3

248 37 4
                                    

Jihoon masih berlari dengan wajah paniknya di lorong kampus. Hingga tanpa sadar kaki-kaki jenjangnya sudah membawa ke lorong kelas juniornya. Senyum sumringahnya seketika mengembang di wajah bulatnya begitu melihat salah satu junior yang sangat dikenalinya sedang berjalan ke arah kelasnya. "Seungkwanie,"

Suara Jihoon yang keras tak hanya membuat Seungkwan menoleh. Seluruh juniornya yang ada di lorong tersebut menatap bingung Jihoon. Sedangkan Seungkwan hanya tersenyum lebar kemudian melambai dengan semangat. "Ji Eonni!"

Jihoon berhenti tepat depan pintu kelas Seungkwan dimana si junior itu menunggunya. Gadis mungil itu mengatur nafasnya sebentar sebelum mengeluarkan suaranya dengan wajah panik. "Kwanie, aku ikut kelasmu sebentar ya. Aku sedang sembunyi."

Seungkwan mengerutkan keningnya bingung melihat tingkah aneh Jihoon. Belum sempat Seungkwan membalas permintaan Jihoon yang pertama, gadis mungil itu sudah membuka suaranya lagi. Tangannya pun tak tinggal diam untuk menggenggam kedua tangan Seungkwan di tengah-tengah tangannya lalu digoyang-goyangkan. "Kwanie jebal, aku janji tidak akan berisik, sungguh aku janji."

Seungkwan hanya meringis kecil kemudian menganggukan kepalanya. Gadis gembul itu sangat sangat bingung dengan tingkah seniornya yang terkenal galak ketika di ruang musik itu. Walaupun Seungkwan masih bingung di mana letak galaknya Jihoon ketika sedang serius di ruang musik. Jihoon hanya bersifat tegas. Tapi memang sih Jihoon galak disaat saat tertentu.

Tarikan tangan Jihoon yang kini tengah melangkahkan kakinya lebar-lebar ke dalam kelas Seungkwan dan memilih meja di pojok paling belakang. Bermaksud supaya tak dikenali dosen pengajar Seungkwan supaya tidak diusir keluar atau malah Jihoon yang disuruh mengajar nanti. Bagaimanapun Jihoon cukup terkenal dikalangan dosen dengan nilainya yang bagus.

"Eonni, kau kenapa sih?" Seungkwan bertanya setelah keduanya duduk manis di bangku paling belakang dan paling pojok pilihan Jihoon. Jihoon yang sedang mengatur nafasnya langsung saja menegakan punggungnya lalu meposisikan badannya menghadap Seungkwan. Tangan Jihoon mencengkram bahu Seungkwan dan juga raut wajahnya berubah serius hingga membuat gadis gembul itu ketakutan sendiri. "Eo-eoni, kau k-kenapa?"

"Aku dalam masalah besar, Kwanie. Benar-benar besar." Jihoon balas masih dengan raut wajah serius dan juga suaranya yang serius. Membuat Seungkwan kini berubah panik. "Masalah apa eonni? Jangan membuatku takut!"

Jihoon menghembuskan nafasnya panjang, lalu menarik kedua tangannya dari bahu Seungkwan. Kepala Jihoon menunduk sebelum suara lemas gadis itu terdengar. "Aku tak berhasil menghindari Soonyoung." kemudian kepala Jihoon kembali terangkat dan sedetik kemudian rengekan gadis mungil itu terdengar. "Kwanie, Soonyoung terus-terus bersikap kalau dia masih menjadi kekasihku, kan aku jadi terbawa perasaan lagi. Kwanie bagaimana ini?"

Raut wajah Seungkwan kini berubah datar. Seungkwan melirik seniornya yang sedang menutup wajah dengan kedua telapak tanganya. Rasanya Seungkwan ingin sekali mendorong seniornya yang ajaib ini dari atas gedung fakultas mereka. Jihoon membuat dirinya takut serta panik hanya karena masalah perpisahan dengan Soonyoung, si laki-laki sipit dengan kelakuan ajaib. Ya Tuhan membunuh kurcaci di sampingku ini dosa tidak?

"Ji Eonni," Seungkwan memanggil Jihoon dengan suara datarnya yang hanya dibalas dengan gumaman gadis mungil itu. "Mau kudorong dari atas gedung fakultas?"

"YA!"

Dan teriakan melengking Jihoon berhasil membuat seluruh teman sekelas Seungkwan menatap mereka beserta dengan Dosen Kim -dosen terkiller sekampus mereka- yang baru saja memasuki kelas. Dosen Kim terdiam sebentar di tengah pintu lalu menatap tajam Jihoon.

"Lee Jihoon. Sedang apa kau di kelas junior?"

Berpisah Itu Mudah [Soonhoon GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang