninggal," ucap Lei tanpa berani menatap kedua mata Sichuan di depannya.
Sichuan menjadi lebih shock. Lagi, ia tak punya tenaga untuk membuka mulutnya. Bahkan bersuara saja ia tak mampu.
Namun,
Sichuan menguatkan tenaganya untuk berjalan menghampiri Lei. Ia ikut berlutut dan kini tinggi posisinya dengan Lei hampir sama. Dengan hatinya yang lembut, Sichuan merentangkan tangannya selebar dunia untuk memeluk Lei. Mereka sama-sama menangis dalam satu pelukan yang sama.
Sebenarnya, Sichuan merasa kepergian ibu Lei bukan sepenuhnya kesalahannya. Kalau Lei tidak mengawali semua kejadian ini dengan datang terlambat mengantarkan obat, hingga membuat papanya meninggal, ibu Lei masih punya kemungkinan lebih besar untuk dioperasi dan sembuh dari penyakit yang diderita. Tapi, tidak---tidak. Sichuan tak mau berandai-andai. Ia paling benci dengan yang namanya "berandai-andai."
。。。。。。。。。。。。。。。。。。
21.00 WIB.
Acara melayat sudah berakhir. Satu persatu orang yang melayati ibu Lei kembali ke rumah mereka masing-masing. Kini hanya tinggal Lei, Sichuan dan Wang A.
Mereka bertiga duduk di depan rumah. Menemani Lei yang masih tenggelam dalam keterpurukan setelah ditinggal ibunya yang paling ia sayang.
"Sebaiknya kalian pulang saja. Aku nggak papa," kata Lei yang mulai tenang.
"Kamu.. Wang A, kan? Cepatlah pulang. Aku masih ada urusan dengan Lei," jawab Sichuan mengarah pada Wang A yang duduk di samping Lei.
"Kamu Sichuan. Pulanglah. Aku lebih tidak ingin melihat wajahmu."
Sichuan merasakan amukan dan kekecewaan Fanlei padanya yang begitu besar. Akhirnya, Wang A dan Sichuan memutuskan untuk pergi meninggalkan Fanlei dengan berat hati.
Ketika mereka telah berada sampai gerbang utama rumah Fanlei...
"Lo..."
Sichuan menoleh ke sumber suara yang ada di sampingnya.
"Lo ada hubungan apa sama Lei?"
"Gue? Gue temen Lei." Jawab Sichuan dengan tampang percaya diri, meski ia hampir saja kecoplosan, mau mengatakan bahwa Lei adalah mantan kekasihnya. "Lo sendiri?"
"Gue siapanya Lei, apa urusannya sama lo?"
"Kalau gitu kali ini lo harus jawab. Lo siapa sebenernya? Kenapa lo selalu ada di sekitar gue sejak persidangan?"
"Oh! Itu. Gue udah ngira dari awal kalau lo bakal kegeeran. Tapi gue ingetin. Gue cuma pengen jaga Lei dari cewek keras kepala kayak lo."
"Gue keras kepala? Dari mana lo tau? Kenal aja engga."
"Gue ingetin, Sichuan. Lei nggak akan pernah suka sama lo lagi. Lei milik gue."
"Siapa juga yang berharap dia suka sama gue?"
"Bagus. Ternyata lo juga bisa sadar diri."
Dengan rasa bangganya mengalahkan Sichuan, ia berjalan mendahului Sichuan.
Sichuan bingung.
Sepenting itukah Lei bagi Wang A? Sebenci itukah Wang A padanya?
Kenapa?
。。。。。。。。。。。。。。。。。。
🗻🗻🗻🗻🗻🗻🗻🗻🗻🗻🗻🗻🗻🗻🗻Ai tunggu vote dan komennya ya Storyginal🏄
Liebe,💌
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Putih
Fiksi RemajaPernah nggak lo nyesel karena udah suka sama seseorang? Itulah yang gue rasain. Gue nyesel udah jatuh ke dalam hipnotisnya, tapi anehnya, gue nyaman terjebak di dalamnya.