Chapter 20

823 68 8
                                    

Bohong kalau mew tak pernah tergoda dengan tubuh art. Ia ingin sekali mencicipi manis dan lembutnya lekukan itu. Tapi ia menahannya.

Takut bahwa art akan berfikir yang macam-macam tentang dirinya.
Padahal, kalau mew mau sedikit saja membuka matanya. Ia pasti bisa melihat cinta yang tak kala besar dari miliknya. Art mencintainya. Itu yang harus mew tau.

Kalaupun mew mengajaknya, art juga takkan menolak. Seperti ciuman tadi pagi contohnya.

Art hanya malu. Mew kelewat lembut dan perhatian. Mew tak pernah sesuka hati pada art. Itu sebabnya art terkadang tak menjawab ketika mew menyatakan cinta atau meminta ciuman.

Art itu sudah seperti raja bagi mew. Apapun yang akan mew lakukan pada art, pasti mew tanyakan dulu. Tapi masa iya art harus menjawab ketika mew mengajaknya berhubungan.? Memalukan bukan.?

.

Memikirkan itu membuat ia tersenyum kecil tanpa sadar. Ia jadi malu pada diri sendiri. Apa lagi mew tadi salah tingkah setelah keluar kamar mandi.

Dan lagi, ada saja barang yang mew tabrak dalam kamar. Entah apa yang mew cari. Mondar-mandir tak jelas.
Art yang duduk di kasur jadi bingung sendiri.

Lalu setelah siap, mew langsung pamit. Hanya mencium kening art lalu pergi. Tak ingin sarapan katanya. Jadi art hanya mengangguk.

Art memutuskan mandi setelah mew pergi. Ia mandi sendiri kok. Suster hanya membantu ia pindah dari kasur ke kursi roda.

Ngomong-ngomong tentang kursi roda. Ini sudah hampir 1bulan. Dan art rasa, terapi kakinya cukup berhasil. Susternya itu selalu membantu ia berjalan di halaman belakang. Wanita cantik itu begitu baik pada art.

.

Malam ini mew mengajak art dinner diluar. Katanya biar ada suasana baru. Art sebenarnya menolak. Tapi mew bisa saja membujuk art. Jadi akhirnya art luluh dan mengikuti kemauan mew.

Dimeja itu, suasana cukup tentram. Mew memilih meja di dekat kolam renang. Dan hanya beberapa meja di sekitaran kolam renang. Kalau dilihat, ini pasti tempat mahal. Keliatan dari orang dan ruangannya.

Menikmati makan malam dengan tenang. Sesekali pandangan mew terarah pada art. Membuat sang empunya sedikit merona.

"Makanlah dengan tenang. Jangan terus melihatku" ucap art tanpa menatap mew sedikitpun.

Mew tak bisa menahan senyumnya. Art itu menggemaskan.

Benar bukan, art itu menggemaskan.?

Menyelesaikan makanannya dengan cepat. Mew membawa tangannya ke tas meja. Menopang dagunya, lalu memerhatikan cara makan art.

Tentu saja itu membuat art makin tak nyaman.

"P'..berhenti menatapku" art memasang wajah galak.

"Kalau tak mau.?" Tantang mew dengan wajah meledek. Tapi ia masih selipkan sebuah senyuman.

"Ish" desis art.

Mew menggenggam tangan art. Meletakkan garpu yang tadi di pegang art pada piring.

Art menaikkan alisnya. Ia belum selesai makan. Ada apa dengan mew.? Mau sok romantis.?

"Kenapa.?" Art jadi ngeri melihat mew yang senyum terus sedari tadi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Ayo menikah"

Art menahan nafasnya. Matanya membulat. Lidahnya bahkan tak bisa bergerak sedikitpun.

Mew yang melihat art menahan nafasnya, meremat ringan tangan kecil art. Membuat art sedikit tersadar.

"Hay..bernafaslah dengan benar" mew mengelus punggung tangan art.

Melihat art menggigit bibir bawahnya dengan mata berkaca membuat mew takut sendiri.

"Mmm.." mew takut art akan menolaknya.

Tak menutup kemungkinan bukan.?

Trauma art akan suatu hubungan bisa saja belum hilang. Orangtuanya, mantannya, dan kisah mereka yang kemarin.

Mew tak bisa menjamin jawaban art.

Sejujurnya mew ingin menangis sekarang juga. Ia tau, ia terlalu cepat. Tapi sungguh, ia hanya ingin terus bersama art hingga tua nanti.

Apakah ia akan di tolak.?

Memikirkan itu, membuat ia segera mengalihkan pembicaraan.

"Ah sudahlah..kau bisa jawab nanti saja" mew memaksa senyumnya. Ketara sekali dari mata art.

Menarik tangannya dari genggaman art. Mew menunduk sebentar.

"Kau sungguh tak ingin mendengar jawabanku p' ?" Tanya art.

Mew masih menunduk. Ia tak bisa menahan air matanya. Cintanya pada art terlalu besar. Dadanya sakit sekali sekarang. Padahal dulu saat di tolak art pertama kali tak sesakit ini.

Meski tertatih, art berjalan ke kursi mew. Sedikit menundukan tubuhnya di depan mew.

Tersenyum sambil menghapus air mata mew. Mewnya itu cengeng yah.

"Aku mau" art berucap sambil menghapus air mata mew. Padahal pipinya sendiri basah dengan air mata.

Langsung saja mew memeluk art. Art bahkan hampir terhuyung ke belakang kalau saja mew tak memeganginya.

Tak perduli orang di sekitar melihat mereka. Mew terus berucap terimakash dan menciumi kepala art.

Hipotesis Rasa [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang