Ch.11 - Rare Item

27 3 0
                                    

Suara percikan api unggun yang memetik acak menemani suasana sepi malam itu di tengah hutan rimbun. Seorang pemuda sedang duduk dan menikmati semangkuk sup lobak dengan bubuhan daging yang entah berasal dari makhluk apa bersama dengan seorang pria paruh baya.

"Aku masih tidak menyangka bahwa kaulah Azen si player legendaris yang dikatakan terkuat itu." Disela kunyahan mulutmya, Rainfrost berkata.

"Itu hanyalah cerita lampau. Sekarang aku bukanlah siapa-siapa selain orang tua yang ingin menghabiskan waktunya untuk bersantai."

"Apa kau tidak punya tujuan lagi?" tanya Rainfrost.

"Kurasa saat ini tidak." jawab Azen.

"Oh begitu ya."

Baik Rainfrost maupun Azen melanjutkan menyantap makan malamnya. Sejenak keheningan itu menimbulkan suasana yang canggung.

"Oiya, aku baru ingat. Kalau tidak salah kau itu pembuat guild Newbie. Benar kan?" Rainfrost membuka pertanyaan untuk mencairkan suasana.

"Itu benar." jawab Azen singkat.

"Aku ini anggota guild Newbie loh."

"Aku sudah tahu itu. Kau datang kesini bersama Levi dan Innoe bukan?"

"Hah? Bagaimana kau bisa tahu?"

Azen menghembuskan napas panjang. "Bukannya kau sudah bilang sebelumnya ya, bahwa aku ini player terkuat? Jangan remehkan kemampuan deteksiku loh. Aku sudah tahu sejak kalian masuk ke lantai tiga ini."

"He-hebat ... Ah kalau begitu apakah kau masih bisa merasakan mereka?"

"Tenang saja, mereka masih di lantai ini kok. Pasti besok kalian akan bertemu. Bermalam saja dulu di sini."

"Ah terimakasih paman. Aku jadi semakin yakin kalau kau adalah Azen asli."

"Tidak sopan! Aku ini memang asli!"

"Hahaha. Bercanda, paman."

Begitulah selanjutnya, mereka berdua menghabiskan malam dibalik hangatnya api unggun yang menerangi sekitar mereka. Hingga akhirnya fajar menyambut dan mereka berdua pun bersiap untuk menghadapi hari yang baru.

Rainfrost sudah terlihat rapih lengkap menggunakan armour barunya yang berbahan kulit terbal dan dengan tambahan sedikit baja di kedua pundak dan lututnya. Serta lempengan adamantite yang luas berwarna putih menutupi bagian dadanya.

"Kau yakin ingin memberikan armour ini padaku?"

"Ya, lagipula itu bukanlah barang bagus. Aku juga tidak membutuhkannya."

"Ya ampun, jadi kau memberikanku rongsokan." keluh Rainfrost.

"Meski begitu, armour itu cukup kuat untuk membawamu sampai ke lantai pertengahan. Ngomong-ngomong apa kau sudah tahu informasi umum tentang menara ini?"

"Ya, sudah, Levi sudah menceritakan detailnya padaku. Ini adalah menara pertama dari lima menara, Tower Of Babel, Beast Tower. Jumlah lantainya empat puluh, dan kebanyakan yang berada di sini adalah pemula. Begitu?"

"Benar. Perlu kau ketahui juga, di lantai delapan, empat belas, dan tiga puluh tiga, tidak ada mob sama sekali. Lantai itu sudah dikuasai manusia dan telah dibangun perkotaan. Lantai yang seperti itu diberi nama rest floor. Di situ juga banyak pasar, jadi sempatkanlah untuk menjual barang-barangmu sebelum inventory-mu penuh." Azen menjelaskan panjang lebar.

"Baiklah. Terimakasih atas makan malamnya, paman." Rainfrost membungkukan badannya di hadapan Azen. "Kalau begitu, aku berangkat." Ia membalikkan badannya dan mulai melangkah.

{G.O.A.L} Game Of Another LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang