Caca, gadis berumur 14 tahun itu memarkirkan sepedanya di halaman kedai.
Gadis berambut panjang sepunggung itu turun dari sepedanya dan hendak memasuki kedai es krim yang sudah menjadi langganan-nya sejak ia bertemu ke-tiga sahabatnya.Para karyawan yang bekerja disana cukup mengenal Caca, karena salah satu dari sahabat Caca, adalah anak pemilik kedai es krim tersebut.
Dengan senyum manis, Caca mendekati kasir dan memesan pesanan yang tak bosan ia pesan sejak 2 tahun belakangan, Vanila Ice Latte. Sederhana memang, tapi itu lah yang disukai gadis berbaju 'putih biru' itu.Setelah selasai memesan, Caca mengamati sudut kiri pojok kedai itu. Terdapat 3 pemuda tampan dengan baju 'putih abu abu' yang cukup berantakan.
Tampak dari jauh tempat Caca berdiri. Ke-3 pemuda itu sibuk dengan dunia mereka masing-masing, tangan yang sedari tadi mengutak-atik benda persegi panjang yang pas untuk di genggam, sebut itu handphone."Udah dibilangin jangan suka sibuk sendiri-sendiri" nasihat Caca pada saat sudah sampai di meja yang berkursi 4, yang diisi oleh para pemuda-pemuda itu.
"Kok baru datang?" tanya pemuda berbulu mata lentik yang kerap di sapa Dimas, pada saat Caca meletakkan bokongnya di kursi sebelah pemuda yang masih berkutat dengan handphone-nya."Tadi dapat tugas tambahan, kak" Caca memasang raut tak suka, seperti ia baru saja mendapat musibah yang sangat berat.
"Kok bisa?" Kini pemuda yang duduk bersebelahan dengan Caca itu meletakkan handphone-nya, dan menatap Caca, layaknya Dimas menatap Caca."Kak Dicky taukan aku gasuka matematika" jawab Caca memasang muka cemberutnya.
"Terus?" Dicky menautkan kedua alisnya yang membuat keningnya berkerut penasaran.
"Nilai matematika aku tuh jelek" muka Caca semakin cemberut."Jadi dapat tugas tambahan?" Dicky mengulang jawaban yang Caca berikan untuk Dimas yang diubahnya menjadi ke nada pertanyaan.
"Ga, disuruh tidur!" Jawab Dimas kesal yang ikut kesal. Caca masih saja memasang muka cemberutnya."Cemberut mulu lu" cetus pemuda yang duduk disamping Dimas, yang kini menatap Caca dengan mata elang-nya. Dan menyuap satu sendok es krim rasa Green Tea ke mulutnya.
"Siapa yang ga kesel coba? Udah dikasi tugas tambahan, terus gua dikasi pr lagi" Caca memukul angin dengan muka kesalnya.
"Yang bikin nambah emosinya, dia ngasi pr cuma buat gua!" Tambahnya."Jangan kesel kesel, kalo dia jodoh lu gimana?" Ceplos Dimas.
"Gue masih waras ya kak, buat nikah sama dia" jawab Caca yang semakin cemberut.
"Ini yah mbak Caca, Vanila Ice Latte-nya" Ucap wanita yang kira kira berumur 42 tahunan itu, yang sudah mengenal Caca.
"Makasih Bu Indah!" Balas Caca dengan mengerling genit kepada Bu Indah. Bu Indah hanya tersenyum sebagai respon. Kemudian ia berlalu dengan permisi.
"Nah... begitu dong, senyum. Buram mulu soalnya dari tadi muka lu" ucap Dimas.
"Bentar lagi hujan" ucap Caca melihat kaca lebar disebelah kanan kedai.
"Lu bawa sepeda?" Tanya pemuda yang duduk di sebelah Dimas lagi?. Caca mengalihkan pandangan-nya ke pemuda itu."Ga! Jalan kaki!" Caca memasang muka judes nya.
"Oh" singkat, padat, jelas dan santai dengan muka datar yang ia pasang. Itulah Donny. Dia pemuda yang suka menjawab seadanya dengan kalimat singkat yang terkadang membuat kesal tujuh planet."Kesel lagi gue nya..." Ucap Caca dengan memutar bola matanya.
"Cepet banget lu abis?" Cetus Dicky. Memandang heran mangkuk es krim milik Caca.
"Hm.. gue pengen cepet-cepet pulang, bentar lagi hujan". Caca dengan sigap langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Gua antar" singkat Donny.
"Udah gue bilang, gue bawa sepeda" tegas Caca.
"Tadi katanya jalan kaki?" Ucap Donny polos. Caca memasang muka kesalnya kembali."Mending pulang bareng Donny gih sana..." Pendapat Dimas.
"Iya... Lu kan satu arah" tambah Dicky.
"Kalo masalah sepeda. Pak Murdin ada, tenang aja" ucap Dimas yang tidak ingin membiarkan Caca membantah ajakan Donny.
•
•
•
•TBC.
HAI! HAI! INI CERITA PERTAMA AKU:V.
JADI MAKLUMIN AJA KALO MASIH ADA SALAH -,TYPOBERTEBARAN, JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK~
KALO MAU KASIH KRITIK DAN SARAN COMMENT AJA OKAY?
YOU ARE READING
SÕPRUS.
Random;persahabatan/ 'Berteman' bahkan 'Bersahabat' dengan sekumpulan 'Laki-laki' itu bukan berarti 'Murahan'. Tetapi kau tidak tau bagaimana rasanya diperlakukan seperti 'RATU' dan dijaga seperti 'BERLIAN' yang tidak bisa dibayar dengan apapun.