Satu ; Tumbal

252K 20.9K 8.4K
                                    


FYI : Novel ini pernah diposting sampai tamat di Wattpad, sudah dibukukan. Tapi Maret 2022, wattpad saya kena scam dan semua storynya dihapus sama scammer-nya. Dibalikin sih dalem kondisi unpublish. Saya posting 1-2 chapter ulang buat nunjukin novel ini pernah ada di akun saya aja. Hehehe

***

"Arra, kamu di mana?" Matteo bertanya panik. Dia dan teman sekelasnya yang lain berkumpul di sebuah ruangan minim cahaya. Mereka kotor dan memar, tangisan beberapa cewek membuat suasana semakin memburuk saja.

"Aku... di rumah." sahutan lemah menjawab.

Matt menempelkan ponselnya lebih rapat, tubuhnya menggigil, "Kami gak bisa keluar dari villa ini."

"Villa?" beo Arra. Oh, tempat Matt dan teman satu kelas mereka berlibur. Karena jatuh sakit, Arra tidak bisa mengikuti acara itu. "Kenapa gak bisa keluar?"

"Ternyata... villa ini ada penunggunya." Matt menjawab gemetar. "Dia dipanggil Satan."

"Satan?!" suara Arra panik. Khawatir pada keadaan pacar dan teman-temannya. "Matt, kamu harus keluar dari sana. Satan itu mitosnya salah satu ras iblis yang paling kuat. kamu tahu rasnya?"

Matt diam sebentar, "Ka-katanya. Jikininki."

"Jikininki? Sebentar." Arra bangkit dari kasurnya, melihat ratusan buku di rak pribadinya, mengambil salah satu buku, Arrabelle dengan cepat membuka buku itu. Mencari huruf J, dia menemukannya. "Jikininki. Salah satu iblis pemakan manusia. Matt, kamu harus keluar dari sana secepetnya."

"Kami gak bisa keluar!" Matt berteriak. "Kami udah dikurung!"

"Terus, harus gimana?"

"Arra, bisa kamu datang ke sini?" Matt bertanya memaksa. "Kamu itu indigo, kan? Katanya, kalau kami punya satu orang indigo, dia bakalan ngelepasin kami semua."

"I-iya." Arra mengangguk mengerti. Dia mengambil vocher di meja, alamat villa yang saat ini menjadi lokasi keberadaan Matt dan semua teman-temannya. Melangkah sesaat dan nyaris jatuh, Arra menguatkan tekad. "Aku segera ke sana."

***

Tidak sampai tiga jam, tepat pukul empat pagi Arra sampai di depan Villa itu. Dia keluar dari mobil, membuka pagar, Arra melihat villa besar yang sudah seperti hotel mewah saja. Halamannya begitu rapi, dikelilingi pohon-pohon pinus menjulang tinggi.

Semua lampu dibiarkan menyala. Namun... atmosfernya terasa berat, untuk pertama kali seumur hidupnya, Arra merasa ketakutan memasuki suatu lingkungan.

Berlari, Arra sampai di depan pintu villa. Dia mendorong pintu sampai terbuka, lagi-lagi yang dia lihat ruangan luas seperti lobi. Karpet merah menghias sepanjang pintu ke tangga. Arra menelan ludah, kondisi tubuhnya masih lemah. Tapi dia tidak bisa membiarkan Matt mati, dia juga harus menyelamatkan semua temannya yang sedang terancam.

"Matt!" Arra memasuki ruangan lebih dalam. Dia tersentak mendengar geraman seseorang yang menggema. Melihat sekelilingnya takut, sambil menahan tangis, Arra melangkah lebih jauh. "Iris! Matt!"

Namun sebanyak apapun Arra memanggil, tidak ada sahutan. Arra menaiki tangga hati-hati. Dia berhenti, menoleh ke belakang saat mendengar suara langkah kaki. Tubuhnya banjir keringat, dia memeluk dirinya sendiri, menaiki anak tangga lagi.

"Matt!" Arra memanggil lebih keras. Dia sampai di puncak tangga, menyusuri lorong villa yang panjang. Entah sudah berapa lama dia berjalan? Yang bisa dia dengar hanya degupan jantung, suara napas, dan langkah kakinya sendiri. "Kalian di mana?!"

"Arra!"

Arra mengenali suara itu. Dia menoleh, suara Matt berasal dari lorong sebelah kanannya. Arra setengah berlari, dia tersandung kakinya sendiri lalu jatuh. Kepalanya semakin berat, tapi dia harus segera menemui Matt.

The Bride (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang