Hujan deras mengguyur kota sore itu, Eunsang terburu-buru menuju apartemennya. Bajunya sedikit basah walau dia sudah menggunakan payung. Langkahnya terhenti saat mendapati Renjun, tetangga yang tinggal tepat di depan apartemennya bersama 4 orang pemuda lainnya. Pemuda berdarah Cina itu sepertinya sedang menunggu seseorang.
"Hai Ren, apa yang kau lakukan disini dengan handuk itu ?" tanya Eunsang.
"Ah hai Eun, aku sedang menunggu Jaemin. Dia tadi pergi membeli strawberry di toko buah ujung jalan sana dan sialnya dia tidak membawa payung. Dasar ceroboh menyusahkan orang lain saja." Eunsang terkekeh mendengar gerutuan Renjun.
"Ngomong-ngomong Ren, apronmu bagus juga." Celetukan Eunsang sontak membuat pipi Renjun memerah menyadari apron yang dikenakannya. Ya. Apron berwarna pink dengan motif buah yang lucu.
"A-ah i..ini bukan milikku, ini milik Jaemin. Ya, Jaemin. Aku meminjamnya untuk membuat dessert." ujar Renjun gugup.
"Jangan sembarangan membuat alasan, Ren. Aku tidak mungkin punya benda menggelikan itu, asal kau tau." Suara seseorang menginterupsi mereka. Itu Jaemin.
"Yeah, karena dapur adalah area terlarang untukmu. Kau hanya akan membuat kekacauan disana." sahut Renjun tak mau kalah.
Eunsang hanya menggelengkan kepala mendengar perdebatan kecil mereka, "Sudahlah hentikan pertengkaran kalian, lebih baik kalian masuk dan segera ganti pakaianmu Jae. Kau basah."
Jaemin menatap datar ke arah Eunsang, "Jangan berbicara seolah kita dekat, Park Eunsang." ujarnya sambil berlalu setelah menyambar handuk di tangan Renjun.
Dingin. Memang, Eunsang sudah terbiasa akan hal itu. Tapi ia masih tidak mengerti, kenapa Jaemin bersikap sedingin itu padanya ? Semua orang tau, Jaemin adalah pribadi yang ramah dan menyenangkan. Tapi tidak jika Jaemin berhadapan dengannya, lelaki itu tak ubahnya patung es. Kesalahan apa yang diperbuat Eunsang hingga lelaki itu selalu bersikap dingin kepadanya.
"Maafkan Jaemin, Eun."
"Tak apa, Ren. Baiklah aku permisi." ucap Eunsang sambil tersenyum maklum dan segera memasuki apartemennya.
Renjun merasa tak enak hati melihat sorot onyx Eunsang yang berubah sendu. Ia menghela nafas berat memandang pintu apartemen Eunsang sebelum akhirnya berbalik memasuki apartemennya.
***
Renjun memasuki kamar Jaemin, mendapati pemuda yang berumur 5 bulan lebih muda darinya itu tengah mengeringkan rambutnya yang basah. Gadis manapun akan menjerit histeris jika mendapati pemandangan seperti ini. Dan tentu saja tidak berlaku bagi Renjun yang segera memukul kepala sahabatnya dengan gulungan majalah.
"Ya! Ada apa denganmu ?" protes Jaemin memegang kepalanya yang berdenyut nyeri.
"Ada apa denganku ? Ha! Ada apa denganku ?! Harusnya aku yang bertanya padamu, Na Jaemin. Ada apa denganmu, eoh ? Kenapa kau bersikap seperti itu pada Eunsang ? Kau melukai hatinya, Jae."
Ia tak mengerti, sampai kapan sahabatnya itu akan bersikap seperti itu. Renjun tau betul, gadis berwajah dingin itu terluka oleh ulah sahabatnya. Meskipun gadis itu terlihat dingin tapi sebenarnya Eunsang adalah gadis yang hangat dan menyenangkan.
"Maafkan aku, kau tau betul alasanku melakukannya." sesal Jaemin. Ia menghela nafas kasar mengingat perbuatannya tadi.
"Tapi bukan berarti kau bisa berkata seperti tadi padanya. Dia terluka, aku melihatnya dengan jelas dari sorot matanya."
"Tadi itu diluar kendaliku, Ren. Sungguh, aku tidak bermaksud melakukannya."
"What so ever. Berhenti bersikap tsundere, Jae. Jika memang kau tertarik padanya katakan saja, semua akan lebih mudah tanpa perlu bersikap dingin padanya. Aku tau kau juga terluka, Jae." ujar Renjun menepuk bahu Jaemin.
YOU ARE READING
At Your Sight
FanfictionAku tidak membencimu, kenapa kau berpikiran seperti itu ? Oneshoot! AU! ±2000 words