Dia, Delta.
Milan membuang napas begitu mendapati Delta sudah berdiri di depan gerbang rumahnya untuk mengajak Milan berangkat sekolah bareng. Cowok itu terlihat seperti biasanya, baju sekolahnya di keluarkan, rambut acak-acakan, tidak pernah memakai dasi, dan baju sekolahnya yang selalu tanpa Name tag. Tubuh tingginya berdiri tegak di balik gerbang rumah Milan yang masih tertutup, rambut hitam legamnya jatuh ke dahi, sangat kontras dengan kulitnya yang putih pucat. Delta langsung tersenyum begitu mata coklat miliknya bertemu dengan mata abu-abu gelap milik Milan. Begitulah Delta, selalu tampak menawan meski dengan penampilan yang jauh dari kata rapi."Kenapa gak jalan kaki aja sih?" Milan bertanya begitu sudah naik ke motor Delta. Jarak dari rumah kesekolah itu sangat dekat, jalan kaki saja tidak sampai sepuluh menit sampai. Tidak perlu naik motor segala, buang-buang bensin kalau kata Milan.
"Savannah Victoria Milan, emang lo mau pulangnya jalan kaki panas-panasan?"
"Raeteo Delta, gue gak pernah bilang gak mau ya? Lo aja yang selalu nganter jemput gue padahal gue gak minta. Dasar kang ojek gak laku"
"Dih songong banget" Delta memperlambat laju motornya. "Lo tuh harusnya seneng di anter jemput gue, Lo gak tau ya berapa cewek yang nembak gue dalam sehari?"
Milan mencibir "Sok laku banget"
Delta tidak menjawab, cowok itu malah tiba-tiba mempercepat laju motornya, sampai membuat Milan langsung nemeluk tubuh Delta karena kaget. Milan mendengus begitu motor Delta yang melaju sangat cepat melewati sekolah mereka begitu saja.
Delta selalu sengaja membawa Milan jalan-jalan dulu, mereka akan melintasi jalan-jalan kecil dan masuk ke gang-gang sempit sebelum akhirnya motor Delta kembali ke jalan raya, dan baru benar-benar berhenti di parkiran sekolah. Katakanlah Delta kurang kerjaan, tapi Milan juga tidak keberatan. Dia menikmati setiap perjalanannya bersama Delta."Lan.."
"Stop panggil gue Lan- gue bukan Dilan"
"Maunya di panggil sayang ya?" Tanya Delta dengan nada menggoda.
Milan tidak menanggapi godaan Delta, gadis itu justru semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Delta, lalu menyandarkan kepalanya di punggung Delta. Milan menghirup dalam-dam wangi tubuh Delta, bau yang selalu menjadi favorit Milan. Wangi yang terasa begitu lembut dan manis, wangi yang hanya bisa ia temukan pada Delta.
"Jangan tidur weh!" Terdengar suara kekehan samar dari Delta. Tapi, Milan tidak peduli dengan peringatan Jangan tidur yang baru saja Delta ucapkan. Milan sudah memejamkan matanya, gadis itu menikmati setiap terpaan angin yang mengacak rambutnya dengan lembut.
Motor Delta melaju pelan memasuki area sekolah, Bisa Milan rasakan puluhan tatapan benci yang kini mengarah pada dirinya. Milan menghirup napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. setiap hari Milan harus bersikap masa bodoh dengan pandangan orang-orang padanya, tapi sebenarnya Milan tidak setangguh itu. Sudut terdalam dirinya merasa sakit setiap kali puluhan mata itu menatapnya benci, seolah dirinya adalah orang yang paling berdosa di Dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELTLAN
Novela JuvenilSegalanya berjalan sesuai kehendak yang telah semesta tetapkan. Dan bila 'kita' bukanlah sesuatu yang dikehendakan maka biarlah, "aku akan menjadi aku, dan kamu akan tetap kamu. Hanya aku dan kamu, bukan lagi kita." Oleh ; Ika purnama S.