Perkenalkan namaku adalah Claudie Azarra, atau biasanya dipanggil Laudi. Namaku bisa dibilang cukup cantik, tapi tidak dengan parasku. Aku adalah gadis culun berkacamata, berambut keriting dan berparas biasa saja. Umurku 16 tahun dan sekolah di SMA terkenal dikotaku.
Pagi ini, seperti biasanya aku bersiap ke sekolah. Tidak lupa pula aku sarapan bersama keluargaku, ayahku adalah seorang angkatan udara yang cukup tegas dalam suatu hal. Dan ibuku adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Aku terdiri dari 2 bersaudara. Yang pertama ada kakak perempuanku, lalu yang kedua adalah aku. Aku memiliki pertanyaan aneh yang terus terngiang di dalam pikiranku.
"Ayah.. Apa aku anak angkat?" Tanyaku di meja makan memecahkan keheningan di rumah. Semua yang dimeja makan seketika menatap ke arahku dengan tatapan heran. Itulah pertanyaan yang terus menghantui diriku selama ini, setidaknya aku merasa lega telah mengeluarkannya.
"Mengapa kau menanyakan hal itu?" Tanya ayahku balik padaku.
"Hanya bertanya saja. Soalnya ayah, ibu, dan kak Ara tidak memakai kacamata dan hanya aku saja yang berambut keriring diantara kalian bertiga." Jawabku jujur. Dan mereka masih menatapku dengan bingung.
"Bwahahah... Ara yang mengatakannya? Dan kamu mempercayai hal itu? Hahah..." Mereka semua tertawa, dan aku mengangguk atas pertanyaan ibu.
"Kamu itu keturunan kakek dan nenek kamu, mereka berambut keriting dan pakai kacamata persis seperti kamu. Jangan mudah percaya dengan perkataan kakak kamu, dia hanya bercanda," jawab ibu.
"Bercanda? Gara kak Ara tuh yang sering manggil aku anak tukang sayur, jadinya kepikiran terus kan sama aku..." sambil memanyunkan bibirku ke depan karna kesal pada kak Ara. Dia selalu saja mengejekku 'anak tukang sayur' yang bikin aku sakit hati. Meskipun hanya sepele, tapi kata-katanya begitu menusuk dalam hati.
"Iya, iya, aku minta maaf. Jangan manyun gitu dong. Yok berangkat sekolah, nanti masuk loh," sambil menarik tanganku dan mengantarku ke sekolah.
Akhirnya sampai sekolah, dan kak Ara pun pergi ke sekolahnya juga. Kami memang tidak diperbolehkan satu SMA yang sama oleh ayah, dan tidak tahu kenapa harus begitu.
Di koridor sekolah aku melihat seorang cowok populer sedang bermain bersama temannya. Namanya adalah Kenzo Haqqan Putra. Ia adalah idola para murid perempuan disekolahku. Posturnya yang tinggi, sifatnya yang ramah, dan wajahnya yang tampan, membuat para siswi terpana melihat tatapan matanya, termasuk aku sendiri.
Aku melirik wajah tampannya sekilas, bisa dibilang aku ini seperti penguntit. Mengagumi seseorang diam-diam. Tidak lama aku memandang wajahnya, dia langsung melirik ke arahku, membuat aku gugup dan lari sekencangnya ke kelas.
"Hosh..hosh.." keringat membanjiri tubuhku. Jujur saja aku merasa senang. Ia melirikku walau hanya sekilas.
"Kamu kenapa Laudi?" Tanya teman sebangkuku, Fia.
"Ahh.. Tadi habis lari. Hihihi," dengan cengiranku.
"Senang amat ya hari ini?" Goda Fia.
"Hehehe..."
Aku memang tidak sekelas dengan Kenzo, bahkan aku sendiri tidak tahu apa dia mengenalku atau tidak. Namun sudah sangat lama aku menyukai dirinya.
"Huftt... harus ambil sepatu di loker lagi nih. Tadi lupa sih, langsung lari aja ke kelas, jadi tinggal deh.." umpatku dengan kesal. Sambil menuju loker.
Lalu aku melihat Kenzo mengambil sepatu di loker juga. Ketika membuka lokernya, aku melihat banyak sekali surat dari fangirl Kenzo.
"Harus berapa banyak lagi mereka kirimkan benda seperti ini di lokerku. Menyemak aja," sepertinya ia risih dengan surat yang segitu banyaknya. Lalu membuang surat itu di tong sampah.
Ketika ia berbalik, aku sempat menatap matanya beberapa detik, lalu ia pergi meninggalkanku di loker itu. Ada satu hal yang ingin kukatakan padanya, lalu memanggilnya.
"Kenzo..." Apa yang harus kukatakan sekarang.
"Ehh.. ya? Kamu anak kelas sebelah kan?" Dia ternyata mengenalku. "Ada apa?" Tanyanya sambil menunjukkan senyum ramahnya.
"Besok setelah istirahat kutunggu dibelakang taman sekolah!!" Lalu langsung pergi setelah aku mengatakan hal itu padanya.
Keesokan harinya....
Hari ini aku akan bertemu dengan Kenzo. Istirahat sebentar lagi, bahkan aku rela ketinggalan pelajaran agar ia tidak menungguku nantinya.
Sudah hampir masuk, bel istirahat sudah lewat dari tadi. Namun Kenzo masih belum kelihatan.
'Hahah.. cowok populer mana mungkin mau bertemu denganku yang culun ini. Banyak cewek populer yang ditolaknya, apalagi aku. Berharap apa aku agar ia datang menemuiku.' Batinku, lalu beranjak ingin pergi meninggalkan taman belakang sekolah.
"Maaf menunggu lama.." itu Kenzo, ternyata ia benar-benar datang.
"Tidak apa."
"Jadi.. ada perlu apa?"
"Aku suka kamu!!" Ungkapku to the point. Aku telah mengungkapkannya, ada perasaan lega dalam hatiku. Kini aku sudah siap dengan jawabannya. Aku memejamkan mataku dan pasrah pada tuhan dengan jawaban yang akan diberikannya.
"Diterima!!" Heeh.. ini diluar ekspektasiku. Cowok populer dan banyak diidolakan mau bersama dengan gadis culun sepertiku. Bahkan ia menolak gadis yang lebih cantik dariku.
"Why?" Tanyaku masih tidak percaya.
"Karna aku juga suka kamu, Claudie" ternyata ia mengenaliku. Betapa senangnya aku pada saat ini, seperti anak yang mendapat banyak mainan.
~
Beritaku jadian dengannya, kini tersebar luas. Banyak sekali fangirl Kenzo yang iri padaku. Dan tak jarang pula, beberapa orang menanyakan kenapa dia mau bersamaku.
"Jadi.. apa yang kau katakan pada mereka, mengapa kau mau pacaran denganku?"
"Karna kau berbeda. Aku yakin sekali kau tulus padaku. Ketika yang lain menggunakan surat dan hadiah, kau malah mengungkapkannya langsung padaku. Itu membuatku yakin padamu" jawabnya. Alasannya cukup sederhana sekali. Namun dapat membuatku tersenyum mendengarnya.
"Terima kasih banyak Kenzo"
"Hn, sama-sama Laudi."
~
Bagiku, ketika memendam perasaan pada seseorang yang kaucintai hanya akan menimbulkan rasa sakit yang mendalam. Jika kau mengungkapkan perasaanmu maka ada dua pilihan yang akan kaudapat yaitu iya dan tidak. Tapi jika dipendam dalam hati maka satu pilihan yang pasti kaudapatkan. Yaitu, Tidak akan pernah memilikinya.
~The End...
Terinspirasi dari cerita guru Ppkn disekolah. Heheh~