•Bentang•
Pemuda yang berperawakan tegap dan tinggi itu menenangkan gadis di sebelahnya. "Sudahlah, tak perlu berlebihan. Aku pergi untuk negara, untuk membela negeri kita. Kau janganlah seperti ini melulu, aku bingung."
"Kapan kau kembali?" tanya wanita mungil dengan kulit mulus itu tanpa mengindahkan perkataan lelaki itu.
"Entah, seperti yang kau tahu, kita tak pernah tahu kapan perang ini akan berakhir. Tapi, sayang, aku akan berjuang untukmu dan kembali kepadamu setelah aku berjuang untuk negara ini."
"Kau memperjuangkanku atau negaramu?"
"Keduanya."
Mora mendengus, "Kau menyebalkan."
"Mora, ayolah. Kau tahu ini kewajibanku untuk melindungi dan mempertahankan negaraku."
"Tak apa. Memang salahku sudah memilih kekasih macam kau, Gra. Rasa nasionalisme-nya terlalu tinggi."
"Aku berhutang pada ibu pertiwi-ku yang telah memperbolehkanku menetap dan berlindung di sini."
"Terserah kamu. Pergi saja."
"Baik. Selamat tinggal. Sampai jumpa," Egra mengecup kening Mora sejanak.
Ia bederham lalu melangkah keluar dari gubuk reyot itu.
Mora hanya mematung melepas kepergian kekasihnya. Ia tak sanggup, ia kesal, ia benci namun ia cinta. Tetapi, dari awal ia tahu, kewajiban Egra harus dijalani.
•Bentang•
Wanita itu terduduk dan meronta-ronta. Ia memukul-mukul gundukan tanah di hadapannya. Bukan hanya memukul, ia hampir menggalinya. Tanahnya berserakan di antara rerumputam di sekitarnya.
"Dasar brengsek kau! Apa menurutmu wajar menghilang tiga tahun tanpa kabar? Apa kau puas membuatku hampir gila?!" Terdengar isak tangis tersedu-sedu.
Lelaki itu hanya terdiam. Ia tak bisa berbuat apa-apa.
"Jangan diam saja bedebah! Kau harus bisa menggantikan tiga tahunku yang telah habis hanya untuk menunggumu!"
Hening.
Wanita itu geram, ia mencabik-cabik gundukan tanah itu lagi dan baru berhenti setelah penjaga makam menahannya dan membawanya menuju tempat penanganan gangguan psikologi.
Egra. Iya, ialah laki-laki itu.
Yang sedari tadi hanya diam saja.Mengapa ia diam? Karena ia sudah berpulang, jiwanya sudah tenang. Ia telah lama meninggalkan Mora tanpa kabar, tepatnya saat memperjuangkan dan membela bangsanya.
Tiga tahun lalu.
•Bentang•
KAMU SEDANG MEMBACA
Bentang
General FictionTiga tahun merupakan waktu yang sebentar bagimu, karena kau tak merasakannya dengan cara yang sama sepertiku.