11

11K 326 5
                                    

Arlan menepati janjinya untuk menjemput ku di kantor. Padahal aku sengaja mengulur-ngulur pekerjaan agar pulang lebih lama. Tapi ternyata arlan bersedia menunggu.
Dan alhasil sekarang aku sudah bersamanya lagi di mobil dengan keadaan sunyi.
Dia seharusnya mengantar aku pulang tapi sepertinya ini bukan arah jalan rumahku. Aku malas bertanya padanya dan membiarkannya menyetir saja tanpa protes.

"turun" katanya saat mobil sudah berhenti di depan rumah mewah.

"ayok masuk" colek arlan saat melihatku berdiri mematung.

Aku mengangguk dan mengikuti langkah kaki arlan masuk kedalam rumah.

Samar-samar aku mendengar suara tawa didalam. Dan terkejut saat ku lihat om andy, tante anin dan mas azka serta seseorang yang ku yakini adalah istri mas azka sedang mengobrol diruang tamu.

"yuna" tante anin bangkit dari kursinya dan memelukku. Aku membalas pelukannya.

"kamu apa kabar?" tanya om andy saat aku sudah duduk bersama dengan mereka.

"aku baik om alhamdulillah" jawabku sopan.

Mas azka juga menanyakan kabar ku dan memperkenalkan istrinya yang bernama eva padaku.

Arlan mengantarku ke rumah orangtuanya karena tante anin dan om andy yang meminta. Kini aku sudah tahu jawaban dari pertanyaanku sejak semalam mengapa dia mau repot-repot mengantar jemput ku ke kantor. Karena ini juga permintaan orangtuanya yang ku yakini dilakukannya dengan terpaksa.

Sejujurnya aku bahagia bertemu dengan om andy dan keluarganya meskipun atha dan aileen tidak ikut bergabung bersama karena kesibukan.

Sekarang aku sedang makan malam bersama mereka. Awalnya aku menolak karena takut kemalaman pulangnya. Tapi om andy langsung sigap menelpon bapak ku agar tidak khawatir karena aku sedang bersamanya. Dan tante anin sudah memasak banyak makanan karena tahu aku akan datang. Jadi tidak mungkin aku membiarkannya begitu saja.

"kapan-kapan kamu menginap disini ya" kata tante anin membuka percakapan diruang makan.

Itu membuatku tersedak.

"minum dulu na" kata mba eva sambil menyodorkan gelas padaku.

Aku tersenyum getir.

"aku minta izin bapak sama ibu dulu ya tante" kataku polos.

Membuat seisi rumah tertawa termasuk arlan yang diam-diam tersenyum di sampingku.

"kamu lucu ih gak salah tante milih kamu buat jadi pasangannya arlan nanti. Dia butuh cewek lucu kayak kamu"

Rasanya kini bukan lagi nasi yang membuatku tersedak, tapi sendok makan sudah menancap didalam kerongkonganku.
Aku sudah tidak bisa mengontrol raut wajahku. Entah pucat pasi atau merah padam sudah bercampur jadi satu.

Bapak ibu tolong....

"udah ah ma kasian itu si yuna. Mukanya udah merah tuh diledekin terus" kata mas azka terkesan membela tapi juga mengejek.

Aku tidak lagi bisa berkutik. Bahkan tidak sanggup pula untuk melirik kearah arlan. Entah bagaimana ekspresinya juga saat ini.

"makasih ya om tante makan malam nya" kataku saat berpamitan dengan orang tua arlan.

Lagi-lagi tante anin memelukku
"tante serius lo dengan omongan yang tadi. Lain kali kamu harus menginap disini. Kita bosan berduaan doang di rumah" terlihat jelas kesedihan di wajah tante anin.

Memangnya arlan tidak tinggal disini?

Seperti sudah menebak isi pikiran ku om andy langsung menjawab "arlan sesekali pulang. Tapi dia lebih sering menghabiskan waktu di rumah sakit atau apartemennya"






🍁🍁🍁



Aku bersyukur memiliki orang tua yang selalu ada bersamaku. Meskipun kami hanya bertiga. Tapi bapak, ibu dan aku selalu ada waktu untuk satu sama lain.
Tidak seperti keluarga arlan. Om dan tante anin memang memiliki banyak anak dan ditambah lagi menantu. Tapi mereka tidak mendapat banyak waktu untuk saling bertemu atau sekedar mengobrol. Terlebih lagi seluruh keluarganya adalah dokter. Bisa dibayangkan betapa sibuknya menjadi dokter dan mengurus rumah sakit.

"wooyy" lambaian tangan arlan membuyarkan lamunanku.

"heh. Kenapa udah sampe?" tanyaku terkejut.

"masih jauh tidur aja jangan kebanyakan bengong. Kebanyakan makan sih kenyang bego kan"

Astaga itu mulut pengen aku cabein rasanya.

Aku tidak menggubris ucapan arlan dan menggeser posisiku kedekat pintu mobil.

"kamu punya pacar?" tanya arlan tiba-tiba

Aku meliriknya sekilas lalu kembali keposisi ku "engga. Kenapa?" aku bertanya balik.

"pantes" katanya dengan nada sarkastis.

Maksudnya apa ?

"aku punya seseorang yang aku suka" katanya sambil fokus menyetir.

Terus?

"asal kamu tahu aku mau terima perjodohan ini karena orang tua ku" kini dia memperjelas ucapannya yang berbelit-belit tadi.

Aku mah tidak heran mendengarnya. Tidak mungkin juga dia dengan suka rela menerimanya kalau bukan karena terpaksa.

"aku gak mau kamu cari muka sama mama cuma karena ingin jadi menantunya"

Wah ini sudah keterlaluan. Dia pikir dia siapa bisa bicara seperti itu. Aku dari tadi diam mendengarkan ocehannya hanya karena tidak ingin ada perdebatan nantinya. Tapi dia sudah memulai genderang perang padaku.

"aku kan gak pernah bilang iya soal perjodohan ini. Malah kamu kan yang bilang iya ke orang tua ku. Amnesia pak dokter?" kataku dengan nada ketus.

Arlan bergeming dan tetap fokus menyetir.
Aku sudah tidak tahan lagi dengan sikap dan kata-kata kasar orang ini padaku.
Apa dia kira aku ini cewek murahan. Yang mau saja menyerahkan hidup ku pada cowok kasar, dingin, pemarah, dan nyebelin seperti dia.

"kamu udah pulang na" bapak menghampiri ku saat aku tengah mengambil air minum di kulkas.

Aku hanya mengangguk pelan

"gimana tadi di rumah om andy? Seru kan?" tanya bapak sambil berjalan keruang tamu.

Aku mengikutinya dan duduk berhadapan dengan bapak.

"seru kok pak" jawab ku malas.

Tapi kemudian aku menatap bapak "pak, apa yuna harus menerima perjodohan ini?"

Bapak menatap ku sekilas dan kembali pada layar tv yang ditontonnya tadi.

"kalau aku menolaknya boleh pak?" tanyaku hati-hati.

Bapak tidak menjawab ku tapi terlihat kegusaran diwajahnya yang tidak dapat ku artikan.

"kalo gitu aku masuk dulu yaa pak" aku pamit kedalam kamar meninggalkan bapak yang tetap sibuk dengan acara tv yang ditontonnya.

Kepala ku pening seharian bertemu dengan arlan. Apalagi setelah perkataan arlan tadi padaku. Aku tidak peduli dia tidak suka perjodohan ini karena wanita lain. Tapi yang membuat kesal adalah perkataannya yang menyudutkan ku. Kalau saja bapak tidak berteman dengan om andy dan melakukan perjodohan konyol ini. Aku tidak akan pernah mau berhubungan dengannya.

Aku membuka handphone dan melihat daftar kontak. Aku hapus nomor arlan dari kontak ku. Setelah mengingat rentetan peristiwa ku dengan arlan belakangan ini. Aku semakin menyesal pernah mengaguminya dulu.

My Ahjussi (Complete) TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang