.
.
.
Rooftop menjadi tempat tujuan Jikyung untuk bicara dengan Jimin sekarang ini. Waktu istirahat pun akan segera berakhir jadi Jikyung tak mau membuang kesempatan ini untuk bicara empat mata dengan Jimin.
"Ada apa? Kenapa kau mengajak ku bicara disini?" Tanya Jimin duduk di samping Jikyung.
Jikyung belum menjawab. "Apa ini tentang Taehyung?" Kini Jikyung menggeleng.
"Ini tentang Yura. Aku merasa ada yang tidak beres dengan nya."
Jimin menyipitkan matanya.
"Memang dia kenapa?"
"Tadi pagi aku mendengar obrolan Yura dan teman-temannya di toilet. Aku yakin kau tak akan mempercayai apa yang kudengar, tapi aku bersumpah aku tidak mengada-ngada."
"Berhenti berbelit Jung, sebenarnya apa yang mereka obrolkan?"
"Yura bilang kalau sebenarnya dia tidak mencintai Taehyung. Sejak awal dia hanya memanfaatkan popularitas dan harta Taehyung agar dia terkenal di sekolah ini. Dan hal yang paling kutakuti adalah dia akan mencampakkan Taehyung nanti!"
Jimin sukses terperangah mendengar cuitan Jikyung.
"K-kau serius?"
Jikyung mengangguk kuat. "Aku bersumpah Jim, aku tidak bermaksud menjelekan Yura. Tapi itulah yang kudengar dari nya."
"Astaga. Gadis sialan itu sukses menipu kita semua. Tapi aku tidak kaget sih, karena sejak awal dia terlihat tidak tulus pada Taehyung."
"Kau benar."
"Tapi bukankah bagus jika nantinya Taehyung putus dengan nya?"
"Aku tahu itu. Tapi bagaimana jika mereka tidak putus dan Yura malah semakin memanfaatkan nya? Taehyung akan menjalani hubungan itu penuh dengan kepalsuan. Bukan kah akan lebih baik jika dia tahu sifat asli Yura, sebelum Taehyung semakin dalam mencintainya. Aku takut Taehyung terluka..."
Jimin memandang Jikyung sayu. Bohong jika dirinya tak cemburu mendengar Jikyung sekhawatir itu pada Taehyung.
"Tenanglah oke? Sebelum itu terjadi kita harus memberitahunya. "
"Tapi aku tidak punya bukti. Taehyung mana mungkin mempercayai ucapanku."
"Lalu kau mau membiarkan dia terus di manfaatkan Yura?"
Jikyung menggeleng lemah." Tidak,bukan begitu...aku hanya yakin kalau Taehyung akan lebih mempercayai ucapan Yura."
"Lalu kau mau bagaimana sekarang?"
Jikyung menggeleng lemah dan menunduk.
"Aku tidak tahu Jim," jimin pun menghela napasnya.
"Aku tidak mau menjadi perusak hubungan mereka, tapi aku juga tidak mau melihat Taehyung tersakiti kelak."
Kini Jimin beralih memegang kedua pundak Jikyung untuk menenangkan perasaan gelisah Gadis manis itu.
"Tenanglah...Kita bisa mencari buktinya nanti. Aku yakin ada solusi untuk semua ini."
Jikyung mengangguk. "Baiklah, tapi aku tidak yakin Taehyung akan percaya."
"Tidak ada salahnya bukan untuk mencoba? Urusan percaya atau tidak nya itu urusan Belakangan."
Jikyung tersenyum kemudian bernapas lega. Rasanya melegakan setelah Jimin berujar demikian. Jimin memang selalu membuat hatinya tenang.
"Terimakasih Jim karena sudah percaya padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
IF WE WERE DESTINED [KTH]
Fanfiction[On Going] "Kenapa kau datang setelah aku berhasil melupakan mu? Kau sudah membuka luka lama di hatiku." -Jung Jikyung. "Maaf, tapi aku tidak bisa jauh dari mu." -Kim Taehyung (REVISI)