Aku kira kamu benar pergi,
bagaikan air mengalir melalui sungai,
menuju lautan, menguap, dan tak bersisa.
Menahun aku belajar tegar,
ikhlas menerima kepergian tawa dan canda.
Kamu tidak pernah melihat
berapa sering tetes air mata ini
bersenyawa dengan titik hujan.
Kamu tidak pernah mendengar
betapa berulang kali aku mengucap nama
yang hanya kepunyaanmu.
Kamu tidak pernah tahu
aku kehilangan.
Tapi aku keliru mengira-ngira segala tentangmu.
Ternyata kamu tidak seperti air yang mengalir,
pergi dan menguap tanpa sisa.
Kamu ibarat batu yang terlempar ke atas.
Pergi sejenak, lalu kembali.
Adakah gravitasi bumi yang membawamu ke sini,
tempat melabuhkan hati?
Tapi aku terlebih dulu menganggapmu air.
Mengapa Tuhan menjadikanmu batu, bukan air?
-15 Maret 2010-
YOU ARE READING
DOSA HINA
PoetrySajak ini tidak pernah indah, karena hidup penuh sesak dengan salah.