Minggu ini akan menjadi minggu yang menyibukkan bagiku karena aku harus mengajarkan penggantiku dan menyelesaikan deadline yang belum kurampungkan.
Jumat ini kontrak ku sudah selesai. Dan aku ingin menghabiskan sisa waktu ku bersama dira dan teman-teman di kantor.
Aku mengesampingkan dulu masalah ku dengan arlan dan kembali ke kehidupan ku yang sebenarnya.
Hari ini saja nasabah-nasabah yang kenal denganku mengucapkan salam perpisahan padaku. Karena mereka tahu sebentar lagi aku akan meninggalkan bank ini.Dan saat harinya tiba, semakin banyak nasabah-nasabah yang datang padaku untuk berpamitan, dan kebanyakan lagi memberiku hadiah perpisahan.
Aku jadi semakin sedih. Kalau bukan karena kontrak, aku juga akan berusaha bertahan disini. Meskipun tekanan di bank sangat banyak. Belum lagi nasabah-nasabah disini memiliki sifat yang beragam.
Aku ingat awal-awal menjadi cso dan masih belum bisa menangani nasabah dengan baik, aku sampai dibentak dan dicaci maki didepan umum sampai aku menangis dan hampir trauma. Tapi setelah aku melalui masa-masa suram itu aku jadi belajar mengenai pemahaman terhadap sifat dan sikap orang lain. Bagaimana cara menangani nasabah yang sedang kesal. Bagaimana cara membuat nasabah yang tadinya kesal menjadi tidak lagi. Bagaimana caraku meredam emosi didepan nasabah. Bagaimana caraku berbicara baik, sopan dan tulus pada nasabah. Dan semua hal-hal positif yang aku dapat selama bekerja di frontliner terbawa dalam kehidupan sehari-hari ku."saya mewakili teman-teman cabang mengucapkan banyak terima kasih pada yuna atas segala kontribusinya pada cabang ini yang sangat membantu sekali. Saya berharap semoga yuna kedepannya bisa sukses dan bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik yaa dan saya mohon maaf juga kalau ada kesalahan baik disengaja maupun tidak" ucapan salam perpisahan pemimpin cabang, pak beni ku aminkan .
Ini adalah kebiasaan dicabang setiap ada salah satu tim yang resign, pindah cabang atau habis kontrak. Memberi kesan dan pesan dari masing-masing pegawai.
Lanjut giliran bu ning. Dia termasuk salah satu kabag yang paling dekat denganku. Tidak heran wejangan dan kesan-pesan nya membuatku emosional
"pokoknya aku doain semoga yuna bisa berjodoh sama si itu dan cepet nikah ya" bu ning menekankan kata si itu, membuat semua orang gaduh dan penasaran siapa yang dimaksud. Terlebih lagi dira mengaminkan doa bu ning dengan sangat kencang.
Setelah para karyawan, tim teller, office boy dan security sudah mengungkapkan kesan dan pesannya satu persatu, kini giliran dira yang berbicara. Mereka sengaja menyuruh dira berpidato yang terakhir. Pasti naskah yang akan disiapkannya panjang.
"makasih banyak na udah baik sama gue..." dia berbicara sambil menangis tersedu-sedu.
Dira si lebay. Aku jadi tidak tahan untuk tidak menangis.
Sepanjang pidato dan wejangannya untukku tidak ada hentinya dia menangis sampai-sampai mas deny, office boy memberikannya tissu sekotak."udah?" tanyaku saat dira berhenti bicara.
Dira hanya mengangguk. Dan langsung ku hampiri untuk memeluknya. Diikuti dengan suara sorak dan tepuk tangan dari semua karyawan.
🍁🍁🍁
"gara-gara yuna nih gue nangis sampe gak bisa nyanyi, habis suara gue" dira kesal dan menyalahkanku.
Aku menggeleng-geleng. Salahnya sendiri lah siapa suruh nangis kejar seakan-akan aku ingin menghilang dari muka bumi ini dan tidak menemuinya lagi seumur hidupnya.
Setelah farewell party ala-ala cabang, aku mengajak mereka semua pergi karokean.
Aku sendiri menyanyikan beberapa buah lagu yang kupilih, sisanya anak-anak lain yang bernyanyi, sementara dira harus terima nasib jadi cheerleader.
"makasih ya na, makasih yaa kak yuna" kata mereka pamit, meninggalkan ku dan dira di halte bus depan tempat karaoke.
"lo gapapa na buang-buang duit?" tanya dira khawatir
"gapapa ra kapan lagi" kataku sambil tersenyum.
"Damar tuh" kataku lagi saat melihat damar menepikan mobilnya didepan kami.
"sehat na?" tanya damar didalam mobil.
Aku mengacungkan ibu jari dan tersenyum simpul.
"duluan ya na. Lo hati-hati dijalan. Trus salam buat barry" pamit dira pelan saat menyebut nama barry.
Aku mengangguk dan melambaikan tangan ke mereka.
Dira selalu menggemaskan setiap menyebut nama barry didepan damar. Tau kenapa? Karena dia pernah tertangkap basah damar sedang memandang barry dengan wajah berseri-seri dan senyuman manis. Klise sih. Tapi kalau yang lihat seorang pacar pencemburu buta kayak damar sih itu bisa jadi boomerang buat dira. Padahal dia juga cemburuan orangnya. Tapi dilampiaskan kemarahannya pada orang lain termasuk aku yang sering kena getahnya.
"udah nunggu lama bar?" tanya ku saat tiba di starbucks.
Barry menggeleng dan menyodorkan minuman kesukaanku, frappucino.
"makanya disuruh naik ojek online malah naik angkot. Capek kan" gerutu barry.
"jangan galak-galak nanti kangen lagi kalo berantem" ledekku sambil menyesap ice coffee ku.
Barry mengacak-acak rambutku dan tertawa geli.
"yuna?" sapa seseorang disampingku.
Aku kaget, buru-buru melepaskan tangan barry yang tadi kutahan karena ingin memegang rambutku lagi.
"mbak chelsea" sapaku balik.
Tanpa permisi dia langsung duduk disamping barry dan memperkenalkan diri padanya.
"sendirian?" tanya barry
Dia menggeleng "enggak tuh sama dia" kata chelsea sambil menunjuk kearah laki-laki yang menghampiri meja kami.
Kenapa harus bertemu dia sih? Batinku kesal.
"kenapa duduk disini chels?" tanya arlan bingung.
"karena ada dira disini"
Arlan langsung menengok kearahku dan aku mengabaikannya.
"kalian temen dekat?" tanya chelsea penasaran.
Aku menggeleng dan barry mengangguk. Itu membuat arlan tertawa pelan.
Aku mendengus. Maksudnya apa?
"kita temen special. Yaa gak na" kata barry meledekku.
Ku Lirik arlan yang sedang memainkan sedotan es nya.
"tapi kayaknya kita pernah ketemu ya?" tanya barry pada arlan
Arlan enggan menjawab. Tapi chelsea sudah siap menjawabnya "kayaknya di coffee shop yang di daerah matraman deh"
"ah iya waktu itu lo juga ada di sana kan ? Kalian pacaran?" pertanyaan barry membuat arlan tersedak.
Raut wajah chelsea juga menunjukkan reaksi yang sama, kaget.
"gak kok. Kita cuma partner doang" kata chelsea membantah.
Partner? Yaa partner kerja plus partner hidup, begitu?
"lagian kan arlan udah punya calon tunangan" sambung chelsea cepat.
Kini giliran aku yang tersedak. Barry memberikan tissu padaku dan mengelap mulutku.
Arlan tiba-tiba saja berdiri dan menyeret ku pergi meninggalkan mereka, terutama barry yang menatap kami heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ahjussi (Complete) TAHAP REVISI
Romance" aku tidak mau ada perjodohan ini " katanya sambil mengesap hot coffee. Dia pikir aku mau adanya perjodohan ini? Dia kira aku yang memaksa untuk dijodohkan dengannya? Kenapa kesannya aku yang ngebet dengan perjodohan ini. Aku berdiri. Menyilangkan...