9. Sad of Paris in Japan | LOST IN JAPAN

32 20 11
                                    

Acara demi acara sudah dilaksanakan, aku benar - benar tidak menikmatinya. Karena aku tak tau apa yang mereka bicarakan, aku hanya bisa tersenyum nyengir saat mereka tertawa dan sesekali menyampaikan gerutuanku kepada Daniel. Meskipun ada satu hal yang pasti, dia tetap tidak akan membiarkanku pergi dari tempat ini.

"Ladys and gentleman, please stand up!" Seru pembawa acara itu.

"Apa lagi ini?" Gerutuku dalam hati yang sedari tadi menyangga kepalaku di atas meja yang sekarang mau tak mau harus berdiri. Daniel hanya mamandang kelakuanku dengan senyum dan sesekali tertawa kecil yang terdengar begitu menyebalkan.

"Tonight is very special for us, and in this night we aren't just in anniversary event. But we are in party. So, lets doin western style dance!" Kata MC itu dengan semangat.

Apa?! Dansa?! Sekarang aku sadar, ternyata aku tak sepenuhnya mengerti tentang Jepang, dan hal itu adalah kenyataan bahwa Jepang adalah Paris. Musik dansa mulai diputar, namun aku tetap berada di tempatku dan tidak beralih. Daniel mengulurkan tangannya dengan sedikit menganggukkan kepala. Aku tau apa maksudnya, tapi aku benar - benar tidak bisa. Daniel menarik tanganku yang enggan menggenggamnya, kenapa dia tidak mengerti? Aku terus saja menolak ajakannya, namun Daniel tak menyerah disitu. Dia menggunakan temannya untuk membujukku agar mau berdansa dengannya, dia memberi sebuah kode kepada seseorang yang berada di samping mejaku.

Satu hal mengerikan yang ada di pikiranku saat itu, aku bukan saja takut malu ketika semua orang melihat gerakanku yang kaku ketika berdansa. Namun, berdansa berarti aku harus punya pasangan. Dan disini aku tidak mengenal siapapun kecuali guide brengsek itu, Daniel!

Tiba - tiba Celline melepaskan pegangannya dari pasangan berdansanya dan menghampiriku, dia melakukan hal yang sama dengan Daniel. Menarik tanganku dan membuatku berdir, tak hanya itu. Dia juga memasangkan tanganku dengan tangan Daniel yang sedang berdiri pura - pura tidak tahu dan meninggalkanku kembali menuju pasangan dansanya.

Aku kembali menggerutu kepada Daniel, aku tak bisa berdansa. Namun aku tidak berdaya ketika mendapat paksaan dari Daniel yang ambisius ini! Dia tak akan melepaskanku sebelum mendapatkan yang dia mau. Daniel memegang pinggangku dan mengarahkan tanganku untuk memegang lehernya, lampu mulai redup dan iringan musik yang semakin keras terdengar. Kami dan pasangan -pasangan yang lain pun mulai melakukan gerakan dansa yang selaras dengan musik. Kami bergerak kesamping dan sesekali maju mundur dengan jari - jari yang menyatu bergerak beriringan dengan langkah. Aku menatap wajah Daniel dengan senyum khasnya.

"Aku ingin berkata jujur padamu," kata Daniel disela - sela gerakan kami.

"Apa?" Kataku yang berusaha mengimbangi gerakannnya.

"Kau terlihat sangat cantik!" Kata Daniel sambil mendekatkan mulutnya ke telingaku.

Aku hanya terdiam tak menjawab kata - kata itu. Aku menghadap ke arah yang berlawanan dengan Daniel, dibelakangnya ada seorang perempuan yang mengawasiku dengan tatapan yang tidak suka. Aku telah menyadarinya sejak awal aku sampai di tempat ini, tapi aku tak mengerti apa maksud dari tatapannya itu.

Semula semua itu berjalan dengan baik, sebelum Daniel mengatakan semua itu dan lampu menyorot ke arah kami, sepertinya hal ini telah direncanakan. Aku tak bisa mengendalikan kegugupanku dengan semua suara sorakan itu, akupun terjatuh dan tersimpuh di lantai dan memegangi kakiku. Seisi ruangan pun kembali terang dan terisi dengan teriakan kaget. Alunan musik seketika terhenti, semua orang memandangku dengan tatapan kasihan. Kecuali perempuan itu.

"If you can't dance, just don't dance!" Kata perempuan itu dari arah lain.

Daniel yang tadinya membantuku untuk berdiri, kini berbalik meninggalkanku dan mendatangi perempuan itu. Aku tak tau apa yang mereka bicarakan, tapi Daniel terdengar begitu marah sampai - sampai dia menghempaskan tangan perempuan itu yang berusaha memegang tangannya. Perempuan itu mungkin sangat kesal atas perlakuan Daniel padanya, terdengar suara sepatunya yang berbalik arah menjauhiku.

Aku yang merasa sangat malu memutuskan untuk keluar dari ruangan itu dengan berjalan sendiri dan kesakitan, namun Daniel mengejarku dan mencoba menolongku lagi.

"No, you will stay here till this event end!" Kataku sambil menolak tangannya.

"I can't let you go with this hurt!" Kata Daniel sambil meraih tubuhku, namun aku kembali menolaknya.

Lagi - lagi ada sesuatu yang tak terduga terjadi, tiba - tiba semua lampu di gedung itu padam bersamaan dengan terdengarnya sirine kebakaran. Semua orang berhamburan menuju pintu keluar dimana ada aku yang masih berusaha untuk berdiri. Semua orang sedang sibuk menyelamatkan diri mereka sendiri dengan berlari dan secara tak sengaja mereka telah menyenggolku. Aku pun terlempar kesamping dan membentur tembok, tak hanya satu kali. Namun beberapa kali sebelum akhirnya aku menyerah dan menunggu mereka untuk memberiku ruang.

Daniel ternyata berada di belakangku, dia tak pernah membiarkanku berjalan sendirian. Dia memegangi tanganku lagi, dan lagi - lagi aku juga menolaknya. Sampai perempuan itu datang dan menabrak tubuhku dengan sengaja yang membuatku tersungkur dan semakin kesakitan. Melihat perlakuan perempuan itu Daniel terlihat geram, namun dia tidak mengejarnya dan malah mendekatiku. Kali ini dia tidak lagi memegang tanganku namun dia langsung menyibak gaun peach- ku dan menggendongku tanpa memperdulikan perlawananku.

"Lepaskan aku! Aku bisa berjalan sendiri!" Kataku sambil memukuli dada bidang Daniel.

Daniel tak mengindahkan perkataanku bahkan dia juga tidak menjawabnya. Pandangannya lurus kedepan dengan langkah tegas yang membawaku ke arah mobilnya yand sedang terparkir. Tanpa berbicara, Daniel memasukkanku ke mobil dan bersegera masuk ke kursi kemudi. Dia terlihat sangat khawatir meskipun dia tidak memandangku yang sibuk memegangi kaki dan menangis. Daniel menancapkan gasnya dan keluar dari area gedung itu.

Mendengar tangisanku yang tak berhenti akhirnya Daniel mulai memandangku dan seketika raut wajahnya menggambarkan kekhawatiran yang sangat. Kini dia terlihat tak ada kesabaran untuk membelah jalanan dengan kecepatannya. Daniel menambah laju mobilnya yang membuatku khawatir.

"Jangan terlalu cepat!" Kataku yang masih menangis sambil memegangi kakiku.

" kita hampir sampai," Kata Daniel sambil membanting setir di jalan yang sedang berbelok.

"Berhenti!" Bentakku.

Seketika Daniel menghentikan jalan mobilnya dengan rem yang dalam. "Aku tak ingin kau kesakitan! Jadi, biarkan aku melakukannya!" Kata Daniel dengan nada datar yang membuatku takut. Dia kembali melaju dengan kecepatan yang semakin menggila.

Sekarang aku benar - benar tidak berani melawan karena sikapnya yang berubah menjadi dingin. Aku tak tahu apa yang membuatnya bersikap seperti ini, apakah dia marah kepadaku? Entahlah, tapi untuk sekarang rasa sakit itu sedang tertuju pada kakiku.

💮💮💮💮

Sediiih...
Scroll gak ada yang komen.. huhuu..

Hai silent reader.. maukah kalian menyentuh icon bintang dibawah? Itu bukan hidup bagi saya. Tapi sebuah penghargaan.

Ciyeeh mulai nulis puisi haha..

Semangaat
Salam 😉

Created : 21/oct/18 - posted : 27/oct/18

Flow Eyrimend Peter - Lost in japan [TBC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang