3. Undangan (Season 2)

266 40 20
                                    

" Bunda , kenapa kita dititipin lagi sih? " Kesal Nicky saat mereka sampai dan duduk disofa yang ada dirumah nenek juga kakeknya, anak itu membanting tas berisi baju miliknya dengan raut wajah yang tak bisa digambarkan. Sulli menatapnya dengan seksama, keduanya memang terlihat diam saat diperjalanan dan semakin murung saat tahu mereka akan kembali dititipkan. Jahat memang.

" Iya, padahal aku pengen mengexplore rumah baru kita, ngapain juga Ayah beliin kita mainan baru kalo harus nginep dirumah Grandma , Grandpa lagi " Rutuk Micky, Sulli merasa sangat bersalah pada kedua anaknya, tapi ini perintah, kalau ia tak menurutinya pasti Minho akan kembali marah padanya, berbulan-bulan ia mencoba memulihkan keadaan rumah tangganya, ia tak mau hanya karena hal kecil saja akan membuat Minho marah padanya.

Wanita itu menatap mertuanya dengan perasaan tak enak hati, ia juga sebenarnya tak mau terus-menerus menitipkan anaknya. Keduanya juga tak pernah mengganggu aktifitas mereka , kecuali kalau mereka khilaf karena gairah keduanya tak pernah padam, mereka pun juga patut disalahkan.

Bukannya marah, wanita setengah baya itu malah tersenyum penuh arti, ia senang kedua cucunya mampir dan menginap disini, Chanyeol itu begitu membosankan, beberapa kali pria itu membawa teman kencannya yang hanya berakhir dalam satu malam. Ia sendiri bingung karena setiap hari harus marah-marah karena masalah yang sama.

" Sayang, orang tua kalian ada urusan, kalian harusnya ngerti dong. Emangnya kalian engga mau nginap disini? " Tanya Neneknya, keduanya hanya diam sambil memutar bola matanya, mereka lebih kecewa pada Ibunya karena selalu menuruti mau Ayahnya. Melihat kedua anaknya yang bersikap seperti tadi Sulli yakin sekali kalau nanti dirinya akan dimusuhi oleh kedua anaknya. 

Ia tersenyum dan berdiri dari posisinya, kalau anaknya tidak suka lebih baik mereka dirumah saja, Sulli juga sebenarnya merasa bersalah pada mereka, tapi posisinya sedang tidak menguntungkan. Apa ia harus mengalah saja? 

" Bunda mau kekantor Ayah, kalian mau ikut? " Tanya Sulli, keduanya mengangguk dengan antusias, mereka langsung berdiri tegap dan pamit dari hadapan Neneknya. Mereka berdua menggenggam lengan Sulli, Sulli menatap mertua perempuannya dengan pandangan bersalah yang begitu kental.

Seharusnya memang ia tak kemari bukan? Minho itu kalau sudah mau nya ya harus dituruti kalau tidak pasti seluruh isi dunia akan hancur karena ulahnya. Ia menunduk dalam, wanita paruh baya yang masih sangat cantik diusianya itu mengelus rambutnya dengan sayang, tidak seharusnya ia bertindak seperti itu, lagipula ia senang sekali kalau memang kedua cucunya mau menginap lagi disini. 

" Mom, maaf yah kita berdua sering ngerepotin kalian. Aku dan Minho mau.. "

" Mommy ngerti Ssul, yasudah emang anak kalian yang engga mau Mommy juga engga bisa paksa. Hati-hati dijalan " Sulli mengangguk, kedua anaknya mengecup kedua pipi neneknya dan melambaikan tangannya, mereka bertiga menunggu taksi didepan gerbang kediaman mertuanya, Sulli tak suka pakai supir pribadi, terakhir kali punya supir seorang anak muda, ternyata orangnya adalah pemabuk, Minho memecatnya setelah satu minggu ia bekerja. Dan setelah itu Sulli lebih sering diantar oleh Pak Ujang, pria paruh baya itu juga adalah supir Minho, yang sudah mengabdi bertahun-tahun dikeluarganya.

Kedua anaknya tak berhenti mengoceh, sepertinya keduanya masih sebal karena Sulli tidak mengajak mereka untuk ikut ke kantor Ayahnya dan memilih menitipkannya dirumah Ibunya.

Sulli pun ikut diam, ia tak tahu harus memulai percakapan dari mana, karena membuat kesal kedua anaknya sama saja seperti membuat kesal dengan Minho. Ketiganya punya watak yang sama menyebalkannya. 

" Micky, aku mau jajan dikantin kantor Ayah nanti. Kamu mau ikut? " Tanya kakaknya, adiknya itu mengangguk menyetujui ide kakaknya, sudah lama sekali mereka tak kesana, terakhir kali kesana saat Micky merengek meminta bertemu Sulli. Sulli tersenyum melihat interaksi mereka, sepertinya mereka jauh lebih dekat tidak seperti saat dirinya meninggalkannya dulu. Setiap harinya mereka isi dengan pertengkaran karena memperebutkan hal yang sama.

The Cold Husband✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang