Bag 1 : Si belahan jiwa dan Si permata jiwa

178 21 2
                                    

Dia, pria dengan tinggi 183 cm itu terlihat sedang berdiri berjajar dengan yang lain di depan pintu kedatangan bandara. Sama seperti yang lain, dia tengah menunggu kedatangan seseorang yang mungkin bisa dibilang belahan jiwanya, ya untuk sekarang.

Namanya pria itu adalah Arseno Yusuf Ibrahim, biasa dipanggil arsen, seno , atau... osen. Ya, osen lucu bukan? Nama osen sama sekali tidak tercantum di akte kelahiran ataupun di ktpnya. Lalu? Siapakah yang memanggilnya dengan panggilan Osen? Siapa lagi kalu bukan belahan jiwanya.

" Osen! Iya osen. Pokoknya gak boleh ada yang manggil kamu Osen selain aku ya! Awas aja kalau ada, itung-itung ini panggilan kesayangan aku buat kamu deh hehe. "

Begitu lah kata si belahan jiwa nya Arseno. Sebenernya mereka belum pacarana sih tapi ya emang dasarnya si Arseno ini yang katanya sayangnya udah tingkat akut ya mangkanya dia manggilnya begitu.

Ngomong-ngomong ini kenapa lama banget ya datengnya? Pria dengan tinggi 183 cm itu melihat jam yang melingkar di tangan nya sekali lagi dan menunjukkan pukul 14.00 waktu Jakarta.

" Benar, jam 2 siang. Berarti seharusnya udah landing. " batinnya.

Dari pintu ruang keluar pesawat terlihat seorang gadis cantik yang tengah berjalan dengan anggunnya, sesekali dia tersenyum kecil kepada para petugas bandara yang dilewatinya.

Sampainya dia di pintu keluar, gadis dengan tinggi sekitar 165 cm itu mengedarkan pandangan matanya mencari-cari seseorang yang katanya hari ini berjanji akan menjemputnya di bandara.

Sampai akhirnya kedua netra matanya melihat tubuh tinngi yang sedang membelakanginya karena sedang melakukan panggilan telepon, merasa tidak asing gadis itu pun langsung memanggil lelaki tersebut.

" Osenn! "

Merasa di panggil lelaki itu pun mengedarkan pandangan matanya, sampai akhirnya matanya bertemu dengan kedua mata bulat coklat itu, dan senyum pun otomatis terukir di bibirnya.

" halo belahan jiwanya osen, sini dong? Aku kangen." Balasnya sambal merentangkan kedua tangannya untuk menuntut sebuah dekapan.

Yang diajak bicara hanya memutar bola matanya malas, namun akhirnya berlari juga menghampiri sang lelaki dan masuk ke dalam dekapan hangat kedua lengan kokoh itu.

Cukup lama mereka hanya terdiam dalam posisi itu, memikmati sensasi dari kerinduan yang sudah diujung pangkal dan tidak bisa di bendung, mereka tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang berlalu lalang menatap mereka iri, ataupun menatap mereka jengkel mungkin? Ya sebagian,

Mungkin mereka sedang jomblo.

Cukup lama mereka hanya terdiam dalam dekapan, sampai akhirnya si gadis terlebih dahulu melepaskan dekapan tersebut dan kedua mata coklat pekatnya mendongak ke kedua mata coklat keemasan sang lelaki dan mereka pun sama-sama tersenyum setelahnya.

" gimana? Enak gak aku tinggal hampir 3 bulan? " kata si gadis disertai dengan senyuman mengejek dan menawan khasnya

" apanya yang enak sih? Jelas-jelas aku udah hampir gila ini nungguin kamu. Kalau kamu lebih lama lagi bisa-bisa masuk rumah sakit jiwa aku. "

" hahahahahaha kamu nih ada-ada aja " sambal mencubit perut sang pria karena gemas, suatu kebiasan kecil si gadis belahan jiwa, akan mencubit sesuatu jika meresa gemas dengan sesuatu.

" serius deh, kan gak lucu aku masuk rumah sakit jiwa terus nanti suster yang masukin aku bilang ke dokternya, gini, " Maaf dok, pasien ini gila karena terkena penyakit malarindu yang terlalu dalam pada belahan jiwanya. Penyakit ini tidak ada obatnya dok, apa kita buang saja di Selat Samudra? "

" hahahahahahaha " belum sempat sang pria menyelesaikan cerita ngawurnya si gadis sudah tertawa terbahak-bahak dengan manis nya karena lelucon sang pria

Manis sekali, tawanya kesayangan saya batin sang pria.

" bener kan? Kan gak lucu kalau aku dibuang, terus nanti gak ada yang ngangenin kamu gimana? Kan bahaya. Nanti kamu dikangenin orang lain lagi. "

" yayaya, terserah kamu aja deh ya. by the way ini kita mau sampe kapan di depan pintu keluar gini? Kamu gak ada niatan berjanjak dari sini terus nganterin aku pulang gitu? "

" Hmmm... niatan ya, ada sih kalau cuma niatan mah. Tapi berangkatnya kapan belum ada rencana sih. Kamu emangnya mau rencana pulang kapan? "

" Ihhh Arsenooooo.. Ya pulang sekarang lah! Udah pegel-pegel ini badan aku. "

" Oh gitu ya, kalau gitu pulang ke rumah aku apa rumah kamu ? " katanya sambil menaik-naikkan kedua alisnya dengan jenaka

" Ihh aku ulek ya kamu lama-lama! Ya ke rumah aku lah, keenakan di kamu dong kalau ke rumah kamu. "

" hahahahaha, iya iya kesayangan aku. Pulang ke rumah kamu. Yaudah yuk, sini barang kamu aku bawain. "

Di waktu bersamaan, dari pintu kedatangan terlihat seorang pria menawan dengan kulit putih mulus, tinggi 181 cm, berhidung mancung, dan mempunyai sorot mata yang tajam, terlihat sedang berjalan layaknya sedang berada di karpet merah, jalannya yang mengundang banyak perhatian khalayak dan membuat seluruh orang yang dilewatinya dengan otomatis memalingkan sejenak dari kegiatan yang mereka lakukan hanya untuk melihatnya berjalan dengan tatapan lurus ke depan.

Pria itu mengedarkan pandangannya ke segala arah, sampai akhirnya ada seorang pria lain yang melambaikan tangan kepadanya. Senyum pun terangkat dari kedua bibir tipis cherry tersebut. Dengan langkah besar dia segera menghampiri pria tersebut diiringi dengan tawa bahagia bercampur rindu.





Permata jiwa ku... aku kembali. Tunggu aku...

Suara HatiWhere stories live. Discover now