《16》 Out Of the Woods (B)

3.4K 576 306
                                    

A/n: chapter ini lebih emotional wreck lagi daripada chapter kemaren EHEHE. SANGAT DISARANKAN NGEPLAY MEDIA KARENA INI OOTW VERSI GALAU^_^

"When you started crying, baby I did too. When the sun came up, I was looking at you"—T. Swift, Out Of the Woods

𝖗𝖊𝖕𝖚𝖙𝖆𝖙𝖎𝖔𝖓

"Jadi, Guanlin, bisa kau jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?"

Guanlin mengacak rambutnya frustrasi, entah untuk keberapa kalinya ketika pertanyaan itu meluncur dari belah bibir Ayahnya.

Ia masih terdiam cukup lama setelah kepergian Jihoon—otaknya masih berusaha memproses ini semua. Ia bahkan tak mampu menahan Jihoon, menahan Jimin dan Chanyeol untuk membawa istrinya itu, karena sesungguhnya Guanlin pun tahu—

Ini semua salahnya.

Jihoon sudah berusaha menghalanginya membuat kontrak itu. Jihoon sudah berusaha menghentikannya mempermainkan ikatan sakral seperti pernikahan. Dan dia tidak mendengarkan.

Jika seandainya dulu dia mendengarkan Jihoon. Jika seandainya dulu dia mengalah, semuanya tak akan seperti ini. Semua orang tidak akan semakin menyudutkan Jihoon, menyebutnya dengan berbagai macam sebutan yang tak pantas karena hamil di luar ikatan pernikahan yang pasti.

Sungguh, pada tahap ini, Guanlin tidak peduli lagi sebutan apa yang mereka berikan pada dirinya sendiri. Yang ada di pikirannya hanyalah Jihoon.

Guanlin—Ia tak masalah dihujat, jika itu bisa menenangkan amarah publik. Lagipula Ia memang bersalah kali ini.

Tapi Jihoon— pria itu rapuh, dan Guanlin-lah yang paling mengetahui itu. Jihoon selalu berpura-pura kuat dengan topeng manis dan senyuman cerianya itu—topeng nation's sweetheart-nya.

Tapi topeng itu pun sebenarnya rapuh. Bagaikan terbuat dari kaca, kau hanya perlu memberi ketukan yang cukup keras, dan topeng itu akan langsung pecah menjadi ribuan keping, menunjukkan sosok asli Jihoon yang begitu rapuh, dengan berbagai luka dari pengalaman hidupnya di balik topeng itu.

Jika dulu Guanlin mendengarkan perkataan Jihoon—

Apakah mereka akan menjadi pasangan yang sesungguhnya, sekarang? Membiarkan perasaan di hati mereka tumbuh secara alami, memiliki kisah seperti pasangan-pasangan pada umumnya yang akan mereka ceritakan pada anak mereka nantinya?

"Mommy dan Daddy dulu sebenarnya sangat membenci satu sama lain. Tapi sesuatu terjadi, dan akhirnya kami menjadi teman dekat, sebelum akhirnya kami mulai mencintai satu sama lain"

Ah— pemikiran itu, pemikiran mengenai dirinya yang akan menua bersama dengan Jihoon di sisinya, membesarkan anak-anak mereka nantinya.

Pemikiran itu selalu berhasil meninggalkan perasaan hangat di relung hatinya. Memikirkan apakah nanti anaknya akan lebih seperti Ibunya, atau lebih seperti Ayahnya—dan, diam-diam Ia berharap anak mereka nanti akan lebih mirip Jihoon.

Bukankah akan sangat manis, jika ada Jihoon kecil di antara mereka? Dengan mata bulat yang cantik seperti milik Jihoon, pipi gembil, hidung mungil—wouldn't that be so adorable?

Jihoon terlihat paling cantik saat sedang menulis lagu—apakah anak mereka nantinya akan begitu juga? Mengikuti jejak Ibunya?

Dan di sore hari, setelah semua filming-nya selesai, anak mereka nantinya akan menariknya ke arah ruang keluarga, di mana terletak sebuah grand piano, dan menyuruhnya duduk di sebuah sofa di dekat piano itu.

"Daddy, hari ini aku dan Mommy menulis sebuah lagu untuk Daddy! Daddy harus dengar ya!"

Segala angannya itu meninggalkan rasa manis di benaknya. Terlalu manis sampai rasanya dadanya sesak, memikirkan apakah angan itu akan terwujud, ataukah angan itu harus bertahan sebagai sekedar angan, tidak lebih?

Reputation // pjh+lglTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang