Di part ini ada orang2 baru yang wujudnya belum keliatan dan perannya apa.
Semoga bisa mengerti yaa 🙏🏻💖
☁️☁️☁️"Ray, come on."
"Gue cuma ga pengen liat Dia jadi pengecut kaya gue. Lo ngerti kan?"
"Bagian mana lagi yang harus gue ngertiin?
Harusnya lo yang buat diri lo sendiri mengerti!
Lo mau sembunyi sampai kapan?!""Sa,"
"Menyedihkan Ray,"
"Esa!"
"Haha. Apa? Lo mau bilang kalau semua yang lo lakuin itu adalah yang terbaik untuk mereka? Basi Ray! Lo egois! Lo selalu berpikir itu yang terbaik untuk mereka tanpa ngeliat dari sudut pandang lain. Lo terlalu menutup mata untuk itu. Sesempit itukah dunia lo?"
"Maksud gue ga-"
Tut tut tut,
Lelaki itu menutup sambungan telpon mereka tanpa peduli apa yang akwn diucapkan oleh lawan bicaranya.
it's okay if you get sad.
It's okay, take your time!
But please, Yang jadi masalah adalah ketika lo terlalu lama mendalami peran itu dan berakhir membuat diri lo menyedihkan!☁️☁️☁️
Quiesha merapikan helaian rambut Sean yang menutupi sebagian wajah tampannya. Jika Quiesha tidak salah lihat, wajah Sean saat memasuki kamarnya sangat sendu, sedih, lelah, dan sayu. Tak begitu jelas memang karena Quiesha hanya bisa membuka sedikit kelopak matanya. Iringan rasa benci itu kembali membisikkan kata-kata yang membuatnya muak, mereka beramai-ramai menuduh Quiesha lah yang menyebabkan semua kekacauan ini. rasa benci itu ikut menyuruhnya berhenti. Berhenti bertahan, berhenti berdiri, berhenti untuk tetap ada di dunia ini.
Sebelum terlelap, Lelaki itu mengusap pelan bekas sayatan pada pergelangan tangan Quiesha. Membisikkan sesuatu dengan lembut namun hangat, "jangan terluka lagi adik kecil kakak, ini yang terakhir ya?"
Ingin rasanya Quiesha menjawab dengan lantang, "ya". Tapi apa daya, sisi kelam dan bersalah dalam dirinya terlalu menguasai sekeras apapun dia berusaha mengendalikannya.
Quiesha menghembuskan nafasnya pelan. Tak ada yang bisa menyembuhkan penyakitnya selain dirinya sendiri. Dia bisa bukan? Dia kuat bukan?
Mari mulai sembuh hari ini. mari mulai bangkit hari ini.
Dimulai dengan mencari sumber udara baru, dan keluar dari ruangan itu serta menemukan apa yang menarik pagi ini.
Dengan hati-hati Quiesha menuruni ranjang. Merapikan selimut agar menutupi tubuh Sean dengan sempurna.
Hari ini, mari mulai dengan suasana yang baru.
☁️☁️☁️
Menikmati hembusan angin sambil memejamkan mata adalah sesuatu yang menyenangkan. Beruntungnya mentari tak terlalu terik, seolah memberi Quiesha kenyaman untuk menikmati indahnya langit biru hari ini.
Sebuah bangku yang terletak dibawah pohon didepan ruang inap anak adalah tempat favorit Quiesha selain kamarnya dan pelukan hangan Sean. darisana dia bisa melihat bagaimana anak-anak itu tetap bersemangat ditengah sakitnya. Darisana dia bisa melihat bagaimana anak-anak itu menangis, menggemaskan ucapnya dalam hati. Hal itulah yang mampu membuat Quiesha kadang tersenyum.
"Lumayan susah ya nemuin lo di Rumah Sakit ini."
Quiesha reflek berbalik ketika mendengar seseorang berbicara tepat ditelinganya. Gadis itu menatap orang yang kini menatapnya dengan tersenyum ramah dan mulai mendudukkan diri sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby,Good Night! (Completed)
FanfictionCukup. Hanya itu. Cukup bahagia, cukup tertawa. Hingga kecewa dan sedihpun tak akan terlalu terasa dalam dan menyakitkan. ''Harusnya dulu, gue ga memaksa keadaan untuk di samping dia setiap waktu'' Dan ketika katanya keajaiban itu hanya datang sekal...