SEBUAH HARAPAN

9 0 0
                                    


Kau tahu tidak semua orang memiliki sebuah harapan pada awalnya aku ingin menyerah akan apa yang aku pikirkan, terkadang lucu jika aku memikirkan hal itu yang menurut ku tak ada bagus-bagusnya memikirkan hal negatif seperti itu bahwa tidak semua orang sama seperti ku. Perkenalkan nama ku Alvi aku adalah anak bungsu dari 4 bersaudara yang ada dikeluarga ku hidup yang ku miliki tidak bisa dikatakan kaya atau terlalu miskin tapi setidaknya masih bisa disebut dengan kata keluarga yang sederhana, meskipun keluarga ku sederhana tidak memungkinkan aku tak bahagia. Tentu saja aku bahagia dengan keluarga ku yang selalu damai tentram tak pernah adanya pertengkaran dianatar orang tua ku baikpun kepada saudara ku yang lainnya sebelum kejadian itu merengut semuanya dari hidup ku.

Aku kehilangan sosok yang sangat aku banggakan sebagai seorang pahlawan yang tidak pernah meminta untuk dibalas jasanya, ya dia adalah ayah ku. Kau tahu rasa kehilangan orang yang kita sayangi didalam keluarga yang selalu memimpin kita, melindungi kita, mencintai kita dengan penuh kasih sayang tanpa ada kenal lelah diwajahnya akan tetapi aku bisa merrasakan betapa lelahnya ayah dalam mencari nafkah kalian tahu ayah ku hanya bekerja kantoran biasa gajinya tak bisa dibilang besar tapi setidaknya cukup untuk kebutuhan kami sekeluarga. Ayah meninggal karna sakit dan meninggalkan aku yang berumur 8 tahun ini yang belum mengerti sama sekali arti dari makna kematian dan kehilangan. Aku melihat semua orang menangis melihat jasad ayah yang sudah terbujur kaku dan dingin ibuku menangis histeris tiada henti saudara ku yang lain begitu dan hanya aku yang tak bisa menangis saat itu aku bertanya kepada ibu dengan kalimat polos yang keluar dari mulut ku " Ibu kenapa Ayah tidur dan kenapa banyak orang-orang yang datang kerumah ?" dan ibu hanya menjawab dengan senyum yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata " Ayah mu sudah pergi menuju surga nak, dan ayah mu tidak akan merasakan sakit lagi jika dia sudah berada disisi-Nya dan juga dia pasti bahagia berkumpul dengan orang-orang yang baik " itulah yang ibu jawab dari pertanyaan ku karna aku tak mengerti tapi entah kenapa aku lambat laun ikut menangis dan aku baru menyadari bahwa makna jawaban yang ibu berikan kepada ku adalah sebuah makna dari kematian dan rasa keilangan. Aku menangis saat ayah ku dikubur dan ditimbun oleh tanah dan aku melihat orang-orang yang berada didekat ku ikut bersimpati kepada ku karna saat dimana aku yang baru berumur 8 tahun ini harus merasakan rasanya kehilangan kasih sayang dari seorang ayah.

Setelah ayah meninggal aku tak tahu kemana aku harus mencari kenyamanan seorang ayah, setiap hari sepulang sekolah aku iri melihat teman-teman ku selalu dijemput oleh orang tua mereka, ibu dan ayah. Tapi aku tak ingin menunjukkan kesedihan ku pada semua orang yang masih merasa simpati kepada ku dengan begitu aku putuskan pulang sendiri dengan berjalan kaki rumah ku dengan sekolah tidak terlalu jauh jadi aku pulang sendiri. Setibanya aku sampai dirumah aku melihat ibu sedang memasak harum makanan sampai ke indera penciuman ku karna aku penasaran apa yang ibu masak aku segera menuju ke dapur dan memberi salam dan mencium tangannya " Assalamu'alaikum ibu " ibu tersenyum melihat ku dan mengusap kepala ku " Wa'alaikumsalam anak ibu sudah pulang ternyata bagaimana sekolah alvi menyenangkan ? " aku tersenyum dan menjawab " Alhamdulillah bu menyenangkan dan alvi bisa menjawab semua pertanyaan yang ibu wali kelas tadi " dan lagi ibu tersenyum dan melanjutkan masaknya yang hampir selesai ibu tersenyum sambil melihat ku yang penasaran dengan apa yang ibu masak untuk makan siang hari ini " alvi, kenapa melihat ibu seperti itu, hmm ? karna alvi baru pulang sekolah bagaimana alvi ganti seragam sekolah dulu dan baca buku yang ibu beli kemarin sambil menunggu masakannya masak gimana mau kan ? " dan yang mendengar apa yang ibu ucapkan hanya menganguk dan masuk ke kamar untuk mengganti seragam yang aku pakai. Sejujurnya hari ini bukanlah hari yang cukup menyenangkan di sekolah aku selalu dibully oleh teman-teman ku yang sangat membenci beredaan ku yang selalu idolakan oleh guru mereka salalu menghina ku dan perkataan mereka selalu tergiang didalam pikiran ku " Dasar cari muka didepan semua guru, Dasar tidak tahu diri" dan kalimat hinaan yang lainya tanpa aku sadari aku menangis dan memeluk sebuah boneka yang ayah berikan kepada ku 10 tahun yang lalu yang aku beri nama Lissy dan ayah tersenyum dan tertawa " Hahaha Nama yg indah untuk sebuah boneka tapi putri kecil ku lebih indah dari bunga lily putih yang mekar pada musim semi di pagi hari".

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 17, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SEBUAH HARAPANWhere stories live. Discover now