Chapter 9

1K 63 1
                                    

Seorang perempuan berpakaian sama denganku namun berbeda di bagian bawah, dimana aku menggunakan celana panjang sedangkan dia menggunakan rok, dia duduk di lantai ubin sambil menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Aku kenal dengannya, perempuan yang memiliki julukan perempuan tercantik di SMA ini, juga perempuan yang sama, dimana dia hampir membuatku kehilangan nyawa karena tindakannya.

"Azalia." Kataku lirih.

Jujur saja aku tidak menyangka kalau ternyata orang yang ada di balik pintu perpustakaan adalah Azalia, aku mengira kalau yang ada di balik pintu adalah Mila, tentu saja karena dalam seting anime dialah yang paling cocok dalam keadaan ini. pikirku.

Namun kanyataan Azalia yang ada di depanku, aku menatap Azalia datar tidak berekspersi, karena memang itu kebiasaanku. Aku alihkan pandanganku kearah Frez yang berdiri tegak juga melihat Azalia yang ketakutan.

Aku kemudian mengarahkan pandanganku kearah pintu. Tanpa ada yang memerintah. Pintu perpustakaan yang tadi terbuka sekarang sudah tertutup kembali, entah bagaimana caranya pintu itu sudah tertutup rapat.

Merasa sudah cukup aman, aku mendekati Azalia yang duduk ketakutan di lantai, kemudian mengambil posisi berjongkok lalu memanggilnya.

"Azalia." Panggilku.

Saat aku memanggilnya, Azalia tersentak sedikit, lalu dia memberanikan diri membuka telapak tangan dari wajahnya, beberapa saat kemudian Azalia menoleh kearahku, menatapku seperti pertama kali bertemu.

Dia menatapku seperti melihat hantu di sore hari, padahal hantu itu tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Di detik selanjutnya saat mataku dan Azalia bertemu. Azalia langsung ingin memelukku.

Tiba-tiba saja dia menodorkan tubuhnya kearahku dan juga kedua tangan yang mencoba meraihku, namun dengan cepat aku menahan keinginannya itu dengan menyentil dahinya dengan jari tengah, agak kencang sampai Azalia mengurungkan niatnya memelukku.

"Aduh...!" Saat aku menyentil dahinya.

Azalia kembali duduk, kali ini dia duduk sambil memegangi dahinya. Situasi seperti tadi sudah sangat sering aku lihat, dan aku tidak ingin terlibat dalam hal itu, bukan karena tidak menarik atau tidak ingin, tapi karena tidak seharusnya di lakukan.

Azalia mengusap-usap dahinya yang aku sentil, sedangkan aku hanya menatapnya datar, beberapa saat aku menatap wajah Azalai, kalau di pikir-pikir Azalia memang cantik, bukan karena makeup atau pemercantik wajah, tapi karena memang wajah Azalia cantik alami.

Merasa di abaikan, Frez mendengus. "Apa kau kenal dengan gadis ini, bocah?" Kata Frez bertanya dengan nada sebal.

"Hmm...bisa di bilang aku memang mengenalnya, tapi juga bisa aku hanya mengenalnya." Kataku menoleh kearah Frez.

Mengerutkan dahinya. "Apa maksudmu?" Tanya Frez tidak paham.

"Tidak apa-apa." Kataku datar.

Wajah Frez berubah makin tidak mengerti dengan apa yang aku ucapkan, yah tentu saja tidak paham karena aku hanya asal menjawab, mungkin karena itu juga Frez tidak paham.

Aku kembali menoleh kearah Azalia, dia masih saja mengusap-usap dahinya, aku berfikir apa sesakit itu sentilanku, padahal aku sama sekali tidak mengeluarkan tenaga apapun.

Tidak memperdulikan situasi. "Apa yang kamu lakukan di sana?" Tanyaku pada Azalia.

Mendengar pertanyaanku, Azalia berhenti mengusap dahinya, lalu melihat kearaku, namun entah kenapa dia malah tersipu malu. "A-anu I-itu a-aaa..." Katanya tidak jelas.

Magic Love Story : Lost Legendary Weapon Vol 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang