5. Plain

756 71 23
                                        


"Ta-ka-sugi?"




Gintama © Hideaki Sorachi

WARNING ada adegan 'sedikit' lemon disini.


o0o

Kagura meneguk ludahnya saat kerongkongannya mendadak terasa kering. Ia melihat pria yang memakai eyepatch berdiri menyandarkan punggungnya ke sebuah lemari di belakangnya, sudut bibir pria itu terangkat. Dan Kagura merasa pandangan Takasugi tengah memperhatikannya yang tengah terbaring di atas kasur. Memperhatikan dengan seksama.

Dalam keadaan terikat dan posisi tubuh yang tidak nyaman seperti ini, Kagura merasa ia seakan ditelanjangi dalam tatapan Takasugi. Terlebih dirinya hanya mengenakan gaun rumahan yang pendek dan tipis. Saat Takasugi berkunjung ke rumahnya, Kagura menyempatkan diri untuk membungkus gaunnya dengan jaket, tapi tampaknya pria itu sudah melepasnya.

Tunggu!

Melepasnya?

Kagura kembali menelan ludahnya yang kini terasa pahit. Apa-apaan ini? Mustahil bukan Takasugi akan ..... Tidak, Kagura yakin itu tidak akan terjadi. Ia mengenal Takasugi, dan ia tahu Takasugi menghargainya.

Oh ... saat ini Kagura jelas lupa kalau Takasugi sering mencuri kesempatan untuk menciumnya.

"Lepaskan aku sialan," bentak Kagura. Ia berusaha menarik tangan dan kakinya yang terikat. Jelas saja ia tidak bisa. Yang ada tangan dan kakinya terasa sakit, dan mungkin menimbulkan lecet disana.

Mendengar bentakan dan melihat rontaan Kagura membuat Takasugi terkekeh pelan. Tentu saja hal itu membuat Kagura bertambah marah.

"Tenang sayang, kau tidak perlu panik seperti itu."

Takasugi melangkahkan kakinya, mendekati ranjang di mana Kagura berada disana. Di mana ia mengikat kedua tangan dan kaki wanita itu di sana. Sementara itu, Kagura yang mendengar panggilan sayang dari Takasugi terhadapnya hanya dapat mengernyit jijik. Ia tidak pernah suka Takasugi memanggilnya seperti itu. Bagi Kagura, hanya Sougo––suaminya yang sudah tiada––yang boleh memanggilnya sayang.

Mengingat Sougo membuat Kagura ingin menangis ketika ia sadar dengan kemungkinan buruk yang mungkin akan menghampirinya cepat atau lambat.

Tidak!

Ia bersumpah akan memotong milik Takasugi kalau seandainya pria itu berani berbuat macam-macam terhadapnya.

"Aku merasa bersalah melihatmu yang ketakutan seperti ini," ucap Takasugi lembut. Ia duduk di tepi kasur, Kagura berjengit geli saat jemari pria itu meraih helaian rambutnya, pria itu tadi sengaja atau tidak menyentuh lehernya.

"Kalau kau merasa bersalah seharusnya kau melepaskanku." Kagura memberikan tatapan paling tajam yang pernah ia punya.

Sudut bibir Takasugi terangkat mendengarnya. Membentuk sebuah seringaian yang bagi Kagura terlihat mengerikan. Kembali, Kagura menelan ludahnya yang terasa pahit.

"Sayangnya aku tidak bisa melepasmu," ucapnya lembut, berbanding terbalik dengan tatapan terkesan mengintimidasi yang ia punya.

Partner in crimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang