Jika kepergiannya membuat hati ini sesak, maka mengikhlaskannya dapat mengobati sakit hati ini
***
Disinilah Luna berada. Tempat yang cocok baginya untuk tempat menyendiri, menceritakan semua keluh kesahnya kepada awan dan angin.
Roftoop.
Tempat yang menjadi jadi saksi atas semua duka yang ia hadapi.
Menangis, menangis dan menangis, hanya itu yang bisa Luna lakukan. Menangis dibawah langit biru. Ingin rasanya ia hidup bebas tanpa ada masalah dalam hidupnya. Bebas terbang kesana kemari seperti burung, tanpa ada masalah atau tekanan batin dalam hidupnya.
"Luna gak tahan lagi Tuhan, Luna gak kuat. Kenapa selalu saja masalah terjadi dalam hidup Luna.Kenapa keluarga, dan orang yang Luna sayang selalu menyakiti Luna. Luna ingin mati Tuhan, gak ada gunanya Luna hidup jika selalu punya masalah dalam hidup. Kenapa harus Luna yang mengalaminya? kenapa Tuhan kenapa? Apa salah Luna? Apa Luna telah menyakiti hatimu sehingga Kau takdirkan hidup Luna yang penuh dengan masalah? Kenapa Tuhan kenapaa? " teriak Luna sekencang kencangnya.
Tanpa disadari ada seseorang yang mendengar semua jeritan pilu Luna. Seseorang yang melihat secara langsung Luna yang terlihat begitu rapuh dengan segala masalah yang dihadapinya. Baru dia sadari, ternyata dibalik sikap ramahnya dia begitu rapuh. Dia menutup semua masalahnya dibalik senyuman hangatnya. Sudah 2 kali dia melihat Luna yang selalu menyendiri dan menangis. Dan hari inilah dia melihat Luna menangis sambil mengeluarkan seluruh isi hatinya.
"Jangan bertindak bodoh hanya karena masalah hidup. " tegas seseorang gak jauh dari tempat Luna berada. Luna yang mendengar suara seseorang, dan ternyata itu Ferdo.
"Buat apa lo kesini?" tanya Luna tanpa melihatnya.
"Emang kenapa? salah?" tanya Ferdo balik.
"Ntah." jawab Luna singkat. Malas meladeni Ferdo disaat moodnya lagi hancur. Ferdo yang ingin tahu permasalahan Luna pun memulai percakapan.
"Gue baru sadar ternyata lo rapuh juga."
"Lo dengar semuanya?" tanya Luna setengah kaget. Setahunya, Luna kesini tidak ada siapapun, tapi kenapa Ferdo mendengar semua jeritannya?
"Kalau iya, kenapa?"
Luna menghembuskan nafasnya. Sudah dia duga, ada saatnya masalah yang dia rahasiakan pasti akan terbongkar. Pasti.
Ferdo pun mendekati Luna, dan langsung memeluknya erat. Sontak Luna memberontak karena diperlakukan seperti itu. Tapi tenaga Ferdo lebih kuat dibanding tenaga Luna sehingga Luna pun luluh dalam pelukan Ferdo.
"Lo bisa luapkan semua kesedihanmu. Gue bukan tipe orang yang suka beberkan rahasia orang lain." bisik Ferdo pelan seraya mengelus rambut Luna dengan kasih sayang. Luna pun menangis sejadi-jadinya dalam dekapan Ferdo. Baju Ferdo pun basah terkena air mata Luna.
Setelah selesai menangis, Luna pun melepaskan pelukannya Ferdo, dan tersenyum samar. Ferdo pun ngelap air mata Luna yang masih menetes. Luna yang diperlakukan seperti itu pun merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Lama Luna dan Ferdo saling menatap satu sama lain. Ferdo tersenyum manis, ralat sangat manis. Membuat Luna terpana dengan kegantengannya.
Ferdo yang ditatap seperti itu pun membisikkan sesuatu kepada Luna "Udah siap cerita?"
Luna pun menunduk, bingung harus jawab apa. Dia ingin masalahnya hanya dia yang tahu, namun setiap kali dia menahannya, hatinya menjadi sakit dan sesak. Tapi jika dia menceritakan semua kesedihannya, takut dicap sebagai manusia yang ngemis perhatian dan kasih sayang.
"Jika masih belum bisa cerita, yaudah jangan dipaksa. Gue siap menjadi tempat curhat lo. Anggap aja gue mama dedeh." ucap Ferdo diselingi candaan.
Duarrrr Duarrr
Bunyi petir terdengar sangat kuat, membuat mereka berdua pun kaget.
"Ah sialan, ganggu momen aja lu petir." gerutu Ferdo kesal. Luna geleng kepala melihat tingkah Ferdo.
"Gue suka hujan."
"Gue suka lo."
Degg
Apa? suka gue? apa gue salah denger atau dia bilang seperti itu.
"Bilang apa barusan?" tanya Luna.
"Tidak ada."
"Ckck."
Hujan pun turun deras. Di rooftop, di bawah hujan mereka masih stay berdiri. Menikmati sensasi hujan, manatau dengan turunnya hujan, masalah dalam hidupnya bisa dilupakan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...