Cliff membuka matanya enggan namun aroma lezat yang menusuk hidungnya mau tak mau membuatnya membuka lebar kedua matanya. Dia bergegas bangun dan menyelinap keluar dari kamarnya. Dia telusuri aroma yang memabukan itu hingga membawanya ke sebuah ruangan yang cukup luas. Ada sebuah meja panjang dan beberapa kursi yang berderet di sepanjang meja. Tidak ada seorang pun disana tapi ada sebuah wadah di atas meja yang menjadi sumber dari aroma lezat tadi.
Cliff melangkah mendekati meja, dia teguk salivanya ketika melihat di dalam wadah besar itu penuh dengan cairan berwarna merah kental yang tidak lain adalah darah. Sebenarnya Cliff memang sudah sangat kelaparan mengingat terakhir kali dia makan adalah ketika ibunya membawakan makanan untuknya siang itu. mengingat itu lagi-lagi membuat Cliff tertunduk sedih. Setiap kali mengingat ibunya seketika air matanya memberontak minta pembebasan. Tak dipungkirinya dia masih enggan menerima kenyataan bahwa ibunya telah tiada. Kini dia harus menerima hidup tanpa ditemani oleh ibu yang begitu disayanginya.
" Kau lapar."
Cliff terlonjak ketika sebuah suara tiba-tiba terdengar dari arah belakangnya. Dia menoleh dengan cepat, seulas senyum tersungging di bibirnya ketika dilihatnya pemilik suara itu adalah ayahnya. Cliff mengangguk dengan malu dan Rowan hanya tersenyum melihat reaksi putranya itu.
" Duduklah, kau bisa makan sebanyak yang kau mau." Tak ayal mendengar kata-kata itu membuat Cliff tersenyum sumringah. Dia duduk di salahsatu kursi. Dia hendak mengangkat wadah besar itu berniat untuk meminum darah langsung dari wadahnya, namun dengan sigap tangan Rowan menghentikannya.
" Aku memang mengatakan kau bisa memakan darah itu sebanyak yang kau mau, tapi bukan berarti kau harus memakan semuanya. Masih ada orang lain yang membutuhkannya."
" M ... maafkan aku." Ujar Cliff tampak menyesal. Dia menundukan kepalanya yang lagi-lagi membuat Rowan tersenyum.
Rowan mengambil sebuah gelas dan menuangkan darah itu hingga gelas yang kosong di tangannya sudah penuh dengan darah. Dia serahkan gelas itu pada Cliff yang langsung diterimanya tanpa ragu. Cliff meminumnya dengan rakus hingga hanya membutuhkan waktu beberapa detik saja darah itupun sudah berpindah tempat ke dalam perutnya.
Tanpe mareka sadari dua sosok penghuni kastil tengah menatap mereka tak suka, lebih tepatnya menatap ke arah Cliff.
" Lihat Bu anak haram itu, berani sekali dia memakan makanan kita." Pemuda vampir berusia 21 tahun itu terlihat murka. Iris matanya yang berwarna merah semakin berkilat merah pertanda dia sangat membenci pemandangan yang sedang dilihatnya.
" Sudahlah Nick, kita akan bergabung dengan mereka."
" Aku tidak sudi berada satu ruangan dengan anak haram itu. bau darah campurannya sangat memuakkan." Rose mengabaikan perkataan putranya dan tetap melangkah mendekati Rowan dan Cliff. Akhirnya Nick pun terpaksa mengikuti ibunya meski hatinya masih merasa enggan.
" Maaf kami terlambat." Rose berucap dengan lembut. Rowan hanya diam tak menyahuti sedangkan Cliff menatap tanpa berkedip ke arah wanita yang menurutnya sangat mengagumkan itu. wanita cantik dan anggun yang untuk pertama kalinya dia temui karena semalam dia sama sekali tidak bertemu dengannya.
Pandangan Cliff beralih pada sosok pemuda yang berdiri di samping wanita itu. sosok pemuda yang diketahuinya merupakan kakaknya. Tapi seketika Cliff menunduk ketika menyadari tatapan tak suka dari kakaknya itu.
Rose mendudukkan dirinya di salahsatu kursi, disusul Nick yang duduk di sebelahnya.
" Kau tidak ingin mengenalkan dia padaku, Rowan?" ucap Rose yang membuat Rowan mengernyit.
" Kau kan sudah tahu dia ini putraku?" sahutnya dingin dan ketus, hal yang biasa terjadi jika dia berbicara pada istrinya.
" Ya ... tapi aku belum tahu namanya." Tambah Rose seolah tak peduli dengan nada ketus dan dingin dari suaminya, mungkin karena dia sudah terbiasa diperlakukan seperti itu oleh Rowan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DAWSON CLAN {SUDAH TERBIT}
Vampire{SUDAH DITERBITKAN} SEBAGIAN CHAPTER SUDAH DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN Cliff selalu merasa hidupnya berbeda dengan orang lain. Dia selalu dikurung di dalam ruangan gelap nyaris tanpa cahaya oleh ibunya. Dia pun tidak bisa memakan makanan yan...