"Jika kamu menggangap saya tidak serius bahkan saya hanya lelucon? Itu terserah kamu saya tidak akan makan cibiranmu. Saya tetap mau kamu."
"Sakha sadar! Ini hanya ilusi!"
"Tidak! Ini bukan Ilusi! Ini nyata"
"Sakha cukup! Kamu keterlaluan!"
"Saya tidak keterlaluan!"
"Kamu gila!"
"Iya saya gila karena kamu!"
"Sakha, saya mau kamu berhenti. Saya mohon."
"Hujan kau sama seperti hujan!" Ujar Sakha sedikit berteriak
"Hujan memang tak bisa dipaksakan tuk datang
dan hujan memang tak bisa dipaksakan tuk pergi
sama seperti kau, yang tak bisa dipaksakan
Untuk mencintai saya, sama seperti saya
yang tak bisa kau hentikan untuk berhenti mencintaimu." Lanjutnya"Sakha, saya sudah jatuh." Ucapnya lirih tanpa melihat sosok Sakha yang ada di depan kedua mata coklat ciptaan sang ilahi itu, kedua mata yang selalu Sakha puja karena indahnya dan teduhnya disetiap tatapannya.
"Apa?"
"Tidak! Saya harus pergi ini terlalu larut, matahari sudah berganti senja."
"Hahaha kamu lucu, senja itu indah."
"Sakha, meski dia indah tapi dia datang hanya sementara sama seperti kamu." Ucapanya seraya pergi meninggalkan Sakha
"Memang hobinya berucap lalu pergi,pujaan hatiku satu ini" senyum Sakha tetap mengembang dengan perlakuannya yang selalu meninggalkan Sakha tanpa jejak itu.
●•●•●•●●•●●•●••●•●●•●•●•●•●•●●•●●•●•●
Hehehe
Selamat datang! Selamat menikmati cerita amatir!
Hanya bosan! Tidak diangkat dari cerita asli :)
Semoga dapat di apresiasi biar tidak sia-sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
rumpang
Random"Rinjani itu nama gunung kan?" "iya, kenapa?" "jiwa mu sekuat gunung, sukmamu meskipun dingin tetap bisa menghangatkan diriku, Jani" "manis mulutmu tak kan bisa merubah keadaan. karena diksimu selalu saja fiksi" ucap Jani seraya pergi meninggalkan...