Matahari baru saja mengintip dari ufuk timur. Bulatannya belum tampak penuh ketika kedua mata Jihoon terbuka dengan sendirinya.
Ia terdiam mengumpulkan kesadaran sampai bisa merasakan napas hangat yang menerpa tengkuk lehernya.
Hangat yang terasa menelusup ke hati karena Jihoon akhirnya terjaga dengan Daniel di sampingnya lagi.
Begitu Daniel jadi terlalu sibuk, Jihoon memang jadi mudah tersentuh dengan hal-hal kecil seperti ini.
Setelah mengecek jam dari layar ponsel yang ia simpan di nakas, Jihoon memutar posisi hingga ia berbaring menghadap Daniel. Menelusupkan kedua lengannya melingkari punggung sang kekasih, memeluknya erat.
Masih ada sekitar 15 menit sampai batas ia harus benar-benar bangun dan bersiap.
Jihoon menarik tubuh Daniel lebih rapat dengan kaki saling bertautan di bawah selimut.
Karena gerakan itu, Daniel menggumamkan 'hey' antara sadar dan tidak sadar. Dengan mata terpejam ia balas memeluk bahu Jihoon dan menariknya lebih dekat lagi.
Hangat.
"Hey, kapan datang?" bisik Jihoon, masih setengah mengantuk dan kedua matanya terpejam juga.
Daniel menggumamkan beberapa suara tak beraturan, campuran antara jawaban dan igauan, tapi Jihoon mengerti bahwa pria itu belum lama datang dan tidur di sampingnya.
"Aku harus berangkat pagi." Jihoon berbisik lagi, dan ia bisa merasakan napas Daniel mengenai dahinya.
"...hari sedingin ini?" Daniel protes di tengah gumaman tidak jelas.
"Eum, banyak yang belum sempat kubereskan kemarin."
"Kau kan chef-nya. Datang siang tidak masalah."
"No, no~"
Ish, Park Jihoon dan profesionalitasnya ini.
Padahal Daniel masih rindu. Tapi ia tidak bisa mendebat. Karena masih diserang kantuk parah.
Mungkin belum sampai 2 jam ia tiba di apartemen dan ikut meringkuk di samping Jihoon. Sekarang pelukan Jihoon yang hangat dan nyaman membuatnya seolah tambah melesak ke dalam kasur dan tertelan perlahan ke alam mimpi lagi.
Dalam kesadarannya yang tinggal setitik, Daniel masih bisa merasakan kecupan singkat Jihoon di bibirnya, belaian di wajahnya dan suara Jihoon yang berkata ia akan membangunkan Daniel beberapa menit lagi untuk bercukur.
"Hyung."
Rasanya belum lama. Bahkan Daniel pikir rasa manis dari kecupan Jihoon masih tersisa, ketika ia merasa badannya diguncang-guncang dari luar selimut.
Setelah beberapa usaha, akhirnya Daniel berhasil bangkit. Ia duduk di sisi ranjang, berusaha lebih keras untuk membuat matanya tetap terbuka sementara Jihoon terdengar melangkah ke sana kemari sebelum akhirnya berdiri di hadapannya.
Pemuda Park itu sudah berbau parfum, dan ketika membuka mata, Daniel melihat Jihoon sudah rapi dengan setelan jeans hitam, kemeja putih kasual berlengan panjang, dan suspender hitam.
"Kukira kau mau ke restoran?" tanya Daniel heran. Saking herannya, Daniel tidak sadar Jihoon sedang memakaikan jepit rambut padanya.
"Memangnya tidak boleh aku ke restoran dengan pakaian seperti ini?"
Sejenak hening, sampai Daniel memicingkan mata curiga, padahal ia baru saja selesai menguap, "Apa kau selingkuh?"
Jihoon nyaris meledak tertawa, tapi berhasil ia tahan, "Apa aku terlihat seperti itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Gestures [NielWink]
FanficDitulis kalau ada ide saja, jadi tidak ada tamatnya. [Alternate Universe] Drabbles and oneshots about sweet gestures in Kang Daniel and Park Jihoon relationship. So, well... it's mostly fluff. WARNING: 📍 Shounen-ai/Yaoi/Boys love 📍 Pairing: NielWi...