BEGIN

2.5K 243 57
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Minhyun tengah asyik meminum kopinya ketika Aron duduk didepannya dan memandang tepat pada wajahnya.

"Ada apa, Hyung?"

"Bagaimana hubunganmu dengan Dongho itu?"

Gerakan Minhyun yang meneguk kopinya langsung terhenti.

"Kenapa kau menatapku begitu?"

"Aku lupa belum memutuskannya kemarin malam." ujar Minhyun dengan wajah serius.

Aron memandang tidak percaya akan ucapan Minhyun. "Min-"

"Shhh. Aku akan memutuskannya sekarang." Minhyun mengambil ponselnya dan menelpon Dongho.

"Selamat pagi, Sayang."

"Dongho, aku menelponmu karena aku ingin kita putus."

Aron hanya menghela nafas lelah akan sikap Minhyun. Ia sudah biasa akan kalimat yang MInhyun ucapkan untuk memutuskan semua pacar-pacarnya.

"Apa?!"

"Kau mendengarnya dengan amat sangat jelas. Aku tidak mau mengulanginya lagi. Selamat tinggal dan jangan pernah menghubungiku lagi."

Minhyun memutuskan sambungan telepon mereka secara sepihak dan langsung memblokir nomor Dongho. "Kang Dongho, Selesai."

"Sampai kapan kau akan terus melakukan hal ini, Minhyun-ah?" tanya Aron dengan lelah. Ia lelah akan semua tingkah Minhyun yang bukan Minhyun yang dulu ia kenal.

"Sampai aku puas atau sampai seluruh orang di dunia tahu bagaimana rasanya di campakan." Ucap Minhyun dengan nada dingin.

"Aku merindukan Minhyun yang dulu."

Minhyun menggenggam tangan Aron. "Aku tetap Minhyun yang sama, Hyung. Hanya saja Minhyun yang ini tidak akan pernah merasakan rasa sakit lagi. Ialah yang akan menyakiti."

Mendengar kalimat Minhyun entah kenapa Aron ingin sekali mencari sosok bernama Ong Seongwoo dan membunuh pria itu karena telah membuat Minhyun nya menjadi seperti ini.

PLAYER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang