20

9.8K 308 4
                                    

Aku keluar dari ruangan om andy dengan senyum mengulas diwajahku.
Aku tersentak kaget saat melihat arlan berdiri didepan pintu dengan tangan menyilang di dada.

"ngapain mas disini?" tanyaku sambil mengelus dada.

Dia tidak menjawab. Malah menyeret ku pergi.

"apaan sih mas" kata ku melepaskan cengkraman tangannya.

"kita harus bicara" katanya tegas.

Aku menghentakkan kaki. Apa juga yang harus dibicarakan malam-malam begini di atap?

"apa?" tanya ku ketus.

Dia terdiam beberapa saat.

"sudah berapa lama kamu didepan ruangan papa tadi?"

Heh? Dia menyeret ku kesini hanya untuk menanyakan itu? Lucu.

"kenapa kamu malah gak jadi ketemu papa tadi? Karena ada aku?" tanyanya sarkastis.

Oohh aku sekarang menemukan sifat baru yang dikeluarkan dalam dirinya yaitu kepedean.

"gapapa kok. Aku cuma gak mau ganggu aja pembicaraan haha hihi kalian" jawabku ketus.

Aku melihat ada kilat geli yang berkelebat dimatanya.
Sial. Kenapa juga aku mengatakan hal itu. Pasti arlan mengira aku tidak suka dengan chelsea.

"jadi kamu cemburu?" sambungnya cepat.

Tuh kan. Tingkat dewa nih pedenya.

"siapa juga yang cemburu. Lagian aku juga gak peduli kamu mau ketawa-tawa girang sama siapa" desis ku jengkel

Dahinya mengerut dalam, matanya menyipit.

"gak ada juga yang ngelarang kamu buat cemburu. Buktinya aku pernah cemburu sama kamu" katanya dengan senyum tengil yang belum pernah kulihat sebelumnya.

"trus masalahnya di aku apa?" tanyaku kesal.

Makin lama makin menjengkelkan juga ahjussi satu ini.

"jadi masalah karena kamu udah bikin aku jealous. Kamu tuh udah bikin aku kesal tiap kali liat si siapa tuh barry ketawa-ketiwi cekakan sama kamu" arlan seperti sedang meluapkan kekesalan.

Lagi-lagi dia menuduhku atas sesuatu yang tidak ku ketahui.

"mas gini deh kamu tuh beberapa hari ini kelihatan menghindar dari aku dan sekarang kamu ngebahas soal ginian. Emangnya kapan aku pernah cekakak-cekikik sama barry?" tanya ku menantang.

Kini giliran arlan yang tertawa.

"kamu tuh lucu ya" dia tertawa semakin keras.

Seandainya aku memiliki kekuatan seperti do bong soon, ingin ku lempar saja tubuhnya kebawah.

"kamu tahu waktu aku liat kamu ketawa lebar di cafe ataupun starbucks dulu. Aku gak suka"
kini raut wajahnya nampak serius

"dan kamu mau tahu kenapa aku menghindar dari kamu? Karena aku lagi menahan. Menahan untuk tidak memeluk kamu didepan orang tua kamu" sambung arlan.

Aku terdiam. Tiba-tiba aku seperti kesulitan bernafas. Ucapan arlan barusan sukses membuat jantungku terdugun-dugun.

"kamu tuh harusnya tau mas. Kita tidak lagi dalam suatu hubungan yang mengharuskan kamu untuk cemburu sama barry atau aku cemburu sama mbak chelsea. Kita sama-sama gak punya hak untuk itu" ujarku tenang.

Arlan melangkah maju. Kemudian mencondongkan wajahnya ke arahku.
Aku ingin menghindar. Tapi kakiku seperti menolak untuk bergeser. Tangannya menyentuh wajahku. Mengusap lembut. Membuat aliran panas darahku naik. Arlan semakin mendekatkan wajahnya dan bibirnya menyentuh bibirku. Melumatnya dengan lembut. Aku mematung. Tidak berusaha menghindar. Dia melepaskan ciuman itu. Mendongakkan kepalaku yang menahan malu.

"jangan pergi lagi. Aku mohon" bisiknya terdengar lirih.

Ini tidak benar. Aku tidak bisa memahaminya.

"maaf mas" desis ku sambil berlari meninggalkan arlan.

Apa-apaan tadi? Mengapa tiba-tiba dia mencium ku? Lalu mengapa aku diam saja? Bodoh.

Aku tiba diruang kamar bapak setengah berlari. Membuat bapak dan ibu heran.

"kamu kenapa yuna" tanya ibu khawatir.

Aku menggeleng keras. Mengambil tas ku didekat ranjang bapak.

"pak bu hari ini aku pulang ke rumah yaa" pamit ku sambil menyalami mereka

"oh ya kalo mas arlan nanyain aku bilang aku udah pulang dari tadi yaa" sambungku cepat.

                            🍁🍁🍁



Bapak sudah keluar dari rumah sakit dari seminggu yang lalu. Kini bapak sudah mulai beraktivitas lagi di toko. Awalnya aku melarang, tapi setelah bapak meyakinkan ku dengan mempekerjakan karyawan dan hanya mengawasi saja. Aku mengizinkannya. Karena kasian juga melihat bapak yang biasanya bergerak, tidak bisa diam kini harus mengurangi segala aktivitas yang berat demi kesehatannya.

"na waktu bapak keluar rumah sakit, ibu gak liat arlan ya? Padahal om andy, tante anin dan anak-anaknya semua pada datang mengantar" kata ibu sambil memasak.

"sibuk mungkin bu" jawabku santai.

Padahal sebenarnya aku juga tidak tahu jawabannya.
Sejak kejadian di atap malam itu. Aku kembali menghindari arlan. Setiap dia datang mengunjungi bapak. Aku pergi keluar. Saat aku bertemu dengannya di lift atau kantin atau berpapasan di area rumah sakit aku langsung berbalik menghindarinya. Beberapa kali dia mengirimkan pesan di whatsapp, menanyakan kabarku.
Tidak ada yang ku balas satupun.

Ada apa dengan ku? Kenapa aku menghindarinya?
Entahlah. Aku hanya merasa malu bertemu dengannya. Aku malu pada diriku sendiri. Saat ini otak dan hatiku tidak sejalan. Hatiku mengingkari semua yang ada diisi kepala ku.

"yuna jangan bengong. Nanti tangannya kena pisau"

Aww. Terlambat bu. Batinku

"tuh kan baru ibu bilang" ibu memberikan tissu untuk membersihkan darah dijari telunjukku.

"gapapa bu"

Aku masuk kedalam kamar setelah membantu ibu memasak. Mengambil plester untuk menutupi luka dijari ku tadi. Aku mengecek pesan masuk di ponsel. Ada beberapa pesan dari dira yang belum sempat ku baca. Lalu dari barry yang meminta maaf tidak bisa menjenguk bapak karena saat ini dia sedang dinas kerja di batam. Dan hari ini tidak ada pesan masuk dari arlan.
Untuk apa aku menunggu?

🙋 Halo?
Panggilku saat melihat panggilan masuk di ponselku.

👧 Kak yuna ini aileen

Aku tersenyum mendengar suara aileen.

👧 Maafin aku yaa kak belum sempet jenguk papa kak yuna kemarin. Aku masih mual terus.
Dia mendesah dari balik ponsel.

Aku tertawa. Kasian bumil

👧 Kak yuna hari sabtu bisa datang ke rumah mama?

🙋 Ada apa?
Tanyaku heran

👧 Mau ada acara selamatan empat bulanan aku kak. Kak yuna harus datang yaa

🙋 Hmm gimana ya leen

👧 Yah jangan gitu dong kak. Kak yuna salah satu orang yang aku harapkan datang. Lagian kan kak yuna bukan tamu di keluarga kami.

Rengekan aileen membuatku tidak enak untuk menolak.

🙋 Iya aku pasti datang

Aku bisa mendengar suara teriakan girang aileen, membuatku ikut tertawa.
Mungkin karena aileen satu-satunya anak perempuan di keluarga itu, dia langsung cepat akrab denganku dan aku menyukainya karena dia sangat mirip dengan dira.

My Ahjussi (Complete) TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang