Move On!

967 48 0
                                    

((Terlalu lama membuatku lupa jalan ceritanya :"))

Beberapa hari sejak gue,Rahma dan Berlian ketemu, gue udah merasa gak galau lagi, kehadiran Berlian sore itu ngebuat suasana hati gue membaik. Sedangkan Rama? Rama masih seperti biasa, hanya ngobrol dengan gue seperlunya, kadang gue gemes kenapa sih dia berubah gini? Gue Tanya ke Bima apa dia ada cewek lain, tapi jawabannya nihil. Rama gak deket sama siapa-siapa. Sesekali dia memandang ke arah gue, tapi gue gak terlalu yakin dan gak mau kepedean duluan.

Hari ini gue dan ketiga sahabat gue udah sampai di parkiran GOR, hari ini kelas sepuluh sampe kelas dua belas ikut mendukung pertandingan Final DBL, dengan dresscode baju angkatan masing-masing, semua mendukung dan menyanyikan yel-yel, para Cheers baru saja menampilkan koreografi nya, tepuk tangan riuh menyambut Rama beserta tim yang memasuki lapangan, saling merangkul satu sama lain, melompat dan terus bernyanyi mendukung tim kebanggan sekolah.

"Kaki gue mau copot!"

"Baju gue basah keringet nih!"

"Suara gue abis!"

"Rama kok keren!"

Gue dan ketiga sahabat gue, berada di dalam mobil Salsha istirahat sejenak, Iren yang kelewat semangat menyemangati Dimas, harus rela suaranya habis.

"Di...as kok ka...gak ada ya..." Suara Iren seperti sinyal kadang ilang kadang muncul.

"Udah Ren lo minum dulu yang banyak, suara serek gitu juga." Saran Rahma sambil menyodorkan minum, Iren hanya mengangguk dan terus menenguk air mineral berharap suara nya kembali seperti biasa.

"Tapi lo gak sia-sia kok Ren, sekolah kita kan menang!!!"Pekik gue, karna sekolah kebanggan kembali menang menjadi juara pertama.

Tapi di balik rasa bahagia gue, ada rasa khawatir yang terus menghantui gue, karna Rama sempat cidera di detik-detik terakhir pertandingan ia terpaksa harus menepi karna entah gusi atau bagian mulutnya berdarah terkena lemparan bola.

"Iya gue juga ikut seneng!!!" Pekik Rahma.

"Gue kasian sama Rama, kira-kira dia baik-baik aja gak ya? Rasanya mau gue obatin."

"Udah lo katanya mau move on gimana sih, masih aja galauin Rama."

"Susah kali Shal!"

'Tok tok tok'

Kaca mobil di sebelah gue di ketuk oleh seseorang, gue pun membuka dan melihat Dimas dengan kaos putih polos dan rambut yang basah penuh keringat.

"Inget punya Iren, punya Iren" Kata gue dalam hati, mencoba mengingatkan bahwa Dimas sudah hampir menjadi milik Iren, lagian jadi cowok ganteng amat, kalo gue jahat juga dah gue deketin juga nih si Dimas pas Rama ngejauhin gue.

"Iren."Panggil Dimas dengan lembut, tapi malah gue yang baper.

"Belakang noh." Gue mengayunkan tangan gue ke Iren yang duduk di belakang.

Iren keluar dari mobil, "Ke...napa?"Tanya Iren kepada Dimas, gue bisa melihat dua sejoli yang sedang PDKT tepat di samping gue.

"Suara kamu kok hilang gitu?"Tanya Dimas dengan nada khawatir, gue berusaha tegar agar tidak terpancing emosi karna minder dengan Iren yang di perhatikan oleh Dimas, Eits! Bukan berarti gue naksir Dimas, gue cuma pengen di perhatikan kayak Iren. Gue kangen Rama!

Ponsel gue bergetar, ada panggilan masuk dari Berlian, dengan segera gue mengangkat telpon tanpa beranjak dari posisi gue.

"Lo dimana yak?"Tanya Berlian pada sambungan telpon gratis alias Line.

Baperrr [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang