12th - Kapan Kalian Nikah?

100 13 1
                                    

Sudah sebelas hari, tapi Ayu tetap tidak ada kabarnya dan belum masuk kantor. Terlebih itu, Bagas terlihat muram. Kenapa dia tidak masuk?

Ya, ia sudah menemukan keberadaan Ayu enam hari kepergian gadis itu. Dia berada di Tanah Riau, Tanjung Pinang. Dan dua hari lalu, Ayu sudah kembali ke Apartemennya, tapi hingga sekarang belum ada tanda-tanda ia akan keluar.

Bagas terus melamun melihat poto Ayu yang dikirim salah satu orang suruhannya, tersentak kaget saat ponselnya berbunyi nyaring tanda pesan masuk.

Saat membaca pesan itu, matanya membulat kaget.

AyuAz

BERHENTI MENGINTAIKU, BRENGSEK!

***

"Apa lagi?" Tanya Ambar yang menahan perasaan kesalnya.

"Daddy ingin bicara, nak," ucap lelaki paruh baya di depannya itu.

"Apa? Bicara? Maaf. Anda benar-benar kehilangan kesempatan untuk berbicara kepada saya," balas Ambar dingin.

"Dad masih Daddy kamu, Ambarwati!"

"Daddy? Seriously? Setelah selingkuh berulang kali dan kini anda mengaku sebagai Daddy saya? Gak salah denger?"

"Daddy hanya ingin minta maaf, Ambar. Daddy tau it—

"Maaf?! Anda bilang Maaf?! Kemana aja anda sepuluh tahun ini?! Oh ya, sibuk berselingkuh dengan jalang itu ya."

"Jaga ucapanmu, Ambarwati! Daddy tidak pernah mendidikmu seperti itu!"

"Hah, andapun masih tetap membela dia. Mendidik katamu? Apa anda pernah mendidik saya? Tidak. Apa anda pernah membantu saya mengerjakan tugas? Tidak. Tidak pernah. Dan berhenti membual jika anda adalah Ayah saya."

"Karena Ayah saya, sudah mati sepuluh tahun lalu saat ia hanya diam saat ketahuan selingkuh, diam saat anak pertamanya bunuh diri, dan diam saat anak keduanya pergi meninggalkan keluarga busuknya." Lanjut Ambar dengan dingin.

"Kenapa diam? Ah, anda selalu diam saat saya mengatakn kebenaran, benar, anda ingin berbicara bukan? Mari ikut saya."

Ambar beranjak menuju salah satu kamar rawat VVIP di Rumah Sakit itu dan diikuti oleh Albert, lelaki penyebab kehidupan seorang Ambar hancur.

Di ruangan itu, Sela, Maminya tersenyum melihat putri satu-satunya masuk bersama sang suami.

"Ada apa sayang?" Tanya Sela lembut.

"Dia ingin berbicara. Tapi sebelum itu, saya ingin berbicara dengan kalian."

Ambar mengeluarkan ponselnya dan menyalakan perekam suara.

"Mulai detik ini, saya Ambarwati Ashanti Arnolda, benar-benar menghapus nama belakang Arnoldanya. Dan mulai detik ini, Ambarwati bukan lagi bagian dari keluarga Arnolda," ucapnya lantang.

Ia mematikan perekam suara itu, "saya sudah berbicara, bukan? Silahkan jika ingin bicara."

"APA-APAAN KAMU, AMBAR!" Teriak Albert.

"Ambar sayang..."

Ambar menatap tajam Albert dan melirik jamnya, "ups, saya sudah harus kembali. Selamat malam semua."

"Ambar, jangan pergi, sayang. Kamu anak mami,"

"Anak kalian sudah pergi dan tidak akan pernah kembali," ucapnya dingin, berbalik menuju pintu.

Angel'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang