Pagi ini rasanya malas untuk aku memulai pekerjaan.
Setelah adanya perbincangan yang terjadi antara aku dan bapak semalam mengenai om andy, temannya.
Dan berhasil membuatku tidak bisa tidur karena gelisah.Kini aku mulai berpikir. apa selama ini bapak dan ibu mengkhawatirkan jodohku?
Terlebih sepupu-sepupu ku banyak yang sudah berkeluarga.
Membuat mereka resah mengenai masa depanku soal laki-laki.
Apalagi sejak terakhir smk, aku tidak pernah membawa ataupun membicarakan laki-laki didepan mereka.
Aku hanya sedikit kesal. Kenapa mereka bisa berpikir untuk menjodohkan ku, sih.
Apa seputus asa itukah mereka terhadapku yang mereka kira mustahil mengenalkan laki-laki pilihanku sendiri pada mereka karena kepribadianku yang tertutup.
Itulah sebabnya mereka ikut campur memilihkan jodoh untukku.Aku tidak boleh berspekulasi dulu.
Semalam kan bapak sama ibu bilang kalau aku boleh memikirkannya."antrian dua silahkan" aku mempersilahkan nasabah untuk duduk
"selamat pagi pak, saya dengan yuna ada yang bisa dibantu? ""pak? Saya wanita mbak. Biar bondol gini juga" koreksi nasabah itu yang membuat aku akhirnya tersadar akan kesalahan fatal ku itu.
Disamping kananku, bu ning sedang memperhatikanku sambil menggeleng-geleng "pagi-pagi udah kurang aqua" sindirnya halus.
Aku tersenyum simpul kepada bu ning dan beberapa kali minta maaf kepada nasabah di depanku ini.
Bagi seorang frontliner, bersikap baik, sopan, ramah, senyum dan fokus terhadap nasabah atau customer itu adalah number one.
Meskipun ada badai menerjang.
Ada gempa mengguncang.
Ada petir menyambar.
Ada gunung meletus.
Intinya apapun itu masalah yang kita hadapi entah itu soal keluarga, pacar, pasangan, sesama teman kantor kek itu semua HARAM diperlihatkan didepan nasabah."kamu lagi kenapa pagi-pagi gak konsen manggil nasabah? Jelas-jelas itu nasabah pakai anting dua sama lipstik menor dibibir masih saja salah nyebut" ledek bu ning sambil tertawa.
"ya kali aja bu. Zaman sekarang udah edan. Laki-laki mau dandan kayak perempuan lah yang perempuan malah kelakik-lakian" kataku asal tapi nyata.
"kamu begini gara-gara gak di apelin sama arlan,heh? "
tuh lagi kan ngeledeknya.
Aku lagi-lagi mengelak. Saat ini aku belum bisa cerita pada siapapun tentang masalah ini sebelum aku bertemu dengan temannya bapak itu.
"udah bu udah entar lagi aja ngeledeknya kasian tuh nasi sama sotonya dianggurin" kata ku mengalihkan topik.
Usaha ku berhasil.
Kini kami menyantap makan siang dengan lahap tanpa bersuara lagi."eh iya itu daftar k1 yang baru sudah keluar tuh ada di ruangan bapak. Tadi aku sempet lihat kayaknya ada nama arlan disitu" bu ning kembali membuka percakapan.
"hah serius bu " Aku terkejut, lebih tepatnya girang.
Sepertinya dewi fortuna sedang berpihak padaku."oke aku semangat bu buat ngejar *soldex. Bilang si dira jangan ambil bagian aku bu" kata ku tanpa berpikir.
Bu ning terbelalak.
Baru kali ini dia punya anak buah yang semangatnya membara kayak mau ikutan asian gamesTapi kalau asian games itu menjanjikan.
Dapat medali emas dikasih 1M
Lah ini ...
Dapet 1M kagak yang ada kepala jadi mumet gara-gara nasabah yang susahnya minta ampun dimintain tolong soal produk-produk.
Dan sekarang, hanya karena ada nama arlan disalah satu list nasabah k1 aku girangnya bukan main.Kalau dira lihat pasti dia senang nih.
Senang karena tugasnya sedikit diringankan olehku.🍁🍁🍁
"pak, kasih tahu teman bapak kalau aku bisa nya minggu depan. Minggu ini aku ada weekend banking"
Ada raut bahagia tercetak di wajah bapak dan ibu saat aku memberitahu mereka jawabanku.
Berhari-hari aku berpikir, menentukan pilihan sendiri ternyata sesulit ini.
Aku lagi-lagi meyakinkan diri kalau ini baru perkenalan kan, belum tentu om andy dan keluarganya langsung menyukai ku apalagi sampai melamar.
Belum tentu juga anaknya mau menerima perjodohin ini.
Jadi aku tidak perlu khawatir dulu.Hari ini aku berangkat kerja lebih siang dari biasanya. Akhirnya aku bisa tidur dengan nyenyak semalam setelah berhari-hari gelisah, sampai-sampai aku mengabaikan alarm yang berteriak membangunkan ku.
"bu aku berangkat dulu yaa" aku berteriak menghampiri ibu di ruang makan.
"eh eh sarapan dulu dong sayang"
"aduh bu gak keburu. Aku udah kesiangan" kata ku sambil melihat arloji dipergelangan tangan.
Ibu buru-buru mengambil kotak makan dan memasukkan nasi beserta lauk-pauk kedalamnya dan memberikan padaku "ini kamu sarapan di kantor ya, jangan sampe enggak nanti kamu sakit kalo pagi gak sarapan"
Aku mengangguk mendengar nasehat ibu "iya bu. Aku pamit ya. Assalamualaikum"
Aku memakai sepatu siletto ku sambil berjalan keluar gerbang, tapi bapak memberhentikan motornya tepat di depan ku "ayok bapak anter na"
"lah kata ibu bapak mau belanja bahan. Gak jadi?" tanyaku heran.
Bapak tidak menjawab malah memberikan helm padaku dan menyalakan lagi mesin motornya.
Aku langsung duduk dibelakang bapak "ayok" perintah ku menepuk pundak bapak sambil tertawa.
Sudah berapa lama sejak terakhir kali bapak mengantar aku berangkat kerja. Ketika mereka memilih untuk membuka toko kue sendiri dan mulai sibuk dengan usahanya, aku mulai mandiri untuk berangkat dan pulang sendiri.
Berhubung kantor ku yang sekarang juga tidak terlalu jauh dan hanya membutuhkan satu kali naik angkot aku jadi tidak takut.
Biasanya aku tidak pernah tidak di antar-jemput oleh bapak, bahkan dulu saat kantor ku berada jauh di meruya, bapak setia mengantar-jemput ku tanpa mengeluh padahal saat itu bapak masih bekerja di kantoran.
Andai saja aku bisa mengendarai motor, mungkin aku tidak akan pernah menyusahkan bapak."yuna" panggil bapak menghentikan laju motornya saat lampu lalu lintas merah.
"kenapa pak?" teriak ku mendekatkan wajah ke bahu bapak, takut bapak tidak mendengar.
"terima kasih ya, nak" kata bapak berbisik.
Aku mengerti apa yang dimaksud bapak.
Semalam, setelah aku meminta bapak untuk memberitahu temannya mengenai pertemuan itu aku langsung menghabiskan sisa makanan ku dan bergegas masuk kedalam kamar tanpa menunggu jawaban dari mereka.Mungkin ini alasan bapak mengantar ku pagi ini, untuk berterima kasih padaku karena sudah mau memberi keputusan.
Note : *
Soldex (solusi index) : indikasi penjualan satu solusi/produk kepada nasabah
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ahjussi (Complete) TAHAP REVISI
Romance" aku tidak mau ada perjodohan ini " katanya sambil mengesap hot coffee. Dia pikir aku mau adanya perjodohan ini? Dia kira aku yang memaksa untuk dijodohkan dengannya? Kenapa kesannya aku yang ngebet dengan perjodohan ini. Aku berdiri. Menyilangkan...