7

10K 197 2
                                    

"rotinya semua ada tujuh ya kak jadi total semuanya empat puluh sembilan ribu" kataku saat melayani salah satu pelanggan di toko kue bapak.

Pelanggan itu memberikan uang cash "terima kasih. Selamat datang kembali di toko kami" salam ku saat menyerahkan uang kembalian dan struck belanja pada pelanggan.

Hari ini aku cuti, bukan karena ada urusan tapi hanya ingin saja. Lagipula aku juga jarang mengambil cuti. Karena aku tidak tahu harus melakukan kegiatan apa di rumah, aku memutuskan ke toko kue bapak untuk membantu.
Kemarin bapak dan ibu sampai pulang malam, kata mereka beberapa hari ini di toko sedang ramai. Jadi sesekali boleh lah aku membantu mereka. Meskipun bapak sering melarang ku datang. Alasan klisenya supaya aku tidak kecapean. Fokus ku cukup di kerjaan saja jangan ikut-ikutan mengurus toko kata bapak.
Padahal kan aku sekedar membantu, paling hanya sejam dua jam tidak membuat kepala aku pening. Tidak seperti bekerja di kantor.

"yuna kamu pulang saja" pinta bapak saat memasuki toko.

Aku lihat bapak membawa beberapa karung terigu, dan bahan-bahan adonan.

Aku tidak menyahut, malah ikut membawakan barang-barang itu kedalam gudang penyimpanan.

"kamu itu cuti bukan dimanfaatin buat istirahat malah disini"

"ini kan juga bermanfaat pak" kataku berkelit.

Bapak diam, tidak berusaha membalas ucapan ku.

"ehem na, kata om andy pertemuannya akan diadakan hari sabtu" bapak menjelaskan sambil duduk di kursi pelanggan.

Aku menghentikan aktivitas ku dan mengikuti bapak duduk disampingnya.

"iyaa pak" jawab ku singkat.

Aku memutuskan pulang ke rumah setelah beberapa jam membantu bapak di toko. Aku jadi tidak konsentrasi setelah bapak memberitahuku mengenai pertemuan kami dengan keluarga temannya sabtu ini.

Itu artinya kurang dari dua hari lagi kami akan bertemu. Tapi rasanya aku enggan menerima kenyataan ini.

Bunyi panggilan di tas membuyarkan lamunan ku.
Aku mengambil handphone ku untuk menjawab panggilan itu.

🙋 Halo kenapa bar?

👦 Kamu dimana? Katanya cuti?

🙋 Aku dijalan mau pulang, tadi abis dari toko bokap.

👦 Kita ketemuan ya.
Aku tunggu di coffee shop dekat rumah kamu.

Tanpa bertanya aku mau atau tidak bertemu dengannya.
Dia langsung menutup sambungan teleponnya begitu saja.
Dasar tidak sopan.
Inikah pelatihan yang dia terima selama tiga bulan di amerika.

"kenapa lama banget sih, ice coffee nya keburu ding.. " aku menghiraukan barry dan langsung menyeruput habis ice coffee di depanku yang mungkin sudah dipesan barry untukku tanpa bertanya.

Barry tercengang, dia mengambil beberapa tissu dan mengelap wajah ku yang penuh bulir-bulir keringat.

Aku merampas paksa tissu ditangannya untuk mengelap sendiri. "kamu mau ketemu sore-sore gini ngapain sih bar? Kamu gak tau apa jarak dari toko bapak aku kesini tuh berapa kilo jalan kaki?" aku mendampratnya tanpa peduli.

Ada raut penyesalan diwajahnya.

"dan aku minta stop ya kamu nyuruh-nyuruh aku buat ketemuan dimanapun tanpa tanya dulu aku mau atau enggak. Aku bukan pacar kamu" nada bicaraku sedikit meninggi. Kali ini tidak bisa menutupi kekesalan di raut wajahnya.

Barry bangkit dari kursinya "maaf kalo sikap aku ini udah bikin kamu kesal, aku pamit" dan berlalu pergi meninggalkan aku yang terdiam disudut ruangan coffee shop ini. Spot duduk yang biasa aku dan barry tempati karena bisa melihat langsung keluar dari jendela besar dan AC yang tepat diatas kepala membuat tempat ini semakin nyaman untuk diduduki.

Aku membiarkan barry pergi dan tidak berniat menoleh saat kulirik barry menatap kearahku sebelum akhirnya masuk kedalam mobil dan pergi.


                               🍁🍁🍁



Oh oke mungkin ucapan ku sedikit keterlaluan tadi. Tapi kata-kata yang keluar dari mulutku tidak ada yang salah.
Aku dan barry tidak pacaran, wajar aku tidak suka diperintah olehnya. Kalau pun suatu saat aku punya pacar, aku juga tidak akan membiarkan pacarku menyuruh hal-hal yang tidak penting seenaknya padaku.

Aku membuka kunci handphone ku untuk melihat pesan masuk.
Ada beberapa chat masuk dari grup kantor, grup smk dan dira yang biasanya mengirimkan info diskonan padaku.
Aku membuka chat dari barry yang belum aku hapus, mengscroll keatas chat.an kami dari sebulan yang lalu, aku mengetik sesuatu pada barry. Meminta maaf. Tapi aku hapus lagi karena ragu.

"barry bikin gue frustasi" jeritku sambil meremas rambut kasar di atas kasur.

Satu pesan whatsapp masuk membuatku bangkit dan segera membukanya.
Aku pikir barry tidak bisa lama-lama marah padaku karena belum ada beberapa jam dari aksi ngambeknya tadi dia sudah tidak tahan untuk tidak chat aku.

👨 Mbak yuna

Oh ya sejak kapan barry manggil aku mbak? Tentu saja itu bukan pesan darinya.
Tapi itu pesan dari seseorang yang tidak pernah kubayangkan akan menChat ku lebih dulu.
Siapa lagi kalau bukan arlan.

Aku membalasnya agak lama

🙋 Ada apa mas arlan?

bunyi notif lagi.

"tumben cepet balesnya" sindirku

👨 Kenapa tadi gak masuk kerja?


                             🍁🍁🍁




Aku harus berterima kasih kepada Arlan radhika surendra, karena hanya dengan dua kali pesan yang dia kirimkan sukses mempengaruhi pola tidurku semalam.
Lingkaran mata panda tercetak jelas dibawah mata ku sekarang.
Apa yang harus aku lakukan untuk menutupinya.
Aku memang bekerja ditempat yang menuntutku untuk berdandan setiap hari, tapi aku bukan tipikal cewek yang menghabiskan gaji untuk membeli alat-alat makeup setiap bulannya.

Saat ini alat perang ku hanya ada bedak tabur, pencil alis, maskara, moisturizer, lipstick, dan juga blush on yang sudah hancur berantakan. Apa itu semua bisa menutupi lingkaran hitam terkutuk ini.

"thankyou yaa ra" kataku mengembalikan concealer yang dipinjamkan dira. Teman satu itu memang terbaik lah. Benda ajaib itu sukses menutupi lingkaran hitam yang tadinya jelas tercetak menjadi sangat samar bahkan tidak meninggalkan jejak di sana.
The power of makeup.

Dira sampai bertanya mengapa aku sampai bisa punya mata panda dalam satu hari? Seharusnya hari ini aku kembali kerja dengan riang gembira bukannya malah loyo seperti bunga yang lupa disiram.

Aku bilang pada dira kalau ini efek dari maraton drama korea kemarin di rumah sampai malam. Dan untungnya dira percaya. Padahal kenyataan sebenarnya kalau aku sibuk memandangi chat terakhir yang dikirim arlan padaku sampai pagi. Chat ambigu darinya yang sulit diartikan.

Kenapa dia mengirim pesan hanya untuk bertanya mengapa aku tidak masuk?
Aku tidak membalasnya.
Apa itu penting memberikan jawaban personal padanya.
Kita belum sedekat itu untuk saling mengabarkan.

My Ahjussi (Complete) TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang