39. Gaya Jadul

11.8K 1.2K 137
                                    

Fariz meraih ponsel dan menatap wajah cantik di aplikasi yang baru saja ia buka, jempol dan telunjuk menyentuh layar ponsel lalu memperbesar wajah tersebut. Ia menggeser-geser layarnya, memperhatikan satu per satu organ di wajah itu. selalu foto itu yang ia pandangi setiap bangun tidur.

"Ayesha, I love you," bisiknya kemudian mendelete foto itu, sadar kalau foto itu membuat pikirannya selalu tertuju ke Ayesha. Jika ia terus-terusan memikirkan Ayesha, kapan ia akan berpaling dan mencintai istri sahnya?

Ashel adalah satu-satunya orang yang harus ia perhatikan sekarang, namun hatinya tidak bisa berdusta, cintanya terhadap Ayesha masih sangat hangat. Semua kenangan tentang Ayesha, wanita yang telah bertahun-tahun mengisi hidupnya, masih terekam jelas di memori ingatannya.

Ia ingin berpaling dari Ayesha, ingin memulai hidup baru dan seutuhnya memikirkan Ashel, tapi dia bisa apa? Hatinya kerap condong ke arah Ayesha. Inikah ujian dalam rumah tangganya? Sungguh sulit.

Dia pikir nama Ayesha akan dengan mudah terhapus dari benaknya setelah ia menikahi Ashel, tapi ternyata tidak. Butuh perjuangan ekstra untuk hal itu, bisa hidup tenang tanpa Ayesha hanyalah angan-angan belaka. Bayangan Ayesha justru kian menempel setelah dia berjuang keras melupakannya.

Sampai detik ini, Fariz bahkan terus berharap bisa menikmati kenangan indah saat-saat bersama Ayesha. Wuedan, dia yang ditinggal nikah, tapi dia yang baper sendiri. Sekarang, hanya dengan berharap angan-angannya bisa terus bergelut dengan bayangan Ayesha, ia sudah merasa senang.

Fariz menghela nafas berat, hati kecilnya sadar sepenuhnya kalau selama ini belum bisa membahagiakan Ashel, juga suka lalai dengan tanggung jawab dan kewajibannya. Efek dalam hatinya yang tidak terisi cinta buat Ashel, dia pun suka lupa memberi perhatian pada istrinya itu, dia tidak respon dengan apapun yang terjadi pada Ashel, dia kurang peka dengan perasaan Ashel, dia belum bisa menyentuh Ashel dengan kondisi perasaannya yang nihil cinta, dia juga sering lupa memberi uang pada Ashel. Itulah yang paling gila, bagaimana bisa sampai lupa memberi uang istri? Pasalnya, gaji Fariz masuk ke rekening, dan Fariz kurang perduli dengan gaji yang masuk ke rekeningnya. Lalu bagaimana dia akan perduli pada istri yang memang tidak dia perdulikan?

Fariz bangkit berdiri seraya menyambar jas yang dia letakkan di sandaran jok, dia gamit jas tersebut lalu berjalan keluar ruangan. Dia membuka pintu ruangan Ashel dan berdiri di ambang pintu sambil mengedikkan kepala tanda mengajak Ashel keluar.

Sikap Fariz membuat sejurus pandangan mengarah pada Ashel.

Ashel melihat arloji di tangan, masih ada lima menit lagi jam pulang. Ia menatap Fariz dengan pandangan menolak diajak pergi.

"Ayo pulang! Apa perlu kujemput kesitu?" tanya Fariz kemudian berjalan masuk sebelum sempat Ashel menjawab. Ia mendekati meja Ashel. Dan seperti biasa, dia selalu gila di depan umum. Dengan santainya, lelaki itu menyambar pergelangan tangan Ashel lalu menariknya supaya Ashel bangkit dari kursi. Tak tanggung-tanggung, Fariz melingkarkan tangannya ke pinggang Ashel sembari melenggang membimbing wanitanya keluar ruangan dengan gaya aduhai romantis, bikin meleleh yang melihat.

"Mas, lepasin, gilanya jangan diterusin," bisik Ashel.

"Bodo amat."

"Mas, diliatin banyak orang, nih. Kamu pikir ini di mol? Ini di kantor, pake rangkul pinggang segala." Ashel berusaha menghindari tangan Fariz namun Fariz malah mempererat pegangannya.

"Jangan berontak, nanti kucium. Mau kucium depan umum?" bisik Fariz membuat Ashel membelalak kaget.

Nah, kan kumat sintingnya! Lama-lama Ashel ikut-ikutan sinting. Giliran di depan banyak orang aja berani nawarin ciuman, coba kalau berduaan? Dinginnya melebihi es kutub. Buset dah. Gumam Ashel dalam hati.

Rangkulan mesra ala Fariz berakhir ketika mereka sampai di parkiran. Dengan gaya sok romantis, Fariz mempersilakan Ashel masuk ke mobil sesaat setelah dia membuka pintu.

Duh, gaya jadul tapi tetap saja bikin Ashel yang sempat kesal berubah jadi berbunga-bunga.

"Kita mau kemana, Mas?" tanya Ashel di atas mobil yang melaju. Sebenarnya Ashel ingin menanyakan perihal Ayesha pada Fariz, tapi urung mengingat niatnya kini adalah ingin mempertahankan rumah tangganya, juga ingin membuat Fariz melupakan masa lalunya. Ia harus memendam semuanya demi keutuhan rumah tangga, ia akan berjuang membuat Fariz sadar kalau Ayesha hanyalah masa lalu dan Fariz harus menatap masa depan.

"Ke restoran, dong. Aku kan udah janji mau bawa kamu makan enak siang ini." Fariz terlihat konsentrasi menyetir. Setelah menikah, Fariz memang tidak lagi membawa supir saat berduaan dengan Ashel.

"Kemana sih ini, Mas? Lama banget nyampenya? Dari tadi muter-muter mulu?" protes Ashel.

"Iya, sabar. Bentar lagi nyampe, kok." Fariz menepikan mobil. Mereka sudah sampai di restoran dan langsung menuju ke salah satu meja.

Keduanya duduk berhadapan.

"Kenapa harus di restoran ini, Mas?" tanya Ashel.

"Di sini makanannya enak-enak. Kamu mau pesan apa?"

"Samaan aja sama kamu."

Fariz memesan dua porsi makanan kesukaannya, lengkap dengan minuman pada pelayan yang menghampiri.

Pelayan tersebut mencatat dengan teliti.

"O ya, jangan lupa, kasih cumi," pesan Fariz dan pelayan menambahkan catatannya.

Ashel menatap kepergian pelayan lalu kembali menatap Fariz. "Kamu udah sering makan di sini? Kayaknya hafal banget sama makanan di sini."

"Tentu, dong. Namanya juga restoran favorit."

Keduanya diam membisu.

Ashel menatap setiap inci wajah suaminya yang kini duduk di hadapannya itu, tampan. Memang bikin meleleh. Nggak kuat. Tapi bikin gedeg kalau sudah mengenang sifatnya yang nyebelin. Ashel berharap bisa menjaga keutuhan rumah tangganya meski badai menerpa.

Ashel segera mengalihkan pandangan saat secara mendadak tatapan Fariz jatuh ke mata Ashel. Duuh... kepergok lagi mandangin wajah suami. Mendingan melengos natap yang lain dari pada dianya ke ge-eran. Pikira Ashel.

Pesanan datang dan keduanya langsung menyerbu makanan.

Fariz memang handal dalam hal makanan. Pilihannya begitu lezat.

Glek.

Ashel menelan makanan dengan sulit saat tanpa sengaja menangkap pemandangan mengejutkan di meja yang tak jauh dari tempatnya duduk. Tampak Ayesha tengah menikmati makan di meja itu bersama Reihan. Sesekali Reihan mengelap sekeliling mulut Ayesha yang belepotan makanan. Entah sejak kapan Ayesha ada di sana.

Ashel mengernyit melihat makanan yang disantap Ayesha sama persis dengan makanan yang disantap Fariz. Sungguh terlalu, ternyata Fariz membawa Ashel ke tempat yang kemungkinan dulunya adalah tempat favorit Fariz dan Ayesha.

Posisi Ayesha yang kini berada di belakang Fariz, membuat Fariz tidak melihat keberadaan Ayesha.

Huaaa.... Ashel ingin nagis kejer. Dedek nggak kuat. Pekik Ashel dalam hati.

Bersambung

Hayooo... Jangan sider?

Masih mau ngumpatin Fariz?

Cung yang stay disini!  👇

By

Emma Shu

MY BOSS IS MY LOVE (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang