16.Milikku

21.9K 679 5
                                    

Happy reading

***

Dion menunggu seseorang yang ia telpon tadi di dalam mobil.
Selang sepuluh menit kemudian pintu mobil terbuka, tibalah orang yang ia tunggu sedari tadi.

"Mas, kenapa terburu-buru?" Tanya Anjani setelah menutup pintu mobil.

Tanpa menjawab sepatah kata pun Dion mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Dilihat dari raut mukanya, Anjani tahu kalau Dion sedang menahan emosi.
Anjani hanya diam, ia menunduk takut.

Anjani bingung karena ini bukan jalan menuju rumahnya, tapi ia tak berani bertanya pada Dion.
Sampai di basement Dion memarkirkan mobilnya. Berjalan keluar dari mobil kemudian membuka pintu di seberangnya, menarik tangan Anjani menuju ke arah lift. Lift berhenti di lantai enam, Dion menarik tangan Anjani keluar dari lift. Anjani berjalan terseok-seok karena tidak bisa mengimbangi langkah Dion.
Setelah sampai di apartemen milik Dion, Dion melempar tubuh Anjani ke atas ranjang.

"Aauuhh," jerit Anjani.

Dion menatap Anjani dengan tatapan nyalang, sedangkan Anjani masih terengah-engah dengan sikap Dion.
Dion merangkak di atas tubuh Anjani.
Tanpa aba-aba Dion mencium bibir Anjani dengan ganas. Dion melepaskan ciumannya tengah ia rasa cukup.

"Maass." Anjani merengek lantaran takut dengan sikap Dion barusan.

"Kamu hanya milikku," sahut Dion dengan nada penekanan.

Dion kembali meraup bibir Anjani yang sudah membuatnya candu.
Puas dengan bibir Anjani, Dion menurunkan ciumannya. Mengecup kecil-kecil leher jenjang Anjani, kemudian turun di dada. Dion membuka kancing kemeja yang Anjani kenakan hingga terpampang lah payudara Anjani yang masih di balut bra warna hitam. Melihat kemolekan tubuh wanita yang ada di bawahnya, Dion semakin gelap mata. Ia menaikkan bra itu hingga mencuatlah dua bukit kembar milik Anjani.
Dengan rakus Dion menikmati keduanya, seperti seorang bayi yang sedang menyusu.

"Maass ... aahh," desah Anjani.
Anjani menangis dengan apa yang Dion lakukan padanya.

Menyadari jika wanitanya menangis, Dion menghentikan aksinya.

"Sayang ...."

Anjani tak menjawab, ia malah semakin terisak.

Dion turun dari atas tubuh Anjani.

"Maaf kan mas, Sayang. Maaf mas sudah kelewatan," kata Dion pada Anjani.
Dion kemudian membenarkan pakaian Anjani.
Mengajaknya duduk dan membawanya ke dalam pelukannya.

Anjani masih sesenggukan di dalam pelukan Dion.

"Mas nggak mau kamu jadi milik orang lain. Kamu cuma milik mas. Cuma mas yang bisa miliki kamu, kamu ngerti kan?!" kata Dion pelan namun penuh dengan nada penekanan.

Anjani hanya mengangguk pasrah.
"Mas kenapa bisa kayak gini? Mas bikin aku takut," sahut Anjani.

Dion mengecup puncak kepala Anjani. "Mas cemburu," sahut Dion pelan.

"Cemburu?" sahut Anjani pelan.

"Iya, mas lihat kamu semobil sama laki-laki itu. Mas juga lihat kamu foto sama laki-laki itu."

"Mas kan tau aku cintanya cuma sama Mas. Mas ragu sama perasaan aku?"

"Bukan begitu, Sayang. Tapi mas bener-bener takut kalau ada orang yang mau merebut kamu dari sisi mas."

"Maass, aku cuma cintanya sama kamu." Anjani mendongakan kepalanya sehingga tatapan mereka pun bertemu.

Kini giliran Anjani yang memulai, Anjani menautkan bibirnya dengan bibir Dion. Namun ini ciuman yang lembut, tidak seperti Dion tadi yang terkesan menuntut.

"Mas larang kamu ikut mobil pria mana pun. Kecuali sudah dapat ijin dari mas. Kamu pahan kan?!" Kata Dion setelah ciuman mereka usai.

Anjani mengangguk.

"Ini." Dion menyerahkan sebuah kunci kepada Anjani.

"Ini apa, Mas?"

"Mobil buat kamu."

"Moo--mobill?"

Dion tersenyum, "iya, ini sekarang sudah menjadi milik kamu. Sebetulnya sudah dari jauh-jauh hari mas beli ini buat kamu, tapi belum ada waktu yang tepat."

Anjani menganga tak percaya.

Dion mengambil sesuatu dari dalam dompetnya.
"Ini, pakai buat keperluan kamu." Imbuh Dion sambil menyerahkan sebuah ATM dan kartu kredit.

"Mas, ini semua buat aku?" tanya Anjani yang masih tak yakin dengan apa yang ia dengar.

Dion mengangguk.

"Makasih ya, Mas," ucap Anjani.

"Oohh iya Mas, apartemen ini milik siapa?" tanya Anjani.

"Ini punya mas."

"Lhoh kok."

"Iya, mas selalu ke sini kalau lagi pengen nenangin diri."

Anjani mengangguk paham. Kemudian ia berdiri, berjalan menelusuri setiap sudut ruangan.
Kamar yang ia tempati sekarang sangat luas, ada kamar mandi, walk in closet, juga ada balkon yang sudah di lengkapi dengan sebuah ayunan besar.
Ada dapur, mini bar, ruang untuk menonton tv, ruang tamu, dan juga ada satu kamar lagi.

Anjani berjalan ke dapur, melihat isi kulkas.
"Lengkap juga isinya." Di dalam kulkas sudah tersedia minuman kaleng, telur, makanan ringan, sedikit sayuran, beberapa ikan dan ada juga sedikit daging di dalam freezer.

Anjani terkejut saat ada sepasang lengan kokoh memeluk dirinya dari belakang.

"Ehh, Mas ngagetin aja."

Dion tersenyum.

"Isinya lengkap juga ya."

"Iya, kalau lagi di sini mas biasanya suka masak."

"Masak? Mas bisa masak?" tanya Anjani terkejut.

"Bisa dong," sahut Dion bangga.

"Kalau gitu aku pingin dimasakin sama Mas, aku lapar," sahut Anjani.

Dion melepas pelukannya, "siap, Nyonya. Nyonya tunggu di situ saja, biar saya yang siapkan."

Anjani terkekeh mendengar perkataan Dion. Kemudian ia duduk di bangku mini bar yang mengarah ke dapur.
Dion menggulung kemejanya hingga sebatas siku, kemudian mulai melancarkan aksinya di dapur.

Selang beberapa saat kemudian Dion datang membawa dua porsi spageti.
"Silakan, Nyonya." Kata Dion sambil menyerahkan masakannya.
"Kalau rasanya enak nanti saya diberi kiss ya,  Nyonya," imbuh Dion.

"Enak saja kamu, Mas."

Dion memasang muka sedih mendengar jawaban dari Anjani.

"Yaahhh ... Nyonya peliit."

"Biarin."

Anjani memakan makanannya, "eemm ... enakk."

"Iya dong, siapa dulu yang masak," sahut Dion bangga.

"Cihh sombong!" seru Anjani.

***

Anjani duduk di atas karpet yang berada di ruang tv.
Sedangkan Dion tidur dengan paha Anjani yang menjadi bantalnya.

"Sudah jam sembilan Mas, ayo pulang," kata Anjani.

"Ck, males pulang."

"Nanti anak-anak nyari kamu."

Mendengar kata anak-anak, Dion langsung mendudukan tubuhnya.

"Iya, mas lupa. Ayo kita pulang," sahut Dion.

Merekapun akhirnya pergi meninggalkan apartemen. Anjani membawa pulang mobil pemberian dari Dion.
Sebelumnya Anjani memang sudah bisa menyetir mobil, dulu ia pernah diajari oleh omnya yang bekerja sebagai supir di sebuah toko plastik dan kardus.

***

   ........bersambunng.....

Semarang, 21 Oktober 2018

Salam

-Silvia-

Repost 22-01-2021

Menjadi Wanita Kedua (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang