Weekend adalah hari terbaik untukku bermalas-malasan dirumah setelah banyaknya pendingan nasabah yang harus aku kerjakan minggu ini membuat aku pulang malam setiap harinya.
Rasanya tidak adil menjadi cso yang tugasnya lebih berat dari karyawan tetap tapi tidak mendapat gaji sepadan bahkan bonus tahunan seperti mereka. Yaa kecuali cso itu sudah karyawan tetap.
Tapi berapa jam pun aku tidur malam hari selalu saja aku bangun pagi sekali.
Padahal aku berharap bisa seperti orang-orang yang malamnya begadang lalu bangunnya tengah hari bolong. Menyebalkan."loh ibu sama bapak mau kemana udah rapih?" tanyaku heran melihat kedua orangtua ku membawa tas besar di ruang tamu.
Ibuku menghampiriku dan mencium keningku, itu kebiasaannya setiap pagi padaku.
"ibu sama bapak mau ke rumah uwa nyai, si disna kan mau kawin. Kami mau kesana bantu-bantu"
Aku cukup terkejut "oohh si disna mau nikah"
Dia merupakan sepupuku dari kakak ibuku.
Disna lebih muda dua tahun dari ku tapi sudah berani punya komitmen untuk menikah. Aku yang lebih tua darinya merasa sedih dilangkahi."iyaa kamu jaga rumah ya. Kami mungkin pulang hari senin. Kalo takut tidur sendiri kamu ajak mega menginap disini" kata bapak sambil mengusap rambutku.
Kekhawatiran mereka memang beralasan, karena aku merupakan anak tunggal. Jadi, setiap mereka pergi sampai menginap diluar selalu ada rasa takut meninggalkan aku sendiri dirumah.
Tapi aku sering mengajak teman rumah ku, mega untuk menginap. Rumahnya hanya beberapa blok dari sini.
"ibu sudah siapkan sarapan buat kamu. Kalau lauknya gak habis kamu masukin kulkas nanti dihangatkan lagi buat makan siang atau malam" kata ibu sambil menunjukkan lauk-pauk yang sudah terjejer rapih dimeja makan.
Aku mengangguk, lalu mengantarkan mereka ke depan gerbang rumah.
"ibu sama bapak gak usah khawatir. Yuna udah biasa kan sendirian di rumah. Kalo udah sampe jangan lupa telepon. Salam sama uwa dan disna juga maaf yuna gak bisa ikut kesana" kataku sambil mencium punggung tangan mereka satu persatu
"yaudah kita berangkat dulu" kata mereka berbarengan.
aku melambaikan tangan sambil menunggu mereka pergi sampai tak terlihat baru aku masuk kembali kedalam rumah.
🍁🍁🍁
Sejones-jonesnya seorang jomblo adalah aku yang tidak pernah bermalam mingguan dan selalu berada dirumah.
Sebenarnya aku bukan tipikal orang introvert yang benar-benar mengurung diri di rumah dan tidak mengenal dunia luar.Aku hanya merasa kepercayaan diriku mulai menghilang setelah aku lulus smk.
Terlebih lagi melihat teman-teman ku yang sudah lulus kuliah dan mempunyai pekerjaan yang lebih baik dariku.
Aku mulai menjauhi mereka, tidak pernah lagi ikut reuni sekolah baik sd, smp, smk.
Aku risih setiap kali bertemu, pembahasan mereka pasti tentang kuliah dimana? Kenapa gak kuliah? Udah punya pacar kan? Kapan nikah? Kenapa umur segini masih jomblo?Blablablabla
Hanya pekerjaan saja yang mungkin masih bisa aku banggakan karena aku bekerja di bank swasta yang bergengsi meskipun aku hanya karyawan kontrak.
Padahal aku punya beberapa alasan yang membuat ku tidak kuliah.
Pertama, aku sebenarnya pernah kuliah tapi tidak sampai semester tiga aku Drop out karena tubuhku tidak mampu menanggung beban kerja dan kuliah malam setiap hari.Yaa karena aku adalah cewek lemah yang sering sakit-sakitan.
Kedua, aku sudah keenakan bekerja. toh aku merasa puas mendapat gaji umr dengan statusku yang hanya lulusan smk. Meskipun itu belum cukup untuk membantu keuangan orangtua ku sebenarnya.
Dan ketiga masalah umur, aku sekarang sudah dua puluh empat tahun dan merasa malu untuk melanjutkan kuliah.
Meskipun kalau aku memilih kuliah kelas karyawan aku akan bergabung dengan mahasiswa-mahasiswa yang umurnya beragam, ada yang lebih tua sih tapi pasti lebih banyak yang lebih muda dari ku.Sempat terbesit dipikiran ku untuk menikah saja.
Ketika aku mulai lelah dengan pekerjaan, aku suka berangan-angan menikah, memiliki suami mapan yang menyuruh ku untuk tidak usah repot-repot kerja, memiliki anak dan hidup bahagia.Tapi masalahnya dengan siapa aku menikah ?
Gebetan saja aku tidak punya.
Pacar apalagi.
Ketika aku mulai putus asa soal ini rasanya aku ingin orang tua ku mencarikan jodoh saja untukku.Tapi sebenarnya ada seseorang yang mencoba mendekatiku, namanya barry. Dia teman ku saat aku masih kerja di kantor yang lama. Dia masih sering menghubungi ku, atau bahkan mengajakku pergi makan, jalan. Tapi sampai saat ini aku hanya menganggapnya teman dan tidak terlintas juga menjadikannya pilihan.
Bagaimana dengan arlan?
Oh yaa ahjussi satu itu harus bisa ku dekati.
Paling tidak aku ingin berkenalan dengannya.
Karena aku merasa dia harus aku dapatkan.
Ya mungkin itu terdengar egois tapi dari segi fisik dia sudah sangat amat memenuhi kriteria ku.
Tinggi, putih, berkharisma, dan tampan. Persis seperti ahjussi di drama korea. HahaHmm mungkin aku lebay, tapi itu penilaian dari sisi ku, aku tidak boleh terlalu percaya diri.
Takutnya kriteria cewek idaman dia jauh lebih tinggi mengingat fisiknya yang hampir sempurna. Pastinya dia menginginkan cewek yang wajahnya seperti suzy, yoona, song hye kyo, atau jun ji hyun?
Dan aku merasa jauuuhh dari mereka semua bahkan seujung jari pun tidak.Aku mulai frustasi saat melihat nomornya yang sudah kumasukkan ke kontakku.
Whatsapp. Enggak. Whatsapp. Enggak. WhatsappYaa coba whatsapp aja. Batinku
🙋 Ping
Aku mempertaruhkan seluruh harga diriku untuk bisa chat dia.
Astagaaa yuna.
👨 Ini siapa?
Yessss!!! Dia membalas.
Cepat juga."oh astaga gue deg-degan"
🙋 Maaf ini mas arlan? Saya yuna mas.
Dasar bodoh.
Arlan mana kenal sama aku kalo aku tidak bilang aku ini cso yang sering mencetak buku tabungannya.Sudah setengah jam berlalu tapi belum ada balasan darinya.
Mungkin dia baru pulang kerja.
Eh tapi kan ini malam minggu.👨 Yuna? Oh iya mba yuna cso yaa
Oh tuhan aku bahagia.
Seperti kata dira, dia mengenaliku.
Rasanya aku ingin menjerit saking senangnya.🙋 Iya mas arlan maaf ya aku masukkin nomor mas arlan ke kontakku.
Gpp kan?Aku menunggu lagi.
👨 Gpp kok mbak
🙋 Makasih yaa mas 😁
👨 Hehe iya mbak.
Singkat.
Lalu apalagi yang harus kutanyakan?
Aku bingung. Karena hanya dengan melakukan percakapan seperti ini saja sudah membuat jantungku berdegup kencang dan bahagia tentunya.Ah okee cukup segini dulu karena ini sudah awal yang bagus.
Semoga besok-besok aku punya alasan untuk bisa whatsapp dia.
Seandainya saja dia merupakan nasabah k1/prioritas di cabangku pasti ada kesempatan lagi untukku basa-basi menghubunginya.Note : *
K1 (kelompok satu) : nasabah yang dana/kreditnya diatas seratus juta, tingkatannya diatas reguler dan dibawah prioritas.
- prioritas : nasabah yang mendaftar sebagai member prioritas dengan saldo mengendap diatas lima ratus juta yang akan mendapatkan layanan responsif dan antrean isimewa
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ahjussi (Complete) TAHAP REVISI
Romance" aku tidak mau ada perjodohan ini " katanya sambil mengesap hot coffee. Dia pikir aku mau adanya perjodohan ini? Dia kira aku yang memaksa untuk dijodohkan dengannya? Kenapa kesannya aku yang ngebet dengan perjodohan ini. Aku berdiri. Menyilangkan...